Minggu, Februari 03, 2008

Mendeteksi Kehamilan Kosong

Kelihatannya, sih, seperti hamil biasa, namun janin tak ada atau tak berkembang sempurna. Susahnya lagi, hanya bisa dipastikan melalui USG. Sering, kan, kita mendengar istilah kehamilan kosong? Nah, menurut dr. Antony Atmadja Sp.OG, MCE, sebenarnya kehamilan kosong atau blighted ovum (BO), hanya terminologi dari pemeriksaan keguguran. "Ia termasuk jenis keguguran yang spontan," kata spesialis kandungan dari RS Mitra Keluarga Bekasi.

Seseorang baru bisa diindikasikan telah mengalami kehamilan kosong, jika saat dilakukan pemeriksaan klinis dengan USG, terlihat hanya memiliki kantong kehamilan saja. "Jadi, tak ada pertumbuhan janin di dalam kantong tersebut." Memang, lanjut Antony,tidak terlihatnya janin saat dilakukan USG, tak berarti janin tidak ada sama sekali. "Mungkin saja sudah terbentuk, tapi tidak jadi tumbuh. Saat terjadi BO, kandungan hanya berupa kantong yang berisi cairan. Mirip hamil anggur di mana janin
tidak kelihatan." Yang jelas, lanjutnya, jika lewat USG janin belum terlihat, "Tak selamanya dipastikan terjadi kehamilan kosong."

TAK ADA DENYUT JANTUNG

Berdasar prosedur,ginekolog baru dapat menyimpulkan BO setelah usia kehamilan di atas 7-8 minggu. Saat itu diameter kantong kehamilan sudah mencapai ukuran antara 2,5-3 cm. Sementara jika dilakukan USG saat usia kehamilan masih di bawah 8 minggu, dokter belum dapat melihat pertumbuhan janin karena kantong kehamilan yang terbentuk masih kecil. Pada layar USG, besar kemungkinan hanya terlihat lingkaran kantong janin saja. Lain halnya jika USG dilakukan saat usia kehamilan 8 minggu dan hanya terlihat kantong kehamilan saja tanpa janin di dalamnya, "Baru bisa dikatakan kehamilan tersebut kosong alias BO." Yang menyedihkan, umumnya ibu tak tahu jika mengalami BO. Sebab,sejak awal kehamilan berjalan dengan baik dan normal tanpa tanda-tanda kelainan. Kelainan biasanya baru diketahui saat kehamilan memasuki pertengahan trimester pertama. "Saat diperiksa, dokter tidak dapat mendeteksi denyut jantung janin atau tak melihat janin ketika melakukan USG." Nah, menurut Antony, itu sebabnya penting sekali memeriksa kehamilan secara rutin. "Supaya dokter bisa mengetahui dan memantau kondisi janin. Jadi, kalaupun terjadi BO, sudah bisa diketahui sebelum berlanjut jadi keguguran." Sayangnya, tak jarang si ibu baru tahu dirinya mengalami kehamilan kosong setelah timbul perdarahan. Padahal, perdarahan tersebut merupakan tahap awal terjadinya keguguran.

PASANGAN BERUMUR

Kehamilan kosong, jelas Antony, termasuk kategori abortus spontan. Sebab, hasil pembuahan tidak tumbuh serta berkembang menjadi janin. Embrio yang tidak dapat berkembang dengan sempurna tersebut akhirnya akan keluar dengan sendirinya. "Kendati bisa keluar sendiri,umumnya jika sudah diketahui BO, akan segera dilakukan tindakan evakuasi atau kuretase." Hal tersebut dilakukan karena kehamilan sudah tak mungkin berkembang lagi. Selain itu, untuk menghindari efek samping yang merugikan bila terjadi perdarahan.

Sama halnya dengan abortus yang terjadi pada usia kehamilan di bawah 3 bulan atau 12 minggu, sekitar 60 persen kehamilan kosong disebabkan kelainan kromosom dan gen. Sisanya, yakni sekitar 40 persen,disebabkan berbagai faktor. Seperti infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan sakit kencing manis/diabetes melitus yang tidak terkontrol. Faktor lainnya,lanjut Antony, adalah kelainan yang berasal dari sel telur dan sperma. "Kendati bisa juga semuanya normal, hanya saja waktu proses pembelahan kromosom dan gen terjadi translokasi. " Padahal, semua ibu hamil pada dasarnya berisiko mengalami abortus yang salah satu penyebabnya adalah kehamilan kosong tadi.

Berdasar teori risiko itulah, kian tua usia istri dan suami serta semakin banyak jumlah anak, kian besar pula peluang terjadi BO. Begitu pula ibu yang menggunakan program kehamilan dibantu, tingkat abortusnya relatif lebih tinggi dibanding mereka yang hamil spontan. Menurut Antony,secara kasar angka keguguran yang terjadi pada ibu hamil sekitar 10-15 persen dan prosentasenya lebih tinggi pada kelompok pasangan yang berisiko tinggi. Penyebabnya, karena peluang mereka mengalami kelainan genetik pun lebih besar.

TUNTASKAN PENYEBAB

Pada dasarnya, jelas Antony, kehamilan kosong tidak berdampak pada keselamatan si ibu. Hanya saja, bahaya akan muncul sebagai akibat dari komplikasi tindakan yang dilakukan. Semisal kuretase. Sementara sebelum dilakukan kuretase, umumnya si ibu sudah mengalami perdarahan. Bila perdarahan yang terjadi tergolong berat, si ibu bisa kehabisan darah yang dapat mengancam jiwanya. Dampak lain yang tidak kalah besar pengaruhnya adalah faktor psikologis si ibu itu sendiri. Dalam arti, tentu sangat berat baginya kala harus menerima kenyataan dirinya keguguran. Butuh waktu yang tidak singkat untuk memulihkan kondisi jiwanya. "Siapa, sih, yang enggak kecewa kalau kehamilan yang sudah sangat dinanti-nantikan harus berakhir dengan keguguran?"

Seperti halnya keguguran pada umumnya, dalam 1 atau 2 bulan, rahim yang luka akibat kuretase sudah dapat pulih kembali. Hingga di atas kertas sebetulnya yang bersangkutan sudah dapat hamil kembali. Kendati begitu, saran Antony, sebaiknya sebelum merencanakanhamil kembali, "Sedapat mungkin sumber penyebab keguguran tersebut dicari, sekaligus ditangani tuntas terlebih dahulu." Kalau penyebabnya karena infeksi atau penyakit tertentu, contohnya, "Ya, sembuhkan lebih dulu infeksi atau penyakit tersebut." Memang, mengupayakan kesembuhan suatu penyakit secara tuntas tentu perlu waktu yang tidak singkat dan juga biaya. Umpamanya pemeriksaan darah untuk tes kromosom dan sebagainya. Tapi tetap akan lebih baik daripada harus kecewa lagi, bukan? Rodin Daulat G.T. Ilustrasi : Pugoeh/nakita

Tindak Pencegahan Pencegahan kehamilan kosong, jelas Antony, masih agak sulit lantaran penyebabnya pun masih sumir alias belum bisa dipastikan secara tegas. Yang jelas,pola hidup sehat seperti menjaga kebersihan dan menghindari rokok, dapat memperkecil terjadinya kehamilan kosong. "Kebiasaan merokok jelas dapat mengganggu sel telur atau sperma. Sementara infeksi sedapat mungkin dihindari dengan imunisasi." Rodin

Tanpa Gejala Spesifik

Menurut Antony, kehamilan kosong tidak dapat dicirikan atau tampak dari luar. Tak heran jika baru terdeteksi setelah timbul perdarahan yang biasanya terjadi pada saat usia kehamilan memasuki pertengahan trimester pertama. Rodin

Infeksi Rubella

Penyebab Kehamilan Kosong Menurut dr. Antony Atmadja Sp.OG, MCE, walaupun prosentasenya kecil, infeksi rubella pada ibu hamil dapat menyebabkan terjadinya kehamilan kosong atau blighted ovum. Untuk menghindari masuknya virus rubella ke dalam tubuh, dapat dicegah dengan imunisasi. Selain imunisasi, ibu hamil pun harus selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggalnya. Menurut dr. Lastiko Bramantyo Sp.OG, penyebaran penyakit ini sendiri biasanya melalui makanan atau udara yang telah terkontaminasi virus rubella. Gejalanya sendiri terkadang tidak nampak. Hanya biasanya, ibu yang terkena infeksi rubella mengalami sedikit demam, yang kadang tidak disadarinya. Gejala lainnya, terdapat ruam-ruam merah di kulit, seperti biduran atau biang keringat. Lagi-lagi, gejala tersebut kadang-kadang tidak nampak. "Satu-satunya cara untuk mengetahui terinfeksi atau tidak oleh virus rubella, adalah melalui pemeriksaan darah di laboratorium. Bila ibu hamil terbukti terinfeksi, harus lekas diobati." Selain itu, janin yang ada dalam kandungan harus terus dimonitor perkembangannya. Akibat infeksi virus rubella pada ibu hamil dapat berdampak buruk pada janin. Walaupun begitu, menurut Lastiko, tidak semua ibu hamil yang terinfeksi virus rubella, janin yang ada dalam kandungannya ikut terkena juga. "Infeksi ini dapat mengakibatkan cacat bawaan, janin meninggal di dalam, dan keguguran. Cacat bawaan yang dapat dialami berupa, lemah mental, gangguan pada penglihatan seperti katarak, tuli, kelainan pada jantung, dan pertumbuhan janin yang lambat." Untuk mencegah janin terinfeksi virus rubella, para ibu yang merencanakan kehamilan dapat melakukan vaksinasi rubella dan melakukan tes darah, paling tidak 3 bulan sebelum kehamilan.

Rodin

Tidak ada komentar: