Senin, Februari 04, 2008

Endometriosis Penyebab Wanita Sulit Hamil

Akhir-akhir ini terdapat peningkatan risiko, yaitu adanya perubahan keganasan pada endometriosis atau ditemukannya keganasan bersamaan dengan endometriosis.

ENDOMETRIOSIS ialah sejenis penyakit yang sering diderita wanita-wanita yang berada pada umur reproduksi. Kata endometriosis berasal dari endometrium, yaitu jaringan yang melapisi bagian dalam rahim, yang tumbuh dan luruh setiap bulan pada waktu haid. Endometriosis merupakan keadaan di mana jaringan seperti endometrium ditemui di bagian dalam badan, tetapi di luar rahim. Di tempat ini, jaringan endometrium tumbuh menjadi bercak, benjolan, perlekatan dengan jaringan sekitarnya dan tumbuh. Adanya endometriosis antara lain akan menyebabkan rasa sakit pada perut bagian bawah yang kronis, sakit pada waktu haid, sulit hamil.

Pertumbuhan endometrium ini paling sering ditemukan di bagian perut, melibatkan ovarium (indung telur), tuba fallopii (saluran telur), ligamen yang menyokong rahim, ruangan antara usus dan rahim, serta ruang panggul.

Kadang-kadang pertumbuhan ini juga ditemui pada jaringan parut bekas operasi pada perut, usus, kandung kencing, dinding rahim, pangkal rahim, vagina dan vulva. Pertumbuhan endometrium juga pernah ditemui pada paru-paru, tangan, paha dan tempat lain, tetapi hal ini jarang terjadi.

Pertumbuhan endometrium pada umumnya bukan merupakan tumor atau keganasan, tetapi jaringan normal yang berada di luar tempat yang seharusnya.

Meskipun begitu, akhir-akhir ini terdapat peningkatan risiko, yaitu adanya perubahan keganasan pada endometriosis atau ditemukannya keganasan bersamaan dengan endometriosis. Seperti halnya jaringan endometrium yang melapisi rahim, pertumbuhan ini selalu dipengaruhi oleh hormon yang memengaruhi siklus haid.

Karena itu, setiap bulan akan terjadi pertumbuhan jaringan, kemudian meluruh dan menyebabkan pendarahan. Tidak seperti pendarahan akibat lepasnya jaringan endometrium yang keluar melalui vagina, jaringan endometrium yang berada di luar rahim tidak ada jalan keluar untuk meninggalkan tubuh.

Akibatnya, terjadilah pendarahan di dalam rongga perut, adanya darah dan jaringan yang lepas tadi akan menimbulkan reaksi peradangan pada jaringan sekitarnya dan pembentukan jaringan parut.

Komplikasi-komplikasi lain bergantung pada lokasi pertumbuhan penyebaran jaringan endometrium. Hal ini terjadi apabila pertumbuhan itu pecah (endometriosis akan tersebar ke daerah baru), pembentukan perlekatan antara organ-organ, pendarahan usus, gangguan fungsi kandung kencing, dan sebagainya.

Gejala klinis


Gejala klinis yang paling sering ditemukan adalah rasa sakit sebelum dan semasa haid (sering kali lebih hebat dari rasa sakit yang biasa), sakit sewaktu dan sesudah bersetubuh, sulit hamil, dan haid yang tidak teratur atau berkepanjangan. Tanda-tanda lain adalah rasa lesu, sakit pinggang, sakit sewaktu pergerakan usus, mencret-mencret dan/ atau perasaan mules.

Kurang lebih 50% wanita yang menderita endometriosis tidak mengeluh apa-apa. Sulit hamil terjadi pada 30% hingga 40% wanita yang mengalami endometriosis.

Diagnosis

Diagnosis endometriosis secara umum sulit ditegakkan, kecuali dibuktikan oleh tindakan laparoskopi. Laparoskopi merupakan prosedur pembedahan kecil dan memerlukan pembiusan, di mana rongga perut dikembungkan oleh gas karbon dioksida supaya alat-alat di dalamnya mudah dilihat. Melalui skop (teropong dilengkapi cahaya) yang dimasukkan ke dalam rongga perut melalui satu lubang kecil, operator dapat melihat keadaan alat-alat di dalam rongga perut dan mencari jaringan endometrium yang tertanam di dalamnya.

Seorang dokter biasanya dapat juga membuat diagnosis endometriosis dengan meraba pertumbuhan endometrium dengan cara pemeriksaan dalam, juga berdasarkan gejala-gejala klinis yang ditunjukkan. Tetapi pada kepustakaan yang baru ditegaskan, mengobati endometriosis tanpa diagnosis melalui laparoskopi tidak praktis. Hal ini karena adanya keganasan pun menunjukkan gejala yang mirip seperti endometriosis. Tindakan laparoskopi, dapat menentukan lokasi, stadium, dan ukuran endometriosis.

Pengobatan

Pengobatan penyakit endometriosis sering kali berubah-ubah dengan berjalannya waktu. Pengobatan untuk menghilangkan secara tuntas penyakit ini belum ditemukan. Cara operatif dengan membuang rahim dan kedua indung telur (histerektomi) merupakan satu-satunya cara mutlak untuk menghilangkan penyakit ini.

Para peneliti menemukan angka pengulangan (rekurens) yang tinggi, sehingga para wanita perlu berhati-hati terhadap setiap langkah yang akan diambil untuk pengobatan (diperlukan waktu yang cukup untuk menerangkan langkah-langkah yang perlu diambil secara terperinci). Obat penahan sakit biasanya diberikan untuk menghilangkan rasa sakit akibat endometriosis.

Pengobatan dengan menggunakan hormon bertujuan untuk menghentikan ovulasi (pengeluaran telur oleh indung telur) beberapa lama. Kadang-kadang, ini menyebabkan penyakit menjadi tidak aktif sewaktu dalam pengobatan, dan kemungkinan hingga berbulan-bulan atau tahun selepas pengobatan. Hormon yang biasa digunakan termasuk pil KB, progesteron, derivat dari testosteron (danazol), dan GnRH agonis (gonadotropin releasing hormone). Efek samping dari obat merupakan masalah pada banyak wanita yang menjalani pengobatan dengan hormonal ini.

Kehamilan dapat menyebabkan penyakit menjadi tidak aktif untuk sementara terhadap gejala endometriosis. Endometriosis akan lebih menyebabkan kesulitan mendapatkan kehamilan, sehingga penderita disarankan untuk segera hamil.

Pada penderita endometriosis terdapat berbagai faktor lain yang menyebabkan suatu kehamilan sulit terjadi. Wanita yang menderita endometriosis mungkin memunyai risiko yang tinggi untuk hamil di luar kandungan dan mudah mengalami keguguran. Ada satu penelitian yang menyatakan bahwa penderita endometriosis biasanya akan mengalami kesulitan sewaktu menjalani kehamilan dan persalinannya. Penelitian lain menunjukkan, keturunan wanita penderita endometriosis memiliki risiko tinggi untuk menderita penyakit yang sama.

Pembedahan konservatif, baik yang dilakukan secara laparotomi (bedah perut) maupun laparoskopi dapat menghilangkan gejala-gejala dan lebih dari 50% wanita penderita endometriosisi berhasil hamil.

Pembedahan radikal seperti histerektomi dan pengangkatan kedua ovarium (untuk memberhentikan produksi hormon) kadang-kadang perlu dilakukan pada kasus-kasus yang kronis dan bermasalah. Endometriosis yang ringan dengan gejala yang tidak berat akan hilang bila pasien mencapai usia menopause (putus haid). Ini berbeda dengan kasus endometriosis yang berat, kejadian endometriosis akan berulang apabila wanita mendapat terapi sulih hormon(TSH) setelah menopause atau setelah dilakukan pembedahan radikal.

Untuk itu, biasanya TSH diberikan hanya dalam waktu yang terbatas pada wanita yang menopause atau setelah pembedahan.

Tidak ada komentar: