Secara medis, kini sudah memungkin untuk memilih jenis kelamin bayi sesuai dengan keinginan. Caranya dengan mengenali sifat sperma, maka upaya yang lebih praktis dapat dilakukan sendiri oleh suami-istri.
Meski keberhasilannya tidak 100 persen, secara medis pilih-pilih jenis kelamin anak sudah dimungkinkan. Kegagalan bisa saja terjadi karena semua metode hanya dapat meningkatkan persentase keberhasilan. Tidak ada yang bisa menjamin 100 persen bahwa nanti yang keluar pasti bayi laki-laki atau bayi perempuan.
Seperti diketahui, laki-laki dalam hal ini sel sperma ada yang memiliki kromosom seks jenis X dan Y. Sedangkan wanita punya 2 kromosom seks yang sama yaitu X dan X. Bila dalam berhubungan intim, sperma X membuahi sel telur maka terjadilah pertemuan kromosom X dengan X, sehingga yang didapat adalah bayi perempuan (XX).
Sebaliknya bila sperma Y yang membuahi sel telur, maka kromosom Y akan bertemu kromosom X sehingga akan mendapat bayi laki-laki (XY). Jadi intinya, anak laki-laki bisa diperoleh jika sperma Y lebih dulu membuahi sel telur. Sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan maka sperma X yang harus lebih dulu membuahi sel telur.
Dituturkan, laki-laki normal setiap ejakulasi mengeluarkan sperma 2 sampai 5 semprotan. Dalam durasi tersebut, sperma yang dihasilkan sekitar 2 sampai 5 cc. Sperma yang normal tiap cc mengandung 60- 200 juta spermatozoa. Jadi setiap seorang laki-laki mengalami ejakulasi, 120 sampai 1 milyar sperma telah dikeluarkan dari tubuhnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan masing-masing kromosom memiliki karakter sendiri-sendiri. Sperma Y berbentuk bundar, ukurannya lebih kecil atau sekitar sepertiga kromosom X, bersinar terang, jalannya lebih cepat, dan usianya lebih pendek serta kurang tahan dalam suasana asam. Sedangkan sperma X ukurannya lebih besar, berjalan
lamban, bentuknya lebih panjang, dan dapat bertahan hidup lebih lama serta lebih tahan suasana asam.
Dari hasil penelitian para ahli ternyata diketahui sbb:
1. Spermatozoa y mempunyai kepala, volume dan density yang lebih kecil dibandingkan dengan Spermatozoa x, sehingga spermatozoa y lebih mudah menembus leher rahim pada proses pembuahan.
2. Spermatozoa y berenang lebih gesit/lebih cepat dibanding spermatozoa x, sehingga spermatozoa y lebih cepat masuk ke dalam rahim untuk pembuahan sel telur.
3. Spermatozoa y umurnya lebih singkat (hanya bertahan 1 hari atau paling lama 2 hari), sedangkan spermatozoa x dapat bertahan sampai 3 hari.
4. Spermatozoa y peka terhadap suasana asam, sedangkan spermatozoa x lebih tahan terhadap suasana asam.
Berdasarkan pada pengetahuan tersebut diatas, para ahli membuat beberapa metode untuk pemilihan jenis kelamin sesuai yang diinginkan pasangan suami istri, yaitu a.l:
1. Pengaturan diet
Diet ibu yang banyak mengandung kalium dan natrium, lebih besar kemungkinan melahirkan bayi laki2, sedang diet yang kaya kalsium dan magnesium, besar kemungkinan melahirkan bayi wanita. Oleh sebab itu bagi ibu2 yang mendambakan anak laki2 dianjurkan makan-makanan yang sangat banyak mengandung K/Na seperti: garam, buah2an/juice, teh, kopi, ikan/ikan laut dsb. Sebaliknya bagi ibu2 yang menginginkan bayi wanita dianjurkan makan makanan yang banyak mengandung Ca/Mg seperti:
kacang2an, susu serta chocolate yang bebas garam. Stolkowski dan Choukroun (1981)
menganjurkan pemberian diet tsb 1,5 bulan sebelum saat konsepsi yang direncanakan. Dilaporkan angka keberhasilan sebesar 84 %.
2. Pengaturan waktu hubungan
Seperti telah diterangkan diatas bahwa spermatozoa y bergerak lebih cepat/gesit dibanding spermatozoa x, namun hanya dapat bertahan selama kurang lebih 1-2 hari dalam kandungan. Oleh sebab itu hubungan yang dilakukan tepat pada saat ovulasi (saat lepasnya sel telur dari indung telur), besar kemungkinan menghasilkan bayi laki2, sedang hubungan yang dilakukan 2-3 hari menjelang saat ovulasi besar kemungkinan menghasilkan bayi wanita. Kleegman (1954) melaporkan angka keberhasilan dengan
metoda tersebut sebesar 80%.
Untuk menentukan saat ovulasi, dapat dilakukan melalui beberapa cara:
- Pengukuran suhu basal badan (suhu badan saat baru bangun pagi, sebelum melakukan kegiatan), dimana saat ovulasi ditandai dengan penurunan suhu badan secara mendadak diikuti kenaikan kembali sesudah 1-2 hari (suhu bifasik). Biasanya kenaikan suhu sekitar 0.5 derajat celcius dan hal ini terjadi sekitar 14 hari sebelum haid berikutnya. Cara ini dapat dilakukan sendiri dirumah.
- Pemeriksaan lendir serviks, dimana sebelum ovulasi lendir serviks hampir tidak ada. Pada saat ovulasi, lendir serviks mulai banyak/encer serta dapat diregangkan. Sesudah ovulasi lendir serviks jadi kental serta tidak dapat diregangkan. Hal inipun dapat diperiksa sendiri dirumah.
- Cara lain hanya dapat dilakukan di lab/RS, seperti pemeriksaan hormonal, pemeriksaan mikroskopis atas lendir serviks, pemeriksaan USG atau pemberian clomifencitrat.
Kesulitan pada metoda ini, bila siklus menstruasi istri tidak teratur sehingga sulit menentukan saat ovulasi secara tepat.
3. Pengaturan keasaaman vagina
Dianjurkan pemakaian vaginal douche (obat untuk mencuci vagina), sesaat sebelum melakukan hubungan/inseminasi buatan sbb:
- larutan asam/cuka yang encer, bila menginginkan bayi wanita (2 sendok makan cuka/ 1 liter air).
- larutan alkalia/sodium bicarbonat encer bila ingin bayi laki2 (2sendok tepung soda/1liter air).
4. Metode Shettles
Shettles (1970) menganjurkan suatu metode gabungan sbb:
*) Bila ingin bayi laki2 dilakukan sbb:
- hubungan dilakukan saat ovulasi
- pemakaian douche alkalia sebelum hubungan
- diusahakan agar saat ejakulasi suami bersamaan dengan saat orgasme istri
- diet alkalis kurang lebih 1,5 bulan sebelumnya.
*) Bila menginginkan bayi wanita, dilakukan sbb:
- hubungan dilakukan 2-3 hari sebelum saat ovulasi
- pemakaian douche asam sebelum hubungan
- diusahakan agar istri tidak orgasme
- diet yang asam kurang lebih 1,5 bulan sebelumnya.
5. Preparasi sperma
Metode lain dilakukan dengan cara memproses sperma terlebih dahulu, sebelum dilakukan inseminasi buatan. Hal ini hanya dapat dilakukan di rumah sakit. Pada metode invitro, dilakukan preparasi sperma (semen) untuk memisahkan spermatozoa (semen) untuk memisahkan spermatozoa x dan y terlebih dahulu, sebelum diinseminasikan (intravaginal, intra servikal atau intrauterin).
Metode ini didasarkan atas perbedaan volume, density, bentuk serta ukuran antara spermatozoa x dan spermatozoa y.
Senin, Februari 04, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar