Kamis, Februari 10, 2011

5 Mitos tentang Pengasuhan Anak

Sudah benarkah cara Anda mendidik atau mengasuh anak? Hm... Anda tak akan pernah
tahu. Anda harus mengetahui lebih dulu apa pengaruh baik-buruknya terhadap anak,
jika mendapatkan pola pengasuhan seperti yang Anda lakukan.
Dalam buku Nurtureshock: New Thinking About Children, Po Bronson dan Ashley
Merryman mengungkap betapa banyak asumsi kita mengenai anak yang ternyata tak
dapat dijadikan pegangan lagi. Kedua wartawan ini juga menunjukkan banyak hal
mengenai pola asuh yang ternyata hanya sekadar mitos. Berikut adalah lima
contohnya:

1. Tentang berbohong. Mengancam anak dengan hukuman saat ia berbohong, akan membuatnya mengungkapkan yang benar.
Bronson tak sepakat dengan pendapat ini. Hal ini hanya akan membuat si kecil
memandang persoalan dalam konsep yang egois: "Mengakui apa yang benar artinya
aku akan menderita, jadi mendingan aku tetap berbohong." Sebenarnya alasan ia
berbohong adalah untuk membuat Anda senang. Jadi cara terbaik untuk mencegahnya
berbohong adalah dengan mengatakan, "Ibu pasti senang kalau kamu mau bilang yang
sebenarnya." Anak akan memelajari bahwa ada alasan lain untuk tidak berbohong.
Dan ini adalah cara untuk mengawalinya.

2. Tentang keyakinan diri. Memuji anak akan meningkatkan kepercayaan dirinya.
Selalu menyatakan bahwa anak Anda pintar setiap kali ia menunjukkan hasil
kerjanya juga tak selalu baik. Anda menunjukkan bahwa kesalahan apapun yang
berpotensi mempermalukan dirinya harus dihindari. Si kecil juga akan berhenti
mencoba segala sesuatu, meskipun hal tersebut tak begitu sulit dilakukan. Lebih
lanjut, tindakan Anda akan mengirimkan pesan bahwa usaha anak tidak penting
selama ia pintar. Pujilah upayanya, bukan sosok si anak.

3. Tentang kecerdasan. Anak yang berbakat akan terlihat sebelum menginjak usia 5
tahun.

Dari setiap 100 anak usia TK yang disebut berbakat berdasarkan tes intelejensia
yang standar, hanya 27 dari anak-anak tersebut yang akan tetap dianggap berbakat
sampai kelas 3 SD. "Satu persen teratas akan berada dalam daftar 10 persen
teratas lima tahun sesudahnya," kata Dr Donald Rock, Senior Research Scientist
di Educational Testing Service. "Tetapi anak-anak yang hasil tesnya baik mungkin
tidak akan ada di posisi tersebut hingga kelas 3 SD."

4. Tentang tontonan mereka. Film-film kartun yang disiarkan di televisi pasti
baik untuk usia mereka.

Film kartun memang kesannya kekanak-kanakan, tetapi belum tentu baik untuk
mereka. Anda mungkin akan mengira bahwa film yang menunjukkan sikap saling
berbagi dan menyayangi tidak akan membuat mereka menjadi agresif, dibandingkan
bila mereka menonton film-film penuh kekerasan. Namun, anak-anak yang masih
sangat kecil seringkali belum mampu menangkap pelajaran yang ingin disampaikan
pada bagian akhir film. Dengan demikian, semua konflik yang menunjukkan perilaku
buruk tidak ditanggapi anak sebagai sesuatu yang harus diubah, melainkan justru
sebagai instruksi mengenai bagaimana harus berperilaku.

5. Tentang bullying. Sebagai orangtua, Anda harus memastikan tidak ada toleransi sama sekali mengenai tindakanbullying, termasuk mengejek, menyebutnya dengan panggilan yang buruk, dan mengucilkannya.
Semua orang pasti tahu bahwa bullying bisa memberikan pengaruh yang sangat
buruk, bahkan bisa mematikan. Namun mengejek atau mengacuhkan anak lain di
tempat bermain adalah bagian yang normal (atau bahkan menyenangkan) dari proses
ia berkembang. Kalau anak diejek, ia tentu bisa belajar bagaimana menangkis atau
mengatasinya.

sumber
:http://sambilminumt eh.blogspot. com/2010/ 12/5-mitos- tentang-pengasuh an-anak.html

Rabu, Oktober 06, 2010

Kisah Inkarnasi Menagih Hutang

Epochtimes Selasa, 13 April 2010



Kisah ini terjadi di waktu antara akhir Dinasti Ming dan awal Dinasti Qing. Berjarak beberapa puluh kilometer dari Kota Beijing ada sebuah desa bernama Wa Jiadian. Di dalam desa tersebut ada satu keluarga yang kaya raya, orang menyebut dirinya dengan Tuan Qian.
Dua kilometer dari keluarga kaya itu, tinggal satu keluarga petani bermarga Li, orang biasa memanggilnya Adik Li. Oleh karena bisa mengerjakan sedikit pekerjaan bangunan, dia sering ke rumah Tuan Qian mengerjakan pekerjaan serabutan.

Setiap kali mengerjakan sesuatu di rumah Tuan Qian, upah yang dibe-rikan kepadanya pasti tidak sedikit. Karena sering bekerja di sana, lama kelamaan ia jadi sangat mengenal Tuan Qian. Hubungan antara dua keluarga menjadi erat. Tuan Qian memanggilnya dengan sebutan Adik Li sedangkan ia memanggil Tuan Qian dengan sebutan Kakak Qian.

Suatu saat, Tuan Qian sekeluar-ga akan pergi melakukan sesuatu di daerah selatan China, butuh waktu beberapa bulan baru kembali. Tuan Qian mencari dan berkata kepada Adik Li: “Adik Li, hubungan kita berdua sangat akrab, saya ada sedikit masalah ingin minta bantuan kepada Adik, maukah mengabulkan permintaan saya.

Adik Li menjawab: “Kakak Qian, ada masalah apa katakanlah, jika bisa mengatasi masalah ini saya pasti berusaha semampu saya.”

Tuan Qian berkata: “Saya ada sejumlah arak bagus, takut dicuri oleh pengawas rumah saya setelah saya tinggal pergi sekeluarga. Arak-arak tersebut ingin saya titipkan di rumah Adik, bagaimana pendapat Adik tentang hal tersebut.”

Adik Li menjawab: “Masalah kecil seperti ini tentunya tidak ada masalah, saya mengira masalahnya sangat besar, berangkatlah dengan tenang! Menunggu Anda kembali, barang-barang tersebut akan saya kembalikan seperti aslinya.”

Dengan demikian Tuan Qian menyuruh orang membawa 30 guci arak yang masih tersegel dengan baik ke rumah Adik Li. Guci-guci arak tersebut oleh Adik Li disimpan di kamar kosong yang berada di sebelah barat, hari-hari biasa kamar kosong tersebut dikunci.

Tuan Qian sekeluarga telah pergi selama dua bulan dan masih tetap tidak ada kabar beritanya.

Suatu hari Adik Li teringat akan guci-guci arak itu, dia lalu pergi ke kamar kosong itu untuk melihat. 30 guci arak tersebut disegel dengan menggunakan kertas kraft. Di atas guci menempel secarik kertas merah besar yang bertuliskan “ARAK” dengan huruf sangat besar.

Adik Li mencoba mengangkat sebuah guci untuk mencium baunya, tetapi tidak ada baunya sama sekali. Dalam hati dia berpikir: “Guci arak disegel serapat apapun seharusnya bisa tercium sedikit bau. Dia lalu menggunakan kedua tangan untuk menggoyang guci itu, juga tidak terdengar suara arak dari dalam guci itu."

Merasa penasaran, ia terus membuka segel guci. Isi guci tersebut membuatnya sangat terperanjat. Ternyata dalam guci bukan berisi arak, melainkan uang perak putih. Dia membuka segel semua guci dan menghitung seluruhnya. Tepat berjumlah 30.000 tail perak.

Bagaikan durian runtuh, melihat uang sebanyak ini, ketamakan hati Adik Li terusik. Dia memeras otak memikirkan akal untuk memiliki uang itu. Akhirnya dia menemukan akal busuk. Dia pergi ke kedai arak membeli sejumlah arak bagus, lalu arak tersebut dituangkan ke dalam guci-guci tersebut, kemudian disegel kembali seperti semula, sedangkan uang 30.000 tail perak itu disimpan di dalam ruang bawah tanah rumahnya.

Beberapa bulan kemudian Tuan Qian kembali dari berpergian. Adik Li mengirimkan kembali 30 guci arak ke rumah Tuan Qian. Setelah Adik Li pulang, Tuan Qian membuka guci arak itu untuk melihat, uang perak telah berubah menjadi arak. Dalam hati Tuan Qian segera mengerti: seluruh tabungan hidupnya telah dicuri Adik Li.

Dia bermaksud melaporkan hal tersebut kepada yang berwajib. Tetapi dipikir kembali, awalnya yang dia menitipkan ke Adik Li itu adalah arak, yang dikembalikan ke rumahnya sekarang ini juga adalah arak. Peristiwa tersebut bagaikan orang bisu yang makan barang pahit - merasa pahit getir tetapi tidak bisa diutarakan. Hal ini membuat Tuan Qian menjadi tertekan dan sangat marah. Tidak lewat setengah tahun lamanya Tuan Qian meninggal dunia karena tertekan.

Adik Li mengetahui Tuan Qian sudah meninggal, sudah tidak ada lagi orang yang menagih hutang. Dia lalu menggunakan uang Tuan Qian itu untuk membeli tanah, membangun rumah yang sangat besar, serta mencari lagi beberapa gundik. Dulu keluarga miskin sepi pengunjung, sekarang setelah kaya rumah ramai bagaikan kota.

Suatu hari salah satu isteri mudanya akan melahirkan. Karena isteri tua tidak memberikan keturunan sedangkan isteri muda tersebut akan melahirkan seorang putra sebagai keturunan, bisakah dia tidak menjadi girang? Harta warisan yang begitu besar tidak ada penerus warisan juga tidak benar.

Hari itu dia tiba-tiba bermimpi. Dia sedang minum teh di kamar, pintu kamar tiba-tiba terbuka, dari arah luar berjalan masuk seseorang, dia memperhatikan dengan saksama ternyata orang tersebut adalah Tuan Qian. Di atas bahu Tuan Qian terletak sebuah kantung uang, dengan tersenyum simpul dia berkata dengan Adik Li : “Saya datang untuk menagih hutang.” Adik Li mendadak terbangun dari mimpi, sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.

Saat itu datang seorang pembantu rumah berjalan masuk ke dalam dan memberi laporan: “Selamat kepada Tuan Besar, Ibu Kedua telah melahirkan seorang putra yang sehat bagi Anda.”

Sebenarnya berita tersebut adalah kabar yang sangat mengembirakan, tetapi teringat dengan mimpi semalam, sekujur badan Adik Li menjadi kurang nyaman. Selalu memikirkan mimpi itu ada hubungan apa dengan anaknya itu. Maka dari itu terhadap putranya dia selalu waspada. Tetapi putra tunggalnya tersebut sangat berbakti kepada dia, sampai pada usia sekolah.

Adik Li mengundang beberapa guru untuk mengajar putranya. Anak ini juga berjuang demi kehormatan, apa yang telah diajarkan kepada dia, sekali melihat selamanya tidak akan lupa. Para guru juga sering memuji bakat anak ini, mereka yakin anak tersebut di kemudian hari pasti bisa menjadi seorang pejabat.

Lama kelamaan masalah mimpi menagih hutang juga berangsur-angsur dilupakan oleh Adik Li. Hingga anaknya berumur 18 tahun, akan pergi ke ibu kota untuk mengikuti ujian negara. Sebagaimana diduga sebelumnya anak ini sekali mengikuti ujian negara langsung lulus dan dinobatkan menjadi pejabat tingkat-7. Rumah Adik Li tergantung lentera-lentera merah, suasana perayaan pesta terlihat di sana, para kolega dan handai taulan berdatangan untuk memberi selamat.

Di dalam perayaan pesta ada seseorang yang berkata: “Zaman sekarang ini lagi tren menggunakan uang membeli jabatan. Saya kira Kakak Li juga tidak kekurangan uang, tidak ada salahnya jika menghabiskan sedikit uang membelikan jabatan yang tingkatnya lebih tinggi bagi putranya. Jika Anda berminat saya bisa memperkenalkan seseorang kepada Anda.” Para hadirin yang menghadiri pesta itu semuanya berkata pendapat itu sangat bagus.

Adik Li dalam hati berpikir: Putra satu-satunya ini sangat berbakat dalam sastra dan seni, menjadi pejabat tingkat-7 sangat menyia-nyiakan bakatnya, boleh juga jika membelikan jabatan yang lebih tinggi. Oleh karena itu Adik Li menghabiskan sejumlah uang membeli jabatan itu untuk anaknya. Beberapa bulan kemudian, pejabat yang menerima hadiah besar itu sungguh telah mengangkat putra tunggal Adik Li tersebut menjadi pejabat tingkat-4.

Hal ini juga merupakan kejadian yang mengembirakan, maka dari itu keluarga Li dengan riang gembira merayakan. Karena jabatan juga sudah ada, maka mak comblang yang mencarikan jodoh juga sangat banyak. Tetapi tidak ada satupun yang diminati oleh anak itu. Diam-diam dia menaksir anak seorang menteri. Oleh karena itu Adik Li tidak bisa menghindar untuk memberikan hadiah besar mengundang orang untuk menjadi mak comblang.

Setelah menghabiskan sejumlah uang banyak pihak perempuan baru mau menyetujui perjanjian pernikahan ini. Tidak ada cara lain Adik Li juga harus mengeluarkan banyak uang untuk mas kawin putranya itu. Adik Li terpaksa mengabulkan segala permintaan dan akhirnya masalah tersebut baru bisa terselesaikan.

Hari pernikahan ditetapkan pada tanggal 5 bulan depan. Tinggal beberapa hari lagi pernikahan putranya akan dilangsungkan, hati Adik Li sangat gembira. Karena kelewat gembira pada malam harinya Adik Li minum arak agak berlebihan, sehingga dia terbaring di ranjang dan tertidur pulas.

Suasana mimpi pada 18 tahun yang lalu muncul kembali di depannya. Tuan Qian dengan tersenyum simpul berkata kepadanya: “Hutang Anda sudah saya tagih selama 18 tahun, akhirnya terbayar juga, masih disertai dengan sedikit bunga.” Sambil berkata dia menepuk-tepuk kantong uang yang berada diatas bahunya. Sungguh benar ketika dia pertama kali datang kantung uang diatas bahunya itu masih mengempis, sekarang kantung itu terlihat mengembung.

Tuan Qian melanjutkan berkata: “Hutang sudah lunas, tiba saatnya saya pergi.” Sampai di sini Adik Li tiba-tiba terbangun dari mimpi. Saat itu bertepatan dengan kedatangan seorang pelayan yang berjalan tergopoh-gopoh masuk ke dalam dan berkata kepadanya: “Tuan besar, ada kabar buruk, putera Anda sedang sakit, sebaiknya Anda pergi menjenguk!”

Adik Li berjalan dengan setengah berlari dia bergegas kekamar anaknya. Putera kesayangannya itu telah meninggal dikamarnya. Dengan lemas dia terduduk di lantai. Akhirnya dia mengerti: Tuan Qian menitis menjadi anaknya untuk menagih hutang.

Dipikir kembali: sejak anak itu lahir, sampai mengundang guru untuk mengajar, pergi mengikuti ujian, membeli jabatan, lamaran, mas kawin, anaknya ini telah menghabiskan uangnya lebih dari 30.000 tail perak. Maka dari itu menjelang kepergian Tuan Qian dia bilang masih termasuk sedikit bunga.

Sejak itu, Adik Li kehilangan semuanya, setiap hari dia berkeliaran di jalan seperti seorang pengemis, bertemu dengan siapapun dia selalu bercerita tentang masa lalunya yang menipu dan mencelakai orang lain, memberi nasihat kepada orang lain jangan sampai melakukan hal-hal yang kejam dan tidak berkeperimanusiaan seperti dirinya. Kalau tidak, hutang kepada orang lain selalu harus dibayar, tetapi semua orang menganggap Adik Li sudah menjadi gila.

Orang boleh mengira cerita di atas hanyalah isapan jempol, tetapi penulis mendapatkan kasus yang serupa terjadi pada seorang bangsawan yang akhirnya kehilangan putra dan semua hartanya. Ia menyesali perbuatannya yang jahat, yang ingin mengejar kekayaan dengan menghalalkan segala cara, akhirnya putranya yang menjadi korban. Pada akhirnya ia hanya bisa menyesal, menyesal yang tidak berkesudahan, tetapi apa guna? (The Epoch Times/lin)

Mau Punya Tetangga Musuh Atau Teman?

Pada zaman Tiongkok Kuno, ada seorang petani mempunyai seorang tetangga yang berprofesi sebagai pemburu dan mempunyai anjing-anjing yang galak dan kurang terlatih. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar-ngejar domba-domba petani.

Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak mau peduli.

Suatu hari aning-anjing itu melompati pagar dan menyerang beberapa kambing sehingga terluka parah. Petani itu merasa tak sabar, dan memutuskan untuk pergi ke kota untuk berkonsultasi pada seorang hakim.

Hakim itu mendengarkan cerita petani itu dengan hati-hati dan berkata, "Saya bisa saja menghukum pemburu itu dan memerintahkan dia untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya. Tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau inginkan, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?"

Petani itu menjawab bahwa ia lebih suka mempunyai seorang teman.

"Baik, saya akan menawari Anda sebuah solusi yang mana Anda harus manjaga domba-domba Anda supaya tetap aman dan ini akan membuat tetangga Anda tetap sebagai teman."

Mendengar solusi pak hakim, petani itu setuju.

Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim. Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada tiga anak tetangganya itu, yang mana ia menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut.

Untuk menjaga mainan baru anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah menggangu domba-domba pak tani.

Di samping rasa terima kasihnya kepada kedermawanan petani kepada anak-anaknya, pemburu itu sering membagi hasi buruan kepada petani. Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya. Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.

Sebuah ungkapan Tiongkok Kuno mengatakan, "Cara Terbaik untuk mengalahkan dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih."

Sama dengan ungkapan Amerika yang mengatakan, "Seseorang bisa menangkap lebih banyak lalat dengan madu dari pada dengan cuka." (Erabaru/isw)

Amandel Sakit Tak Selalu Harus Diangkat

Posted date : July 10, 2009
Disadur dari Intisari July 2008


Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak dan sering membuat orangtua bingung. Tak jarang dokter dengan gampang menyarankan operasi pengangkatan amandel padahal ebetulnya si anak cukup diobati infeksinya saja. Sebaliknya, kadang orangtua bersikukuh tidak mau amandel anaknya dioperasi. Padahal, jika tidak diangkat, amandel itu malah akan menjadi sumber penyakit buat si anak.

Amandel, yang dalam bahasa medis disebut tonsil, merupakan salah satu benteng pertahanan tubuh manusia, terutama ketika masih kanak-kanak. Pada usia itu, daya tahan tubuh masih lemah. Organ yang jumlahnya sepasang ini berada di rongga tenggorok, di kiri dan kanan belakang rongga mulut. Organ ini berada di garda paling depan, tugasnya menangkal kuman yang masuk dari mulut. Selain amandel, di rongga tenggorok masih ada lagi benteng pertahanan tubuh, namanya adenoid. Letaknya di langit-langit atas rongga tenggorok, dekat saluran ke hidung. Fungsinya serupa dengan amandel, sebagai penangkal kuman yang masuk dari udara yang masuk ke saluran napas.

Dalam kedaan normal, sebetulnya di rongga mulut dan tenggorok terdapat banyak sekali kuman. Tapi kuman-kuman itu tidak sampai membuat si anak sakit asalkan daya tahan tubuhnya dalam kondisi baik. Ketika daya tahan tubuh menurun, kuman-kuman itu bisa menjadi ganas dan menyebabkan infeksi. Karena daya tahan tubuh anak-anak belum sekuat orang dewasa, mereka lebih mudah kena infeksi.

Saat terkena infeksi, amandel ini akan meradang. Jika si anak disuruh membuka mulutnya lebar-lebar, akan kelihatan amandelnya bengkak, warnanya memerah. Radang ini disertai dengan demam dan rasa nyeri di tenggorok, terutama saat menelan makanan.

Menurut panduan kesehatan Mayo Clinic, radang amandel paling banyak disebabkan oleh virus. Urutan kedua, bakteri. Dari deretan bakteri, yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Streptococcus beta-haemolyticus grup A. Jika biang keladinya virus, pasien cukup memerlukan obat pereda nyeri, penurun panas, dan perawatan rumah. Infeksi akan sembuh dengan sendirinya setelah daya tahan tubuhnya membaik.

Tapi jika infeksi disebabkan oleh bakteri, pasien juga memerlukan antibiotik. “Radang amandel tidak selalu harus dioperasi bila ditatalaksana dengan baik,” kata Dr. dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT (K), pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Jenny menandaskan hal ini karena tak jarang dokter “main angkat” saja saat menghadapi pasien radang amandel. Ketika pasien dibawa ke rumah sakit, biasanya amandelnya memang kelihatan besar. Makanya kemudian dokter kemudian menyarankan operasi. Padahal, kata dokter yang praktik di RS Khusus THT Proklamasi, Jakarta ini, kondisi amandel yang membesar tidak bisa begitu saja dijadikan dasar melakukan operasi.

Pada saat serangan infeksi, wajar kalau amandel membengkak cukup besar karena memang sedang terjadi peradangan. Jika setelah infeksinya diobati ternyata amandelnya mengecil lagi dan pasien kembali sehat, berarti memang amandelnya tidak perlu diangkat. Istilah dokternya, “belum ada indikasi untuk operasi.”

Menjadi sumber infeksi

Operasi adalah pilihan terakhir. Tindakan ini hanya direkomendasikan jika amandel telah berubah menjadi sumber penyakit, bukan lagi penangkal penyakit. Pada saat itu, tak ada pilihan lain, amandel harus diangkat.

Amandel dikatakan telah menjadi sumber masalah jika telah menjadi sarang kuman yang menyebabkan infeksi berulang. Ini mirip dengan kondisi perang ketika benteng pertahanan telah dikuasai lawan dan menjadi markas mereka. Maka, pada saat itu, tak ada pilihan lain, benteng harus diserang.

Dalam kondisi sehat, amandel berfungsi menjadi penangkal infeksi. Tapi jika terlalu sering kena infeksi, ia bisa menjadi sarang kuman yang menyebabkan infeksi berulang. Ini bisa dilihat dari seberapa sering pasien menderita infeksi. Jika dalam setahun, ia sampai mengalami 5 atau 6 kali infeksi tenggorok parah, itu berarti memang amandel telah berubah menjadi sumber penyakit.

Kalau si anak langganan infeksi tenggorok parah tiap dua bulan sekali atau bahkan tiap bulan, itu berarti memang telah ada indikasi operasi. Jika kondisi ini dibiarkan saja, pengaruh infeksi bisa menyebar sampai ke organ lain, seperti jantung dan ginjal. Jika pembesaran amandel terjadi bukan karena infeksi yang berulang, maka itu belum merupakan alasan untuk operasi.

Menurut panduan Mayo Clinic, tindakan operasi perlu diambil jika si anak mengalami infeksi tenggorok parah:
• Setidaknya 7 kali dalam setahun
• Atau, setidaknya 5 kali setahun, dalam rentang 2 tahun
• Atau, setidaknya 3 kali setahun, dalam rentang 3 tahun

Tindakan operasi juga perlu diambil jika amandel membengkak terlalu besar sampai menyumbat saluran napas. Apalagi jika adenoid juga membesar. Kalau tidak dioperasi, sumbatan ini akan menyebabkan anak mengalami kesulitan bernapas dan dikhawatirkan terjadi obstructive sleep apnea (henti napas saat tidur).

Operasi juga direkomendasikan kalau pasien mengalami infeksi telinga tengah yang berulang, infeksi rongga hidung yang kronis, atau radang tenggorok kronis yang disertai dengan napas bau.

Menentukan batas antara perlu tidaknya operasi ini merupakan tahap yang sangat kritis. Jika dokter kurang cermat, bisa saja ia menyarankan operasi padahal sebetulnya tidak perlu. Karena itu Jenny menandaskan perlunya dokter menentukan indikasi operasi ini dengan cermat. Yang lebih menentukan di sini memang pihak dokter. Tapi, seperti biasa, pasien selalu punya hak memperoleh pendapat dokter kedua.

Sekalipun setelah sembuh, amandel tetap tampak lebih besar dari ukuran normal, itu tetap bukan indikasi operasi. Pada saat anak tumbuh dewasa, rongga mulut dan tenggorok akan membesar seiring dengan bertambahnya usia sehingga amandel tampak mengecil. Pada usia 12 tahun, fungsi amandel sebagai benteng pertahanan sudah mulai digantikan oleh sistem imunitas lain. (Meskipun orang dewasa juga tetap bisa kena radang amandel.)

Risiko vs manfaat

Karena kritisnya masalah operasi ini, tahap yang paling menetukan adalah ketika dokter menentukan ada tidaknya indikasi operasi. Setiap dokter punya tingkat kejelian yang berbeda. Kalau dokter kurang cermat dan buru-buru menganjurkan operasi, si anak harus kehilangan sesuatu yang sebetulnya tidak perlu terjadi
Tindakan operasi pada sakit amandel memang bukan pilihan pertama. Sebisa mungkin, amandel harus dipertahankan karena fungsinya sebagai benteng pertahanan tubuh.

Sistem imunitas ini sangat diperlukan anak-anak karena daya tahan tubuh mereka masih belum sekuat orang dewasa. Tapi, begitu ada indikasi operasi, (orangtua) pasien tidak perlu takut berlebihan. Tak jarang sebagian orangtua bersikukuh tidak mau amandel anaknya dioperasi padahal sebetulnya tindakan ini diperlukan. Bahkan, ada pula orangtua pasien yang suuzon dan menganggap dokter hanya mencari keuntungan materi ketika menawarkan opsi operasi.

Seperti tindakan medis lainnya, pengangkatan amandel dilakukan dengan menimbang risiko dan manfaatnya.

Jika amandel tidak diangkat (padahal sudah ada indikasi operasi), pasien bisa mengalami komplikasi yang lebih serius. Amandel bisa menjadi sumber infeksi. Bukan hanya infeksi setempat di tenggorok saja, tapi juga bisa menjalar ke jantung dan ginjal.

Jadi, ada saat di mana amandel harus tetap dipertahankan. Tapi ada saatnya pula ketika amandel memang terpaksa harus diangkat. Alasannya semata-mata karena alasan risiko dan manfaat.

Karena adanya risiko sakit amandel menjadi alasan operasi, Jenny menegaskan agar orangtua tidak meremehkan radang tenggorok pada anak. Radang tenggorok berpotensi menjadi penyakit langganan kalau pengobatannya “tidak adekuat”. (Ini istilah di kalangan dokter yang artinya “tidak tuntas”.) Pengobatan tidak tuntas bisa disebabkan, misalnya, oleh pemilihan antibitoik yang tidak tepat. Itu sebabnya orangtua tidak dianjurkan melakukan pengobatan sendiri, misalnya dengan memberikan antibiotik yang pernah diminum anak pada saat sakit sebelumnya (meskipun pada saat itu infeksi sembuh). Kalau sekadar memberikan obat kumur atau obat isap, itu tidak apa-apa. Tapi kalau urusannya sudah menyangkut antibiotik, orangtua harus menyerahkan urusan ini kepada dokter.

Lalu, kapan orangtua harus membawa anaknya ke dokter? Patokannya sederhana, yaitu kalau radang sudah disertai demam dan nyeri tenggorok, terutama saat menelan. Dua gejala ini adalah pertanda bahwa radang disebabkan oleh infeksi. Mayo Clinic memberi panduan yang lebih rinci.

Pasien perlu segera ke dokter jika radang tenggorok tidak hilang dalam 48 jam, demam di atas 39.

Kalau pasien datang ke dokter lebih dini, infeksi bisa segera diobati sebelum menjadi lebih parah. Dengan pengobatan lebih dini, radang amandel diharapkan tidak berkembang menjadi kronis dan bolak-balik kambuh. Dengan begitu, risiko pengangkatan amandel juga bisa diminimalkan.

Setelah pasien sembuh, ia harus menjaga agar penyakitnya tidak kambuh. Caranya, tentu saja dengan menjaga daya tahan tubuhnya karena memang infeksi ini sangat ditentukan oleh ketahanan tubuh. Anak harus makan gizi seimbang, cukup istirahat, juga cukup aktivitas fisik, menjaga higiene (kebersihan), menghindari ketularan teman yang kena infeksi, tidak main hujan-hujan, dan sebangsanya.

Orangtua harus memastikan anaknya menghindari makanan atau minuman yang bisa memicu iritasi tenggorok. Anak-anak tertentu punya tenggorok yang sensitif terhadap es, makanan-minuman yang dingin, atau makanan yang manis seperti cokelat. Jika jenis makanan ini sudah diketahui bisa menyebabkan iritasi tenggorok, orangtua harus menjauhkannya dari si anak. Lebih baik kelihatan sedikit galak daripada membiarkan anak berurusan dengan pisau bedah.

Deteksi Dini Kanker Payudara Sering Terlambat

Sabtu, 29 Agustus 2009 | 08:16 WIB

*Jakarta, Kompas* - Kanker payudara merupakan jenis kanker dengan jumlah kasus terbanyak di dunia, sekaligus penyebab kematian terbesar. Sebagian besar penderita baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut karena rendahnya tingkat kesadaran untuk periksa kesehatan.

”Apalagi tidak ada gejala kanker payudara yang khas,” kata dr Samuel Haryono, ahli bedah onkologi dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jumat (28/8) di Jakarta. Dengan terapi sejak dini, angka harapan hidup jauh lebih tinggi, bahkan kecacatan akibat operasi bisa dihindari.

Data dari RS Dharmais pada lima tahun terakhir menyebutkan, angka kejadian kanker payudara menempati urutan pertama, 32 persen, dari total jumlah kasus kanker. Dari total penderita kanker payudara, 40 persen berobat pada stadium awal, 30 persen dari total jumlah penderita kanker terdeteksi stadium lanjut lokal, dan dari kelompok ini, 30 persen dengan metastasis.

Metastasis merupakan proses ketika sel kanker dapat melepaskan diri dari tumor utama, masuk ke pembuluh darah, ikut bersirkulasi dalam aliran darah, dan tumbuh di jaringan normal yang jauh dari tumor asalnya. ”Pada kanker payudara, metastasis paling umum terjadi pada organ-organ vital, seperti paru-paru, hati, tulang, bahkan otak,” ujarnya.

”Ada lima fase reaksi emosional penderita ketika diberi tahu menderita kanker yang sudah lanjut,” kata dr Maria Astheria Wijaksono, ahli perawatan paliatif dari RS Kanker Dharmais.

Fase pertama adalah penderita menyangkal kenyataan, lalu marah terhadap kenyataan yang dihadapi, diikuti fase menimbang-nimbang, dan diliputi depresi. Setelah fase ini berlalu, akhirnya pasien sadar dan menerima kenyataan.

Konsultan hematologi-onkologi medik dari RS Kanker Dharmais, dr Asrul Harsal, menambahkan, pengobatan dilakukan berdasarkan perjalanan penyakit. Pada stadium satu hingga 3A, yang dianggap kankernya masih lokal, biasanya dilakukan tindakan operasi dan sering ditambah radioterapi atau penyinaran.

Keputusan pemberian kemoterapi setelah operasi pada stadium awal dilakukan berdasarkan faktor risiko, seperti ukuran tumor, keterlibatan kelenjar, reseptor hormonal, agresivitas tumor, serta menyusupnya sel-sel ke pembuluh darah dan getah bening.

Sejumlah kondisi yang tak dibolehkan mendapat kemoterapi adalah infeksi, jumlah sel darah putih kurang, kondisi pasien buruk, dan kondisi psikologis. Juga perlu diperhatikan efek samping kemoterapi, seperti mual dan muntah, sariawan, gangguan buang air besar, kebotakan, dan nyeri sendi.

http://kesehatan. kompas.com/ read/xml/ 2009/08/29/ 08165480/ deteksi.dini. kanker.payudara. sering.terlambat

Operasi Kanker Payudara Masih Ditakuti

Selasa, 8 September 2009 | 13:52 WIB
*Laporan wartawan KOMPAS.com Rosdianah Dewi*

*JAKARTA, KOMPAS.com* - Kata operasi terlebih lagi pada penderita kanker payudara seperti suatu horor yang sangat menakutkan. Hal tersebut sangat disayangkan pasalnya di Indonesia kanker payudara menduduki posisi kedua di bawah kanker rahim sebagai sebagai penyebab kematian tertinggi pada wanita.

Menurut Dr. Walta Gautama, SpB(K) Onk, Divisi Bedah RS Kanker Dharmais, penyebab utama pasien merasa takut untuk dioperasi adalah kurangnya pengetahuan tentang operasi.

"Pasien tidak mengetahui operasi jenis apa yang cocok untuk penyakitnya. Pasien bertanya apa yang dilakukan dokter saat operasi. Semua itu membuat pasien cemas karena tidak mempunyai gambaran mengenai situasi yang akan dihadapi setelah operasi," ujarnya dalam penyuluhan operasi Kanker Payudara di RS. Kanker Dharmais, Jakarta, Selasa (8/9).

Berdasarkan data dari RS. Kanker Dharmais, jumlah pasien kanker payudara yang datang dalam stadium III adalah 13, 42 persen, stadium III sebesar 17 persen dan stadium lanjut 29, 98 persen.

Galta menyayangkan hal tersebut, pasalnya jika pasien datang dengan stadium yang sudah lanjut akan semakin sedikit pilihan operasi bagi pasien.

Ia mengatakan, pasien tidak perlu merasa takut menghadapi operasi kanker payudara. Sebelum operasi, pasien pasti akan menjalani pemeriksaan mendalam. Keputusan jenis operasi yang akan dijalani juga diambil berdasarkan hasil diskusi tentang kelemahan dan keunggulan operasi serta keseuaian dengan jenis dan /staging/ kanker pada pasien. "Jadi tidak asal operasi," ucapnya.

Dikatakannya, secara garis besar terdapat dua jenis operasi untuk kanker payudara yaitu Mastektomi dan /Breast Conserving Therapy /(BCT) . Teknik ini digunakan untuk mengangkat jaringan payudara sambil berusaha mempertahankan sebagian payudara, puting dan areola. Operasi BCT dilakukan juga dengan pengangkatan kelenjar getah bening akisla dan dilanjutkan dengan radiasi.

Operasi ini cocok untuk kanker payudara stadium dini kecuali kanker yang letaknya di tengah payudara. Syarat lain untuk melakukan BCT, besar tumor tidak lebih dari, tidak ada penyebaran pada jaringan lain dan puting tidak ikut terkena.

Teknik yang kedua adalah Mastektomi, operasi ini mengangkat seluruh jaringan payudara, puting dan seluruh pengangkatan getah bening aksila. Mastektomi sendiri terbagi lagi menjadi beberapa macam. Yang pertama adalah mastektomi radikal, yaitu mengangkat seluruh otot dada dan kelenjar getah bening aksila. Kemudian luka operasi ditutup dengan tandur kulit. "Teknik ini mulai ditinggalkan, karena hasilnya sangat
buruk secara kosmetik," kata dia.

Teknik Masektomi lainnya, kata Walta adalah skin sparing mastectomy. Operasi ini menyisakan kulit payudara. Skin sparing mastectomy ini banyak dilakukan bagi para pasien yang ingin menjalani rekonstruksi payudara.

Waktu yang digunakan untuk operasi skin sparing mastectomy ini lebih lama dari pada operasi biasa. Jika operasi biasa memerlukan waktu dua jam, teknik ini membutuhkan empat jam dalam pengerjaannya. "Itu disebabkan luka yang dibuat kecil. Jadi pengeluaran jaringan payudara membutuhkan waktu yang lama," kata dia.

http://kesehatan. kompas.com/ read/xml/ 2009/09/08/ 13522724/ operasi.kanker. payudara. masih.ditakuti

Waspadai Benjolan Tak Menyakitkan di Payudara

Selasa, 8 September 2009 | 13:45 WIB
*Laporan wartawan KOMPAS.com Rosdianah Dewi*

*JAKARTA, KOMPAS.com* — Jika Anda memiliki benjolan pada payudara, tetapi tidak merasa nyeri, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Pasalnya, salah satu indikasi kanker payudara adalah terdapat benjolan tanpa rasa sakit.

"Kalau pada payudara ada benjolan lunak dan tidak terasa nyeri, segera periksa. Dikhawatirkan, itu kanker," kata dr Walta Gautama, SpBK (K) Onk, divisi bedah Tumor RS Kanker Dharmais, di RS Dharmais, Jakarta, Selasa (8/9).

Ia menuturkan, semakin keras dan nyeri akibat benjolan yang ada pada payudara, maka semakin kecil kemungkinan benjolan itu adalah tumor. Pasalnya, benjolan kanker pada payudara tidak menyebabkan rasa nyeri. "Banyak pasien yang salah sangka. Mereka pikir kalau benjolan tidak nyeri itu aman, yang nyeri justru yang berbahaya. Padahal, anggapan itu salah," ungkap Walta.

Ia menyesalkan, akibat anggapan tersebut, banyak pasien yang menganggap enteng benjolan yang ada itu dan baru berkonsultasi setelah mengalami stadium lanjut.

Ia menerangkan, besarnya benjolan tergantung pada /staging /atau stadium/ /kanker payudara. Stadium 0, sangat dini, benjolan belum teraba. Stadium/ /I, ukuran benjolan kurang dari 2 cm. Stadium II, ukuran benjolan meningkat menjadi 2,5 cm, Stadium III, benjolan membesar menjadi lebih dari 5 cm. Kemudian pada stadium IV, benjolan bisa lebih dari 5 cm.

Menurutnya, setiap wanita harus melakukan /screening /pada payudara mereka sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendeteksi secara dini kemungkinan terkena kanker payudara. Waktu yang tepat untuk melakukan /screening/ adalah tujuh sampai sepuluh hari setelah selesai menstruasi. "Pada saat itu, hormon telah kembali normal sehingga, jika terdapat benjolan yang mencurigakan, akan segera terdeteksi," kata dia.

http://kesehatan. kompas.com/ read/xml/ 2009/09/08/ 13452757/ waspadai. benjolan. tak.menyakitkan. di.payudara