Selasa, 13 Mei 2008 | 10:33 WIB , Kompas.com
Menjelang tahun ajaran baru, banyak orangtua yang memiliki anak berusia 2-5 tahun ikut sibuk mencari kelompok bermain (playgroup). Melihat tren tersebut, muncul kesan kelompok bermain merupakan jenjang pendidikan sebelum anak masuk TK. Benarkah anak lulusan kelompok bermain lebih unggul dibanding anak yang diam di rumah saja?
Menurut psikolog Jacinta Rini, Msi, sekolah usia dini memang bisa memberikan stimulasi yang baik untuk mengembangkan intelegensi, emosi, sosial, kemandirian, rasa percaya diri, rasa tanggung jawab, serta kematangan motorik. Namun, efek positif dari menyekolahkan anak usia dini juga tergantung pada kualitas sekolah dan pola asuh anak di rumah.
"Kalau sekolahnya bagus, tapi di rumah sejak awal anak sudah dimanjakan, menjadi the Prince, tidak mau diatur, semua harus dilayani dan tunduk pada dia, ya sekolah tidak akan banyak membantu," papar psikolog yang aktif menulis di situs e-psikologi. com ini.
Bahkan, imbuhnya, mungkin saja dia jadi trouble maker di sekolah, atau dia tidak suka di sekolah. Banyak alasan dibuat agar dia tidak sekolah, dan kalau mau sekolah pun ogah-ogahan.
Tak Harus Playgroup
Sebenarnya, lanjut Jacinta, fungsi kelompok bermain atau "sekolah usia dini" adalah untuk merangsang atau memfasilitasi munculnya kesempatan tumbuh kembang anak. "Di sekolah anak diajarkan berbagai hal, misalnya menyanyi, bermain, menyusun, membuat, membersihkan, atau membunyikan sesuatu," kata Jacinta.
Keterampilan dan stimulasi yang diterima anak di kelompok bermain, pada dasarnya bisa diajarkan orangtua di rumah. Bahkan, jika orangtua bisa memberikan stimulasi yang lebih padat dan berkualitas, bukan tidak mungkin hasilnya lebih bagus, dibandingkan anak yang dimasukkan ke sekolah mahal tetapi tidak memberikan pendidikan optimal untuk tumbuh kembang anak.
"Syaratnya, ibu dan ayahnya bijak dan pandai. Pintar di sini maksudnya,bisa menjamin perkembangan wawasan anak dan bisa mengenalkan anak pada berbagai permainan yang kreatif dan inovatif. Jadi, tidak ada istilah anak yang masuk playgroup akan lebih cerdas dari anak yang langsung TK," imbuh Jacinta.
Dampak Buruk
Meski secara teori banyak manfaat positif yang bisa dipetik anak di kelompok bermain, Jacinta mengingatkan para orangtua akan dampak negatifnya. Yakni, bertemunya anak dengan teman-teman yang berlatarbelakang "wawasan" berbeda.
Misalnya, anak Anda tidak boleh nonton teve - tapi anak lain kecanduan hal itu. Anak Anda tidak boleh main PS, tapi anak lain justru sebaliknya, dan sebagainya. "Juga masalah kesehatan (ketularan sakit), masalah guru (karakter/kepribadi an guru), atau kebijakan sekolah yang terkadang tidak bisa diganggu gugat," papar Jacinta.
Menimbang plus-minus dari kelompok bermain, semua kembali pada kebutuhan anak dan pertimbangan orangtua.
Kamis, Mei 15, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar