Kamis, April 16, 2009

Situs yang wajib dikunjungi dengan ponsel Anda

google.com/m:
Versi mobile dari search engine no.1 dunia, sudah secara default mengenali browser mobile sehingga dapat langsung diakses dengan mengetikkan google.com biasa.

m.facebook.com
Layanan jejaring sosial yang begitu banyak pemakainya ini juga memiliki versi mobilenya, wajib diakses bagi yang ingin tahu update dari teman-teman kamu.

m.lifehacker.com
Lifehacker adalah salah satu situs yang wajib didatangi jika ingin tahu terus perkembangan dunia digital.

m.downloadsquad.com
Downloadsquad berisi informasi terbaru seputar komputer dan internet, tapi entah mengapa cuma frontpage-nya saja yang memiliki versi mobile sedangkan tiap-tiap artikel masih seperti biasa.

m.gmail.com
Mengecek email tak perlu lagi di depan komputer, cukup lewat ponsel saja sudah bisa. Kemampuannya sama saja seperti Gmail HTML view. Juga seperti google.com, secara default sudah mengenali browser ponsel sehingga dengan mengetik gmail.com Anda akan dibawa ke gmail versi mobile.

mobile.wikipedia.org
Mau cari referensi atau informasi tentang sesuatu, cukup lewat Wikipedia versi mobile saja.

ping.fm/m
Jika Anda pengguna ping.fm, maka layanan mobile ini menjadi barang wajib di ponsel Anda.

wap.livescore.com
Ingin tahu update score dari EPL atau Serie A, cukup masuk ke sini dan lihat update terbaru dari beberapa kompetisi dunia.

Trace Email - Cara Mengetahui Identitas Pengirim Email di Yahoo Mail

Anda ingin tahu identitas pengirim email secara detail? Caranya bisa dengan Email Trace. Anda bisa mengetahui IP-Adress pengirim email, peta di mana dia berada, derajat lintang dan busur.

Caranya seperti ini:
1. Buka http://www.ip- adress.com/ trace_email/

Di halaman tersebut Anda akan diminta memasukkan header email. Header email adalah informasi yang ada di setiap email, seperti IP Address pengirim & penerima.

Cara melihat header email:

Yahoo Mail Baru: Klik kanan email, pilih View Full Headers
Yahoo Mail Classic: Buka email tersebut, di bagian pojok kanan bawah ada tulisan View Full Header.
Gmail / Google Mail: Buka email tersebut, di bagian atas ada pilihan Reply, samping tulisan Reply, ada tanda panah ke bawah, pilih Show Original.
Hotmail: Klik kanan email, pilih View Source.
Outlook Express: Buka email, buka menu File -> Properties -> Details -> Message Source
Microsoft Outlook: Klik double email untuk melihat dalam full Window, buka menu Options -> View.

2. Copy-paste header email ke http://www.ip- adress.com/ trace_email/ , klik Trace Email Sender


3. Selesai. Anda akan melihat informasi pengirim email seperti ini. Anda bisa mengklik whois untuk melihat lebih detail.



Met mencoba :-)

Karies Berakhir Kronis

Kuman penyakit yang bersarang di gigi bisa menyebabkan infeksi di bagian tubuh lain.

Memiliki rangkaian gigi putih harapan bagi kebanyakan orang. Untuk memilikinya, orang pun melakukan berbagai cara. Semisal, Ara, 24 tahun, ia gemar menggosok gigi. Saking ingin putih, ia menggosok gigi berulang-ulang, hingga sikat gigi pun tak lagi berbentuk mulus. Ia mengira langkah itu manjur untuk membuat giginya putih cemerlang. Selesai makan, ia langsung meraih sikat gigi.

Berseberangan dengan Ara, Margo, 23 tahun, malah mengabaikan aksi membersihkan gigi, terutama menjelang tidur malam. Padahal, sesaat sebelumnya, ia menyeruput kopi panas kombinasi rokok kretek kegemarannya. Biasanya Margo menghabiskan dua bungkus rokok per hari. Meski bertolak belakang, kebiasaan keduanya berisiko membuat gigi berlubang. Menggosok gigi keras-keras dengan permukaan sikat yang kasar bisa membuat gigi rapuh. Lapisan email gigi pun lapuk dan gusi berdarah. Lantas, seusai makan, sebaiknya juga jangan terburu-buru menyikat gigi. Tunggu 20-30 menit hingga derajat keasaman mulut kembali normal.

Margo pun mesti waspada dengan gaya hidupnya. Cengkeh, bahan campuran tembakau dalam rokok kretek, berisi zat aktif euganol kadar tinggi. Asap rokok membawa zat itu masuk ke bagian organik email. Walhasil, lapisan email pun menjadi rapuh sehingga gigi mudah bolong. Jika saja gigi sudah bolong, menurut Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), drg Zaura Rini Matram, bisa memicu timbulnya penyakit serius. "Bila tidak ada tindak lanjut, lubang akan semakin lebar dan dalam," ujarnya seusai jumpa media acara kerja sama PDGI dan PT Unilever Indonesia, di Hotel Mulia, Jakarta, Senin lalu.

Data terkini Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 Departemen Kesehatan yang dirilis Desember 2008 oleh Menteri Siti Fadilah Supari, mengungkapkan bahwa 72,1 persen penduduk negeri ini mempunyai pengalaman gigi bolong (karies) dan 46,5 persen di antaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Bandingkan dengan negara Asia lain seperti India yang hanya 36 persen, Malaysia 55 persen, dan Sri Lanka 55 persen. "Padahal, secara ekonomi, Sri Lanka jauh di bawah kita," ujar Zaura.

Menurut Zaura, jumlah gigi orang Indonesia yang berlubang itu jauh di atas target Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang mencanangkan tiga gigi berlubang secara global pada 2010. Sedangkan di negeri ini, rata-rata lima dari susunan gigi tetap orang dewasa yang berjumlah 32 itu bolong. Kemudian, dalam hal kebiasaan menggosok gigi, riset mencatat, 91,1 persen penduduk usia 10 tahun ke atas telah melakukannya setiap hari. Namun, cuma 7,3 persen yang menggosok gigi secara benar, yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Data tersebut adalah bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat Indonesia.

Drg Paulus Januar menambahkan, masyarakat tidak boleh lengah dengan karies gigi. Sebab, kuman penyakit yang bersarang di gigi bisa menyebabkan infeksi di bagian tubuh lain. "Infeksi gigi itu mengandung bakteri. Karena letak infeksinya sangat dekat dengan pembuluh darah, bakteri bisa terbawa ke seluruh tubuh," katanya. Kasus yang pernah terjadi, kata dia, bakteri masuk ke pembuluh darah, lalu menempel pada timbunan lemak di pembuluh arteri jantung dan membuatnya beku.

Yang terjadi adalah aliran darah ke jantung terhambat karena ada gumpalan lemak yang mengeras. Zaura menambahkan, hati-hati juga dengan ibu hamil yang memiliki gigi berlubang karena kondisi itu membuat si ibu berisiko memiliki bayi prematur. "Peradangan gigi membuat zat berbahaya dilepaskan ke aliran darah sehingga mempengaruhi berat tubuh bayi," ia menjelaskan.

Lalu, bagaimana kriteria gigi sehat? Ahli kesehatan gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ini menyebutkan, yang pertama adalah bersih dari plak, lalu gusi merah dan tidak berdarah. dan tentunya gigi tidak bolong. Adapun mengenai warna gigi, tergantung warna kulit. Kulit putih umumnya bergigi keabu-abuan, lalu kulit hitam giginya cenderung putih. Sedangkan kulit sawo matang, kata Zaura, giginya biasanya berwarna kuning. Soal pasta gigi, tak perlu repot. "Pasta gigi, baik yang mengandung detergen ataupun tidak, sama amannya," ucapnya. Yang penting mengandung zat aktif fluorida yang pelindung gigi dan gusi dari pembusukan.

Para dokter gigi ini saat ini miris juga dengan rendahnya isu kesehatan gigi ketimbang HIV/AIDS, flu burung, dan demam berdarah. Padahal, gigi merupakan gerbang utama proses pencernaan manusia. Menilik krusialnya peran gigi pada kesehatan, Zaura menyarankan, jagalah masa transisi gigi pada anak usia 6 tahun. Di antaranya dengan mengurangi makanan cokelat, permen, dan makanan manis lain. Kemudian, menggosok gigi minimal dua kali sehari, pagi setelah sarapan dan malam hari menjelang tidur. "Umur 6 tahun, gigi permanen mulai tumbuh menggantikan gigi susu," ujarnya. HERU TRIYONO

Hindari Gigi Berlubang
# Kurangi makanan manis, seperti cokelat dan permen.
# Gosok gigi dua kali sehari, pagi usai sarapan, dan malam menjelang tidur.
# Gunakan permukaan sikat gigi yang lembut.
# Berkumur dulu sebelum gosok gigi untuk melembabkan gusi.
# Bila perlu gunakan benang gigi buat menjangkau daerah yang sulit dibersihkan.
# Periksa gigi setiap 6 bulan.

Rabu, April 15, 2009

Kotor Itu Baik, Biarkan Anak Makan Tanah

Rabu, 04 Februari 2009 | 18:06 WIB

TEMPO Interaktif, New York: Bermain tanah memang tidak higienis, apalagi memakannya. Tak ada ibu yang akan membiarkan anaknya memakan tanah. Mereka takut anaknya cacingan. Padahal bakteri dan virus, terutama cacing yang terdapat dalam tanah, ternyata bagus bagi kesehatan si bayi.

Dalam sebuah studi yang dinamai hygiene hypothesis sejumlah ilmuwan menyimpulkan bahwa organisme seperti jutaan bakteri, virus, dan cacing yang memasuki tubuh bersama dengan tanah memacu perkembangan sistem imun yang sehat. Sejumlah studi menemukan bukti bahwa cacing dapat membantu memulihkan kembali sistem kekebalan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya kelainan autoimmune, alergi, dan asma.

Bila digabungkan dengan observasi epidemiologis, maka studi tersebut dapat menjelaskan bagaimana kelainan sistem kekebalan tubuh seperti multiple sclerosis, diabetes tipe 1, penyakit radang usus, asma, dan alergi meningkat pesat, baik di negara-negara maju maupun berkembang.

Hipotesis itu menjelaskan mengapa bayi memiliki perilaku instingtif untuk memasukkan segala sesuatu yang ditemukannya ke dalam mulut. Tanpa disadari, perilaku itu melatih sistem kekebalan tubuhnya. "Apa yang dilakukan seorang bocah ketika menaruh segala sesuatu ke dalam mulutnya adalah membiarkan respons kekebalan tubuhnya mengeksplorasi lingkungan sekitar," tutur Mary Ruebush, pengajar mikrobiologi dan imunologi di Washington, Wyoming, Alaska, Montana, dan Idaho Rural Health Research Center and Medical School.

Penulis buku Why Dirt Is Good itu menuturkan bahwa perilaku yang sering dianggap jorok oleh orang tua tadi sangat berguna bagi kesehatan si anak kelak di kemudian hari. "Tidak hanya melatih daya tanggap kekebalan tubuhnya yang amat penting untuk perlindungan, tapi juga memainkan peran penting dalam "mengajar" sistem imunnya yang masih belia itu tentang apa yang sebaiknya tak perlu dihiraukan," ujar Mary.

Joel V. Weinstock, direktur gastroenterologi dan hepatologi di Tufts Medical Center, Boston, menyatakan bahwa sistem imun pada saat lahir tak ubahnya sebuah komputer yang belum diprogram. "Dia memerlukan instruksi," kata Weinstock.

Pakar kesehatan terkemuka itu mengatakan tindakan kesehatan publik seperti membersihkan makanan dan air yang terkontaminasi memang telah menyelamatkan nyawa jutaan anak-anak. "Tapi mereka juga mengeliminasi paparan banyak organisme yang kemungkinan bermanfaat bagi kita," katanya. "Anak-anak dibesarkan dalam lingkungan yang sangat bersih. tidak terpapar pada organisme yang membantu mereka mengembangkan sirkuit regulator imunitas yang tepat."

Hasil studi yang dilakukan oleh Weinstock bersama David Elliott, seorang gastroenterologis dan imunologis di University of Iowa, telah menunjukkan bahwa cacing usus--kini tak ditemui lagi di negara maju--tampaknya memainkan peran utama dalam mengatur sistem imun untuk memberi respons sepantasnya. "Infeksi bakteri dan virus kelihatannya mempengaruhi sistem imun dengan cara yang sama, tapi tidak sekuat itu," kata Elliott.

Sebagian besar cacing tidak berbahaya, terutama bagi orang bergizi baik. "Hanya sedikit penyakit yang disebabkan cacing," kata Weinstock. "Manusia telah beradaptasi dengan kehadiran sebagian besar cacing."

Dalam studi yang dilakukan terhadap tikus, Weinstock dan Elliott menggunakan cacing untuk mencegah dan memulihkan penyakit autoimmune. Menurut Elliott, para ilmuwan di Argentina menemukan bukti bahwa pasien multiple sclerosis yang pernah terinfeksi cacing cambuk (Trichuris trichiura) menunjukkan kasus lebih ringan dan lebih jarang terkena serangan dalam periode 4,6 tahun.

Di University of Wisconsin, Madison, Dr John Fleming, seorang neurologis juga menguji apakah cacing cambuk babi (Trichuris Sus Ova) dapat melunakkan efek multiple sclerosis penyakit susunan saraf pusat.

Di Gambia, penghapusan cacing di sejumlah desa menyebabkan peningkatan reaksi alergi kulit pada anak-anak. Cacing cambuk babi, yang hanya sebentar berada dalam saluran usus manusia, ternyata mempunyai efek baik dalam mengobati penyakit radang usus, penyakit Crohn, dan ulcerative colitis atau radang usus besar," kata Elliott.

Kenyataan bahwa cacing dapat membantu meningkatkan sistem imun memang agak sulit diterima akal sehat. Tapi hal itu dapat dijelaskan dalam hipotesis higien. Saat ini, kata Elliott, regulasi imun jauh lebih rumit daripada yang diduga para ilmuwan ketika hipotesis higien pertama kali diperkenalkan oleh seorang epidemiologis Inggris, David P. Strachan, pada 1989. Strachan mencatat adanya asosiasi antara ukuran besar keluarga dan menurunnya tingkat asma dan alergi.

Para ahli imunologi kini mengetahui empat poin sistem respons yang membantu sel T, jenis sel darah yang melindungi tubuh dari infeksi, yaitu Th 1, Th 2, Th 17, dan sel T regulator. Th 1 akan menghalangi Th 2 dan Th 17, sedangkan Th 2 menghalangi Th 1 dan Th 17. Sel T regulator akan menghalangi ketiga Th lainnya.

"Banyak penyakit radang, seperti multiple sclerosis, Crohn, ulcerative colitis dan asma, terjadi karena aktivitas Th 17," kata Elliott. "Jika Anda menginfeksi tikus dengan cacing, Th 17 akan merosot tajam, dan aktivitas sel T regulator meningkat."

Meski studinya menunjukkan bahwa cacing baik bagi kesehatan, Elliott tak lantas menganjurkan orang untuk kembali ke lingkungan yang penuh kuman di masa 1850-an. "Jika kami mengerti bagaimana organisme di lingkungan sekitar melindungi kita, barangkali kami bisa membuat vaksin atau meniru efeknya dengan stimulus yang tak berbahaya," ujarnya.

TJANDRA DEWI | NYTIMES

http://tempointerak tif.com/hg/ sains/2009/ 02/04/brk, 20090204- 158460,id. html