Selasa, Juni 17, 2008

*MENCEGAH KECELAKAAN PADA BAYI*

Sebagian upaya pencegahan kecelakaan di rumah sering dirasa mengada-ada oleh para orang tua. Namun sesungguhnya, jumlah kecelakaan pada bayi sudah tak bisa dihitung dengan jari. Cegahlah sekarang juga!*

Ini tidak main-main. Data menunjukkan angka kecelakaan di rumah sebagian besar menelan korban anak-anak. Pada bayi, umumnya kecelakaan terjadi karena jatuh, tergores benda tajam, tersedak, tercekik atau tanpa sengaja menelan
obat-obatan dan bahan kimia yang ditaruh di sembarang tempat. Bisa ditebak, umumnya kecelakaan seperti itu disebabkan kelalaian orang dewasa di sekitarnya.

Menurut *Dr. Sudjoko Kuswadji, MSc(OM) PKK*, dokter ahli kesehatan kerja, setiap kecelakaan pada anak yang terjadi di rumah menjadi tanggung jawab orang tuanya. "Sebab, anak-anak usia di bawah lima tahun, pada dasarnya belum bisa menjaga dirinya sendiri."

Di Amerika saja, tambahnya, orang tua yang menyebabkan anaknya meninggal atau cacat karena kecelakaan di rumah, akan dituntut oleh *District Attorney *atau jaksa penuntut umum. Pasalnya, akibat kelalaian orang tua, anaknya jadi meninggal atau cedera.

Di Indonesia, kasus-kasus cedera dan kematian anak akibat kecelakaan di rumah, jarang sekali dilaporkan, apalagi sampai dibawa ke meja hijau. Kebanyakan kasus yang terjadi pun diakui orang tua, tidak diduga akibat "kelalaian" mereka, sehingga anak-anak menjadi korban.

"Kebanyakan orang tua tak menyadari, bayi bisa bergerak secara cepat. Mereka menjangkau apa saja yang ada di dekat mereka. Ditambah rasa ingin tahu mereka. Ditinggal ibunya sebentar saja, bisa fatal akibatnya," sesal Djoko yang berpraktik di Klinik International SOS, Jakarta. Contohnya, ibu dan si kecil duduk bersama di meja makan. Tiba-tiba telepon berdering dan ibu beranjak untuk menerima telepon. Tak lama, anaknya sudah menjerit karena tersiram kopi panas milik ibunya.

Kalau saja orang tua bisa mengantisipasi hal-hal di rumah yang bisa mencederai anak, mungkin tak banyak anak yang akan menjadi korban. Berikut cara-cara mengantisipasi bahaya di rumah, seperti yang disarankan Sudjoko.

*TERSEDAK*
*Pada usia tertentu, anak-anak selalu memasukkan apa pun di mulutnya. Hati-hati, bisa membuatnya tersedak! Inilah beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua untuk mencegah kejadian tersedak:
* Jauhkan anak dari barang-barang kecil dan mainan yang bisa dilepas menjadi bagian-bagian kecil.
* Belilah mainan yang sesuai dengan umur dan keterampilan bayi. Memberikan mainan untuk umur 2 tahun ke atas kepada bayi, sungguh mengundang risiko, karena ukurannya yang kecil.
* Jauhkan mainan anak-anak yang lebih besar dari jangkauan si bayi. Bayi selalu tertarik dengan benda berwarna yang cerah.
* Ajari si kakak untuk selalu menyimpan mainannya secara rapi pada kotak khusus tertutup yang sudah disediakan.
* Periksa secara berkala semua mainan yang mungkin kendur atau sudah patah. Bagian yang terlepas bisa mudah tertelan.
* Setiap kali membersihkan lantai, pastikan tak ada benda kecil yang tertinggal seperti peniti, uang logam, baterei, tutup botol, kuku, penjepit kertas, jepit rambut, karet gelang, dan benda kecil lainnya.
* Hindari memakaikan baju yang penuh kancing atau aksesoris yang mudah ditarik. Bila terlepas, bisa tertelan oleh bayi.
* Jangan memberikan permen, popcorn, kacang, dan makanan potongan kecil atau butiran karena dapat membuat bayi tersedak, atau benda itu masuk ke dalam hidung.
* Selalu tunggui setiap kali bayi makan. Jangan memberi makan sembari ia bermain, merangkak atau belajar berjalan.

*TENGGELAM*
*Sering terjadi bayi yang sudah mulai berjalan sendiri atau anak kecil tenggelam di kolam renang milik orang tuanya. Ini karena minimnya pengawasan saat si bayi bemain-main di dekat kolam renang. Agar anak terhindar dari bahaya tenggelam, inilah yang perlu dilakukan orang tua!
* Gunakan ember dan air yang ukurannya disesuaikan usia anak. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian sedetik pun di dekat bak mandi.
* Selalu buang air di dalam *bath-up *setiap kali usai menggunakannya. Bila sedang mengisi *bath-up*, tutuplah pintu kamar mandi. Bila perlu, kuncilah untuk mencegah si kecil merangkak masuk.
* Sekeliling kolam renang harus diberi pagar pengaman yang rapat dan pintu pagar menuju kolam harus selalu terkunci.
* Selalu awasi si kecil bila ia berada di dekat air, meski di kolam yang khusus untuknya sekalipun.
* Jangan terlalu berambisi mengajari bayi berenang sejak dini di kolam renang umum. Usia yang paling disarankan adalah tiga tahun karena daya tahan tubuhnya sudah lebih kuat menghadapi parasit dan bakteri yang mungkin ada di kolam renang umum. Lagi pula, kalau diajarkan terlalu dini, orang tua biasanya "menggampangkan" ; begitu si kecil sudah bisa *ngambang* atau
berenang sedikit, dikiranya sudah aman padahal belum tentu. Kelak, bila ingin memasukkan si kecil ke kursus renang, pilihlah guru yang bersertifikat dan terlatih mengajar balita.

*KESETRUM*
*Yang sering terjadi, anak kesetrum karena memasukkan benda logam ke dalam stop kontak. Bahaya kesetrum bisa dihindari dengan cara-cara berikut:
* Kita harus rajin mencek setiap kabel-kabel listrik dan stop kontak yang ada di rumah. Bila ada kabel yang mengelupas, segera ganti dengan kabel baru. Gantilah stop kontak dengan model yang tertutup atau berpengaman. Misal, harus diputar dulu bila hendak digunakan.
* Tutup stop kontak dengan barang-barang furnitur berat yang tak mudah digeser.
* Hindari peralatan listrik seperti mikser atau setrika dengan kabel menjuntai dari jangkauan anak-anak.

*TERBAKAR*
*Bayi memiliki kulit yang lebih tipis dibandingkan anak-anak dan orang dewasa. Kulit mereka lebih rentan terhadap luka bila terkena api atau tersiram sesuatu yang panas. Yang sering terjadi, ibu membuat susu sambil tetap menggendong bayinya. Bahayanya, jika si bayi meronta, maka botol susu yang sudah berisi air hangat akan terguncang hingga airnya bisa menyiram si
bayi. Apa yang buat kita tidak terasa panas, buat si bayi bisa menyebabkan kulit jadi merah seperti halnya tersiram air panas.

Supaya risiko terbakar atau terkena air dan benda panas dapat dihindari, lakukan hal berikut:
* Selalu mengetes terlebih dulu panasnya air yang akan digunakan untuk menyeduh susu atau memandikan bayi.
* Jika Anda sedang menikmati kopi atau teh, hindari sambil memegang bayi.
* Jangan sambil menggendong bayi bila sedang memasak. Si kecil bisa menarik gagang panci atau meronta-ronta yang membuat konsentrasi Anda terpecah.
* Arahkan mulut teko ke dalam, untuk menghindari tertumpah ke bawah bila tersenggol.
* Jangan sambil menggendong bayi bila sedang menyetrika.
* Simpan korek api dan pemantik api jauh dari jangkauan anak.

*JATUH*
*Sering terjadi, bayi jatuh dari *baby taffel *atau tempat tidur, baik tempat tidurnya sendiri atau orang tuanya. Agar si kecil tak sampai jatuh, orang tua seharusnya:
* Tidak membiarkan si bayi (terutama yang sudah bisa tengkurap dan merangkak) sendirian sedetik pun bila dia berada di tempat tidur, *baby taffel,* sofa atau kursi.
* Pasang pagar pengaman di tangga yang menuju ruang atas.
* Pasang tali pengaman di kursi bayi, dorongan bayi, kursi makan dan peralatan lain yang dilengkapi tali pengaman. Meski hanya ditinggal membuat susu atau menerima telepon, tetap pasangkan tali pengaman ini.
* Jika si bayi sudah mampu berdiri, lepaskan *bumper* (bantal pengaman) dari tempat tidurnya karena akan dipakainya untuk memanjat.
* Untuk mengantisipasi si kecil jatuh dari tempat tidur, sejak awal belilah tempat tidur yang bisa diatur ketinggiannya. Semakin besar si kecil, seharusnya semakin rendah alas ranjangnya sehingga ia tidak bisa meloncati pagar pengaman tempat tidur karena menjadi lebih tinggi. Kuncilah selalu pagar pengaman ini.
* Jangan gunakan *baby walker*. Ini penyebab bayi sering jatuh. Kalau kakinya sudah bisa mengayuh, luncurannya bisa kencang. Nah, cedera biasanya terjadi karena jatuh terjungkal atau menabrak benda-benda lain di rumah.
* Jangan taruh bayi dan kursinya di tempat tinggi, semisal di meja, di tempat yang tidak rata atau di bangku yang tinggi. Jangan biarkan si kecil sendirian duduk di kursinya.

*TERCEKIK DAN KEKURANGAN NAPAS*
*Kasus yang sering terjadi bayi kekurangan napas karena hidungnya tertutup oleh bantalnya sendiri. Bahaya tercekik dan kekurangan napas dapat dicegah dengan cara:
* Taruh bayi di tempat tidur yang spreinya tidak kusut dan kasurnya tak terlalu empuk agar tak timbul gelombang.
* Hindari bayi tidur dengan bantal-bantal yang bertumpuk di sekitarnya. Tumpukan ini bisa rubuh lalu bantal menutupi jalan napasnya.
* Ikat semua tali yang menjuntai, seperti tali gorden, krei, tali sarung guling, dan lainnya sehingga tak bisa dibuat mainan oleh si kecil. Bahaya tercekik bisa timbul dari tali yang menjuntai.
* Jangan mengikatkan sesuatu pada lehernya, termasuk topi yang memakai tali pengikat.
* Jangan memberikan mainan yang bertali atau mempunyai simpul-simpul yang bisa dilepas.
* Simpan semua tas plastik, kantong plastik dari jangkauan bayi. Bahaya kekurangan napas dapat terjadi bila bayi bermain tas plastik. Mereka memasukkan kepalanya ke dalam plastik, padahal akibatnya ia bisa kekurangan napas karena defisit udara.

*KERACUNAN*
*Bahaya keracunan yang sering terjadi pada anak adalah menelan obat berlebihan (overdosis) karena orang tua menaruh obat sembarangan. Potensi keracunan lainnya menelan cairan kosmetik ibunya, cairan pembersih untuk rumah dan cairan pembasmi serangga, dan bahan beracun lainnya. Untuk menghindarinya, berikut yang harus dilakukan:
* Taruh semua barang-barang yang menimbulkan potensi keracunan seperti bahan-bahan pembersih, pewangi pakaian, pupuk, dan lainnya di tempat tinggi dan tak mudah dijangkau. Bila perlu, kunci lemari khusus tersebut. Simpanlah
tetap bersama pembungkusnya. Biasanya, di situ tertera cara menanggulangi bila terhirup atau tertelan.
* Hal yang sama juga berlaku dalam penyimpanan kosmetik, parfum, pencuci mulut, pembersih muka dan peralatan kosmetik lainnya.
* Taruh bumbu dapur, kecap, sirup, dan minyak goreng di tempat yang terkunci pula.
* Demikian juga vitamin, obat-obat bebas, dan lainnya di tempat yang aman dari jangkauan anak.
Seharusnya kemasan bahan yang beracun (*toxic product*) didesain sedemikian rupa agar tak bisa dibuka oleh anak.

*Santi Hartono. Foto: Iman/nakita*

Tidak ada komentar: