Selasa, Februari 19, 2008

Waspadai Gangguan Siklus Haid..!

Jakarta, Kompas

Gangguan siklus haid, menjadi sangat pendek atau menjadi jauh lebih panjang, harus diwaspadai. Apalagi jika disertai rasa tertekan pada kandung kemih, dubur, maupun organ lain dalam rongga perut, bisa jadi hal itu merupakan gejala kanker ovarium. Demikian dikemukakan dr Nasdaldy SpOG Onk dalam ceramah umum tentang kanker ovarium di Rumah Sakit Kanker Dharmais RSKD), Jakarta, Selasa (6/8).

Menurut Nasdaldy, selain sel telur, ovarium juga memproduksi hormon reproduksi, seperti estrogen dan progesteron. Jika sel-sel ovarium terganggu, yang paling mudah dirasa adalah haid tak teratur.

Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Sebelum tampak pembesaran perut, kista telah menekan organ-organ di daerah perut. "Jika menekan kandung kemih, daya tampung kandung kemih berkurang sehingga orang cenderung kencing (beser). Jika menekan dubur, penderita akan sembelit. Kista juga bisa menekan panggul, pembuluh darah dan saraf, menyebabkan perut bagian bawah tegang dan nyeri, terutama saat senggama," papar Nasdaldy.

Berbeda dengan kanker leher rahim yang mudah dideteksi dengan Pap-smear, kanker ovarium boleh dikatakan silent killer alias pembunuh diam-diam. Pasalnya, ovarium terletak di bagian dalam sehingga tak mudah dideteksi.

Sejauh ini belum ada metode deteksi dini yang memuaskan. Akibatnya, 70-80 persen kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan menyebar (metastesis) ke mana-mana.

Hampir 50 persen kematian kanker ginekologi disebabkan kanker ovarium. Padahal, angka kejadian hanya 25 persen kanker leher rahim. Menurut data RSKD, kanker ovarium hanya sebanyak 30-50 kasus per tahun, sedang kanker leher rahim sekitar 200 kasus.

Deteksi

Tumor ganas ovarium memang bisa dideteksi lewat petanda (marker) tumor Ca-125. Tetapi, tidak semua sel tumor ganas ovarium memproduksi Ca-125.

Deteksi bisa juga dilakukan dengan ultrasonografi (USG) transvaginal. Meski lebih sensitif dibanding USG biasa, tetapi tetap belum bisa mendeteksi penyebaran sel tumor. "Seringkali kanker ovarium yang disangka masih stadium dini, setelah dibedah baru ketahuan telah menyebar ke mana-mana," tutur Nasdaldy.

Oleh karena itu, pada pemeriksaan rutin Pap-smear, dokter atau bidan selalu melakukan pemeriksaan dalam untuk melihat ada tidaknya benjolan/kista.

Jika terasa benjolan, pasien dianjurkan melakukan USG transvaginal untuk memastikannya. Pemeriksaan penunjang lain adalah dengan CT-Scan, MRI, maupun pemeriksaan laboratorium.

Penyebab pasti kanker ovarium belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor risiko, antara lain tidak menikah, tidak punya atau sedikit anak, kebiasaan menggunakan talk/ bedak tabur di daerah vagina, haid dini, menopause terlambat, terkena radiasi, serta faktor genetik. Sedang yang menurunkan risiko adalah pernah hamil dan mempunyai anak, menggunakan pil kontrasepsi dan sterilisasi.

Umumnya penderita berusia 40 tahun ke atas, namun tidak tertutup kemungkinan anak/remaja bisa terkena, biasanya karena faktor genetik.

Partikel bedak tabur, jelas Nasdaldy, dari vagina bisa naik ke ovarium dan menempel pada luka saat terjadi pelepasan sel telur. Karena bersifat karsinogenik (memicu kanker), bedak tabur akan mendorong sel ovarium melakukan pembelahan tak terkendali.

Pada stadium sangat dini (IA) dan jenis sel tidak terlalu ganas, tindakannya hanyalah operasi, kemudian diikuti perkembangannya. Pada stadium lebih dari IA, karena risiko kambuh lebih besar maka operasi dilanjutkan dengan kemoterapi. Radiasi tidak digunakan karena lokasi penyebaran sel kanker terlalu luas. Apalagi, organ di rongga perut, seperti hati dan ginjal, tidak mampu menahan radiasi dosis tinggi.

Salah satu penyebab tingginya angka kematian adalah penanganan tidak memadai dari dokter sebelumnya. Yaitu operasi mempertimbangkan segi kosmetik, tanpa memastikan tumor jinak atau ganas. Agar luka operasi sekecil mungkin, kista hanya dipecah, disedot cairannya, kemudian ditarik kulitnya. "Tindakan mencoblos kista meningkatkan stadium kanker karena sel berserakan dan menyebar ke mana-mana," ujarnya.

Tidak ada komentar: