Jumat, April 11, 2008

KETERHAMBATAN SI PRASEKOLAH

Amati supaya masalah ini tidak menjadi pelik.

Terlambat mengenali hambatan anak, tentu tak ingin kita alami. Namun bukan tidak mungkin, orangtua sama sekali tidak tahu kalau perkembangan anaknya tak semulus teori. Jadi bagaimana caranya mengenali munculnya hambatan di usia prasekolah? Ikuti tahapan-tahapan perkembangan normal anak usia 3-5 tahun lebih dahulu:

Dengan mengetahui tahapan perkembangan anak, orangtua akan sangat terbantu dalam memantau apakah buah hatinya termasuk anak yang percepatan pertumbuhannya terlambat, pesat, atau normal saja. Untuk memudahkan, ada metode sederhana yang bisa dijadikan panduan. Anda perlu memberikan perhatian lebih jika anak prasekolah:

1. Tidak mau berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan keluarganya.

2. Tidak bisa memegang pensil atau krayon dengan ibu jari dan telunjuk.

3. Tidak menunjukkan ketertarikan pada permainan interaktif.

4. Bersikap agresif, tidak memiliki pengendalian diri saat marah atau selagi kesal.

5. Tak mampu menggunakan kata "saya" dan "kamu" secara tepat.

6. Enggan bermain dengan anak-anak sebaya.

7. Tidak bisa dipisahkan dari orangtua.

Sebenarnya, tanda-tanda perkembangan anak terhambat bisa lebih banyak dari itu. Namun, jika si prasekolah memiliki ciri-ciri tersebut atau jika ada 1 saja jawaban "ya" dari 7 kriteria di atas, orangtua harus siap melakukan intervensi. Tujuh poin tadi merupakan ini yang paling sering terjadi dan paling mudah ditangkap kalangan awam.

Kendati begitu, psikolog yang juga dosen di UKRIDA Jakarta, Rani Agias Fitri, MSi menekankan agar orangtua tak mudah terpancing panik. "Sebaiknya konsultasikan ke ahlinya." Di tangan mereka, penelusuran secara detail dan mendalam diharapkan dapat mengatasi hambatan yang ada.

KISI-KISI PERKEMBANGAN

Memang sih orangtua bisa saja melakukan penelusuran sendiri secara lebih mendalam ketimbang sekadar memantau berdasarkan 7 poin di atas. Berikut kisi-kisi yang bisa dijadikan pegangan orangtua dalam melakukan penelusuran terhadap perkembangan anak.

* Dari aspek fisik

Di rentang usia 3-5 tahun dengan titik puncak di usia 5 tahun, kemampuan motorik anak, baik kasar maupun halus, sudah mencapai tingkat kematangan. Untuk motorik kasar, anak sudah bisa berjalan, berlari, melompat, berdiri dengan satu kaki, bahkan memanjat. Sedangkan untuk motorik halus, anak sudah bisa menjimpit benda-benda kecil, semisal koin. Mulai usia 5 tahun ke atas seharusnya anak sudah mampu memegang pensil dengan benar seperti yang dilakukan orang dewasa pada umumnya. Namun ingat, kemampuan memegang pensil dengan benar ini bukan berarti anak juga wajib bisa menulis lo.

Bila orangtua menemukan hambatan pada diri anaknya berarti si prasekolah terhambat perkembangannya di aspek fisik. Selanjutnya, lekaslah lakukan intervensi sesuai dengan kekurangan si anak. Jika terham-batnya di motorik halus, inter-vensinya cukup di aspek motorik halus. Sedangkan jika di usia 3-4 tahun saat mewarnai, gambar coretannya masih keluar garis, keterlambatannya masih dalam kategori ringan. Sedangkan di usia 5 tahun, semestinya sudah tidak seperti itu lagi. Tak perlu kelewat dipermasalahkan pula bila anak usia 5 tahun masih belum bisa menulis. Setidaknya ia bisa menirukan bentuk-bentuk tertentu, seperti garis lurus, lengkung dan sebagainya yang merupakan dasar kemampuan menulis.

* Dari aspek sosial

Di usia ini anak seharusnya sudah terampil berinteraksi dengan teman sebayanya. Peran peer group mulai terlihat penting. Jadi, jika anak di rentang usia ini masih soliter alias asyik dengan dunianya sendiri, khususnya bagi anak usia 4 tahun ke atas, berarti dia mengalami keterhambatan dalam perkembangan sosial. Namun, bila sebatas suka bersikap bossy dan tak mau sharing, hal itu bisa dikelompokkan sebagai keter-lambatan ringan. Barulah bila si prasekolah benar-benar sangat individualis, bisa dibilang tingkat keterlambatannya berat.

* Dari aspek kognisi

Wajarnya anak di rentang usia ini sudah masuk fase praope-rasional. Dalam bahasa awamnya, anak sudah dapat membayangkan objek tertentu atau seseorang hanya dari deskripsi, nama atau suaranya. Saat kita menyebut kata "jeruk", contohnya, anak bisa tahu bentuk jeruk seperti apa, bahkan tahu pula rasa dan aromanya. Begitu juga pengenalan suara. Saat meneleponnya, meski tidak bertatap muka, ia bisa mengatakan, "Ini ayah ya?" Artinya, anak mampu membuat kesimpulan deduktif (umum ke khusus) ataupun induktif (khusus ke umum). Jika si prasekolah masih memerlukan waktu cukup lama untuk membayangkan sebuah konsep yang diterimanya, dikatakan ia mengalami keterlambatan ringan. Barulah jika sampai harus selalu ditunjukkan bentuk konkretnya seperti apa, maka keterlambatannya bisa dikategorikan berat.

* Dari aspek bahasa

Di masa prasekolah, keingintahuan anak sangatlah besar. Cirinya, bawel bertanya dan kritis. Bagaimana tahapan perkembangan bahasa anak prasekolah?

3-4 tahun : Menguasai lebih dari 1.000 kosakata. Penguasaan tata bahasanya pun meningkat pesat. Contohnya, sudah bisa mengatakan, "Aku mau makan pisang manis."
4-6 tahun : Anak mulai kenal sopan santun saat bicara. Misalnya, ketika menjawab pertanyaan guru atau orang dewasa, ia sudah bisa memilih kata yang lebih santun.

Masih termasuk keterlambatan ringan jika si kecil memiliki banyak kata yang ingin diungkapkan tapi tidak tersusun secara komprehensif. Contohnya, "Ibu masak, pisau hilang." Begitu juga bila ia kehilangan sebuah kata saat ingin memperjelas kalimatnya. Misal, "Aku di kandang ayam.", tapi anak menyebutkannya, "Aku di ayam." Lain halnya jika si prasekolah bicaranya sepotong-sepotong atau belum jelas dan belum bisa dimengerti. Ini pertanda si prasekolah berada dalam kategori keterlambatan berat.

* Dari aspek kepribadian

Di rentang usia ini anak diharapkan memiliki inisiatif untuk bereksplorasi sebanyak dan sejauh mungkin. Sayangnya, anak kerap dihadang oleh aturan-aturan tertentu yang membatasi eksplorasinya.

Sekalipun begitu, kata Rani, seharusnya anak bisa mengatasi rintangan tersebut. Dengan demikian anak tetap dapat melakukan eksplorasi tanpa melanggar batasan, disamping tak harus surut semangat hanya karena adanya aturan.

Anak yang tidak memiliki kemandirian umumnya akan sangat takut berpisah dengan orangtua atau pengasuhnya. Ini merupakan ciri si prasekolah memiliki keterhambatan dalam perkembangan, khususnya untuk hal kepribadian. Akan tetapi bila di lingkungan A si prasekolah berani tapi di lingkungan B atau lainnya dia berubah jadi tertutup atau pendiam, itu artinya masih dalam kelompok keterlambatan ringan. Lain hal bila si prasekolah menarik diri sama sekali dari lingkungan mana pun, berarti masalahnya cukup berat.

PENYEBAB KETERLAMBATAN

Mengenai keterlambatan ini ada 2 penyebabnya, yakni:

* Masalah lingkungan

Apakah orangtua sudah memberi stimulasi dengan baik? Apakah orangtua memberi kesempatan yang cukup kepada si prasekolah untuk mengasah dan mengembangkan kemampuannya? Kalau jawabannya tidak, maka wajar saja muncul keterhambatan pada perkembangan anak. Bagaimana dengan

Anda dan si kecil di rumah? Kalau tampak hambatan-hambatan pada dirinya, jawablah pertanyaan-pertanya an di atas dan segera perbaiki pola asuh Anda.

* Aspek fisik

Apakah anak mendapat kesempatan mengenakan pakaian sendiri? Apakah orangtua sering mengajaknya bereksplorasi? Dengan bermain menyusun balok, mewarnai, menggambar atau permainan di atas kertas lainnya?

* Aspek sosial

Apakah kondisi lingkungan kondusif, dalam arti cukup banyak anak yang seusia dengan anaknya? Apakah orangtua memberi banyak kesempatan pada anak untuk bermain dengan temannya di luar rumah?

* Aspek kognisi

Apakah orangtua cukup intens mengajak anak berdiskusi, memotivasi anak untuk bercerita tentang apa saja yang baru dialaminya.

* Aspek bahasa

Keterlambatan bicara bisa terjadi akibat gangguan organ bicara atau saraf bicara. Sebelum ke situ, sebaiknya kita harus melihat dulu apakah orangtua rajin mengajak anaknya bicara atau menjadikan dirinya contoh dengan banyak bicara, selain mendorong anak untuk berani berpendapat.

* Sisi kepribadian

Kita bisa mengamati pergaulan anak sehari-hari apakah ia mampu berinteraksi dengan temannya. Perhatikan juga apakah anak mudah sedih atau menangis kala tidak dengan orangtuanya.

* Masalah fisik

Bisa karena kelainan genetik, kondisi neurologis/kerusaka n di otak atau kerusakan di organ-organ tertentu yang berujung pada terhambatnya kemampuan-kemampuan yang semestinya sudah bisa dicapai. Masalah fisik erat kaitannya dengan dunia medis sehingga penanganan yang perlu dilakukan adalah dengan tindakan medis, berupa pengobatan atau program terapi tertentu.

Tidak ada komentar: