Senin, Agustus 04, 2008

Artikel : Gigit Tanda Sayang

Posted by: "pandu abyantara" pandu_abyantara@yahoo.co.id
Sun Jul 27, 2008 1:35 pm (PDT)
Semoga bermanfaat


Gigit Tanda Sayang

"Awww, sakitnya putingku digigit si kecil." Bagaimana mengatasi "kekerasan" oleh bayi?

Pernahkah Anda melihat adegan ini atau mungkin sering mengalaminya sendiri? Bayi Anda melakukan "kekerasan" seperti "meremas" pipi pengasuhnya, "menjambak" rambut Anda yang menjuntai di hadapannya, "menggigit" puting susu saat menikmati ASI dan sebagainya. Aduh... kecil-kecil kok hobi melakukan "kekerasan" ya? Apa yang sebenarnya tengah ia lakukan?

MELIHAT REAKSI

Di usia ini jelas tindak "kekerasan" yang dilakukan bayi tidaklah dimaksudkan untuk menyerang orang dewasa atau menunjukkan perilaku agresif. Saat melakukan hal-hal tersebut, sebenarnya bayi sedang:

* Berkomunikasi

Di usia ini komunikasi yang bisa dilakukan bayi masih sangat terbatas. Tangan dan mulut merupakan perangkat sosial pertama bayi untuk menyentuh objek apa saja yang ada di hadapannya atau dalam jangkauannya. Tak heran kalau wajah Anda, mainan atau benda apa saja yang ada di dekatnya langsung jadi sasaran.

* Melihat reaksi

Yang dinanti si bayi adalah reaksi orang dewasa yang menjadi "korbannya". Meski belum mengerti benar, tapi ia akan merasa gembira bila orangtua/pengasuhnya meresponsnya dengan meringis kesakitan, kaget, marah, dan sebagainya. Tak heran meski Anda sudah mengatakan "jangan" berulang kali ia tetap mengulanginya kembali karena menikmati respons yang diberikan atas perilaku tersebut.

* Perkembangan kemampuan motorik

Di usia 10 bulan, kemampuan motorik bayi semakin bertambah, temasuk mengayunkan tangan, menjatuhkan, melempar benda dan sebagainya. "Menampar" muka dan "menjambak" rambut juga termasuk dalam bagian perkembangan di usia ini.


TAK CUKUP BILANG "JANGAN"

Seperti disebutkan di atas, "kekerasan" yang dilakukan bayi termasuk wajar dan bukan bagian dari agresivitas atau dorongan untuk bertingkah kurang ajar. Berikut beberapa
langkah yang disarankan untuk menghentikan tindakan yang kurang berkenan tersebut:

* "Menampar" pipi

- Langkah pertama
katakan "jangan" atau "stop" dan segera jauhkan muka Anda dari jangkauannya. Tapi ingat, jangan menunjukkan reaksi berlebihan, misalnya kaget atau marah berlebihan. Sebab seperti penjelasan di atas, bisa jadi bayi tambah senang dengan reaksi "korbannya".

- Alihkan perhatiannya
dengan mainan bergemerincing. Usahakan sumber suara berasal dari samping kepalanya hingga bayi segera melepaskan pan- dangan dari objek di depannya.

- Bila bayi terlihat sangat suka "menampar", siapkan sasaran pengganti. Misalnya dengan
meniupkan balon karet seukuran kepala manusia (usahakan balon terbuat dari karet yang kuat sehingga tidak mudah meletus). Pegang balon di depan bayi berjarak sesuai jangkauan lengannya. Contohkan padanya bagaimana menepuk balon dengan menggunakan salah satu tangannya. Bila bayi terlihat suka, biarkan ia menikmati mainan barunya.

* "Menjambak" rambut

Langkah pertama tetap katakan "jangan" atau "stop" lalu segera jauhkan rambut Anda dari jangkauannya. Sekali lagi, tak perlu menunjukkan reaksi ber- lebihan.Bukan tidak mungkin bayi justru tambah semangat.

- Sebaiknya kepang/kuncir rambut Anda saat menimangnya. Bisa jadi bayi bereaksi "menjambak" rambut karena ada rambut yang terurai yang "menggodanya" untuk dijambak.

- Berikan mainan yang bisa digenggamnya. Keinginan untuk menggenggam sesuatu adalah bagian dari perkembangan motoriknya. Karenanya bila ada sesuatu dalam genggaman tangannya, ia tidak tertarik lagi pada rambut orangtua/pengasuhnya.

* "Menggigit" puting saat minum ASI

Bila giginya belum tumbuh benar, coba tahan sejenak, karena belum terlalu sakit. Keinginan menggigit puting saat minum ASI ini tidak akan lama (tak lebih dari 2 menit).

- Usahakan memberikan ASI dengan posisi yang benar (seluruh aerola masuk ke mulut bayi) sekaligus memperkecil kemungkinan si kecil menggigit.

- Bila kebiasaan menggigit tersebut masih berlanjut, saat menggigit, coba pencet ujung hidungnya sejenak sehingga bayi akan membuka mulut dan melepaskan gigitannya.

HARUSNYA TIDAK BERLANJUT

Meski tidak dimaksudkan untuk menyakiti orangtua/pengasuhnya, tetap saja akan terasa sakit bila bayi melakukan "kekerasan" seperti yang dicontohkan. Supaya tidak berkelanjutan sampai usia batita dan seterusnya, orangtua disarankan untuk mengabaikan tingkah laku semacam ini. Tentu saja tak sekadar mengabaikannya begitu saja. Sebab bisa jadi respons berupa pengabaian yang tidak menaruh peduli sama sekali akan ditangkap bayi sebagai pembenaran atas tingkah lakunya.
Salah-salah di usia selanjutnya ia akan menganggap apa yang dilakukannya ini benar. Buktinya, mama-papa tidak melarangnya.

Sebaliknya, mengabaikan yang dimaksud di sini adalah tidak bereaksi berlebihan. Namun tetap menunjukkan sikap tegas bahwa yang dilakukan anak bukanlah sesuatu yang baik. Orangtua harus hati-hati di titik ini. Sebab pada prinsipnya tindakan "kekerasan" tersebut tidak bermakna apa-apa bagi bayi dan tidak akan terbawa sampai usia selanjutnya. Tentu saja dengan syarat ada ketegasan sikap yang ditunjukkan orangtua.

Contohkan terus bagaimana seharusnya mengungkapkan perasaan. Misalnya dengan memeluk, membelai, mencium dan sebagainya. Siapa pun akan merasa nyaman dengan bentuk perhatian seperti itu. Bila terus diulang secara konsisten, dengan sendirinya anak akan meniru. Kalaupun di usia selanjutnya, anak tetap memukul, menjambak atau
menggigit, mungkin saja itu merupakan ekspresi kemarahannya. Jadi, bukan merupakan kelanjutan dari kebiasaan yang dilakukannya semasa bayi.

Marfuah Panji Astuti.
Foto: Iman/nakita

Narasumber:
Anna Surti Ariani, Psi.,
psikolog keluarga yang berpraktik
di beberapa tempat

Tidak ada komentar: