Senin, Juni 22, 2009

Info Daftar Situs Bagi Para Pecinta Free Download

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Love and Marriage Explained beautifully

LOVE

A student asks a teacher, "What is love?" The teacher said, "in order to answer your question, go to the wheat field and choose the biggest wheat and come back.

But the rule is: you can go through them only once and cannot turn back to pick."

The student went to the field, go thru first row, he saw one big wheat, but he wonders.. may be there is a bigger one later.

Then he saw another bigger one.. but may be there is an even bigger one waiting for him.

Later, when he finished more than half of the wheat field, he start to realize that the wheat is not as big as the previous one he saw, he know he has missed the biggest one, and he regretted.

So, he ended up went back to the teacher with empty hand.

The teacher told him, "..this is love.. you keep looking for a better one, but when later you realize, you have already miss the person.."


MARRIAGE

"What is marriage then?" the student asked.

The teacher said, "in order to answer your question, go to the corn field and choose the biggest corn and come back. But the rule is: you can go through them only once and cannot turn back to pick."

The student went to the corn field, this time he is careful not to repeat the previous mistake, when he reach middle of the field, he has picked one medium corn that he feel satisfy, and come back to the teacher.

The teacher told him, "this time you bring back a corn.. you look for one that is just nice, and you have faith and believe this is the best one you get.. this is marriage."

FAMILY

Saya bersenggolan dengan seorang yang tidak dikenal ketika ia lewat. "Oh, maafkan saya" adalah reaksi saya. Ia berkata, "Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda." Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal..

Namun cerita lainnya terjadi di rumah, lihat bagaimana kita memperlakukan orang-orang yang kita kasihi, tua dan muda.

Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. "Minggir," kata saya dengan marah. Ia pergi, hati kecilnya hancur. Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya. Ketika saya berbaring di tempat tidur, dengan halus Tuhan berbicara padaku,

"Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu." "Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu." Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes.

Saya pelan-pelan pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, "Bangun, nak, bangun," kataku. "Apakah bunga-bunga ini engkau petik untukku?" Ia tersenyum, " Aku menemukannya jatuh dari pohon". "Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru." Aku berkata, "Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi." Si kecilku berkata, "Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu" . Aku pun membalas, "Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru".

Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Tetapi keluarga yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka. Mari kita renungkan, kita melibatkan diri lebih dalam kepada pekerjaan kita ketimbang keluarga kita sendiri, suatu investasi yang tentunya kurang bijaksana, bukan?

Jadi apakah anda telah memahami apa tujuan cerita di atas?
Apakah anda tahu apa arti kata KELUARGA?

Dalam bahasa Inggris, KELUARGA = FAMILY.
FAMILY = (F)ather (A)nd (M)other, (I), (L)ove, (Y)ou.
Teruskan cerita ini kepada orang-orang yang kau pedulikan.

Buku Harian Ayah

Ayah dan ibu telah menikah lebih dari 30 tahun, saya sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar.
Di dalam hati saya, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan bagi saya, juga selalu berusaha keras agar diri saya bisa menjadi seorang pria yang baik, seorang suami yang baik seperti ayah saya. Namun harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit. Tak lama setelah menikah, saya dan istri mulai sering bertengkar hanya akibat hal - hal kecil, dalam rumah tangga.

Malam minggu pulang ke kampung halaman, saya tidak kuasa menahan diri hingga
menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ayah mendengarkan segala keluhan saya, dan setelah beliau berdiri dan masuk ke dalam rumah.
Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan saya.
Sebagian besar buku tersebut halamannya telah menguning, kelihatannya buku? buku tersebut telah disimpan selama puluhantahun.
Ayah saya tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu saya mengambil salah satu dari buku-buku itu. Tulisannya memang adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh sekali, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus beberapa halaman kertas. Saya segera tertarik dengan hal tersebut, mulailah saya baca dengan seksama halaman demi halaman isi buku itu.

Semuanya merupaka catatan hal-hal sepele, "Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untuk saya."
"Anak - anak terlalu berisik, untung ada dia."
Sedikit demi sedikit tercatat, semua itu adalah catatan mengenai berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, mengenai cinta ibu terhadap anak-anak dan terhadap keluarga ini. Dalam sekejap saya sudah membaca habis beberapa buku, arus hangat mengalir di dalam hati saya, mata saya berlinang air mata.
Saya mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru saya berkata pada ayah "Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu."
Ayah menggelengkan kepalanyadan berkata, "Tidak perlu kagum, kamu juga,bisa."

Ayah berkata lagi, "Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidakmungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan?
Intinya adalah harus bisa belajar untuk saling pengertian dan toleran. “Setiap orang memiliki masa emosional, ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari gara - gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu ayah bersembunyi di depan rumah, di dalam buku catatan ayah tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati ayah penuh dengan amarah waktu menulis kertasnya dan sampai sobek akibat tembus oleh pena. Tapi ayah masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya, ayah renungkan bolak balik dan akhirnya emosinya juga tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari ibumu."

Dengan terpesona saya mendengarkannya.. Lalu saya bertanya pada ayah, "Ayah, apakah ibuku pernah melihat catatan-catatan ini?"
Ayah hanya tertawa dan berk ata, "Ibumu juga memiliki buku catatan. Dalam buku catatannya itu semua isinya adalah tentang kebaikan diriku. Kadang kala dimalam hari,menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan pihak lain. ha. ha. ha."
Memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan yang berada di atas meja, tiba - tiba saya sadar akan rahasia dari suatu pernikahan :

"Cinta itu sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan dari pasangan. Lupakan segala kesalahan dari pihak lain."

Permennya Lupa Dimakan

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop.
Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lollipop yang
berwarni-warni dengan aneka rasa.
Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan
kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil.

Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya.
Bob mengumpulkan sangat banyak permen lollipop yang ia simpan di dalam tas karungnya.
Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut, tapi sepertinya permen-permen tersebut
tidak pernah habis, maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.

Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".
Itulah batas akhir lembah permen lolipop.
Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.

Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat."

Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.
"Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya."
"Kenapa kamu memanggil saya?" Tanya Bob.
"Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama. Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, Indah sekali!" Bib bercerita
panjang lebar kepada Bob.
"Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama."Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia lewatkan dari
lembah permen lolipop yg sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya, karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas
karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia."
Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali."
Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja.

Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.
Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?
Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah menikah...nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri...
nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya...
nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya...
nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "

Pemikiran "nanti" itu membuat kita bekerja sangat keras di saat "sekarang". Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa "nanti" bahagia.
Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa "nanti" bahagia.
Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa "nanti" bahagia itu.
Ritme hidup yang sangat cepat...
target-target tinggi yang harus kita capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu...
tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk
menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita mendengarkan
cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk berdiam atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;
memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak, bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.
Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang.
Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

************ ********* ********* ********* ********* *****
Who is wise? ~ He that learns from everyone.
Who is powerful? ~ He that governs his Passions.
Who is rich? ~ He that is content.
Who is that? ~ Nobody.
-- Benjamin Franklin--

Kemalangan atau Keberuntungan

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang putera nya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satu nya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: “Wahai Pak Tani, sungguh malang nasibmu!”.


Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang2 dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni “koleksi” kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tua nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Keesokan hari nya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda baru nya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: “Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …” Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kaki nya. Perlu waktu lama hingga tulang nya yang patah akan baik kembali. Keesokan hari nya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putra nya bertempur, dan berkata: “Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!”. Pak tani hanya menjawab, “Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …”

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut: non-judgement. Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa2 yang kita sebut hari ini sebagai “kesialan”, barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju “keberuntungan” . Maka orang-orang seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk “menghakimi” kejadian dengan label-label “beruntung”, “sial”, dan sebagainya.

Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaan nya, bisa jadi bukan suatu “kesialan”, manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi diri nya untuk menjadi boss besar di perusahaan lain.

Maka berhentilah menghakimi apa –apa yang terjadi hari ini, kejadian –kejadian PHK , Paket Hengkang , Mutasi tugas dan apapun namanya . . . .yang selama ini kita sebut dengan “kesialan” , “musibah ” dll , karena .. sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa itu (di).

“Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja.”

Tikus pun berfilsafat

Didalam sebuah hutan, hiduplah seekor tikus ahli filsafat. Ia mengetahui satu hal yang tidak pernah diketahui hewan-hewan lain. Ia yakin bahwa gelisah bisa membunuh seseorang. Sebab, gelisah bisa membunuh kebahagiaan, memadamkan kilauan cahaya dan menghilangkan kenyamanan.

Selain itu, kegelisahan juga bisa menghancurkan akal, hati dan fisik.

Pada suatu hari, ia ingin mengajari teman-teman dan anak-anaknya dengan pelajaran tersebut. Tetapi sang tikus tidak ingin pelajarannya sekadar didengar dan dihafal saja. Ia ingin pelajaran itu dipraktekkan dan tertanam dalam sanubari.

Ketika sedang berceramah dihadapan hewan-hewan tersebut, tiba-tiba muncullah seekor singa. Tikus sang filosof kemudian berkata, "Tuan singa, aku hendak mengatakan sesuatu. Aku berharap engkau mau memberikan jaminan keamanan kepadaku."

Sang singa menjawab, "Aku menjamin keamananmu, wahai tikus yang pemberani."

Tikus kemudian berkata, "Di hadapan semua hewan-hewan ini, aku hendak menyatakan bahwa aku mampu membunuhmu jika engkau memberiku waktu selama sebulan penuh. Seluruh penghuni hutan ini akan melihat hal itu."

Mendengar hal itu, sang singa langsung tertawa. Dengan nada mengejek, dia berkata, "Engkau mau membunuhku?"

"Benar", jawab filosof tikus mantap dan percaya diri.

"Aku setuju. Tetapi jika engkau tidak bisa melakukannya, engkau akan kupancung di depan semua hewan. Waktunya sebulan mulai dari sekarang."

"Baik, aku setuju."

Sepuluh hari telah berlalu dan singa sama sekali tidak pernah memikirkan ancaman tikus tersebut. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, terbersit dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya hendak dilakukan oleh tikus itu? Kenapa ia kelihatan begitu meyakinkan? Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar terjadi?"

Beberapa saat kemudian ia tertawa jungkir balik sambil berkata, "Bagaimana mungkin si tikus mampu membunuhku sedangkan aku punya anak-anak yang akan membelaku? Walaupun ia mengerahkan seluruh tikus yang ada sekalipun, tidak mungkin bisa membunuhku."

Beberapa hari kemudian, bisikan tersebut kembali hadir dalam benaknya.
Untuk kali ini, ia merasakan bahwa bisikan tersebut terasa lebih kuat dari sebelumnya.

Waktu terus berjalan dan batas waktu yang ditentukan hampir berakhir.
Sementara itu, sang tikus tidak datang untuk mencabut pernyataannya ataupun menyerah. Justru, filosof tikus malah terus mengumumkan ancamannya ke seluruh penghuni hutan.

Melihat kenyataan tersebut, sang singa terus berpikir, "Apakah filosof tikus mempunyai senjata yang ampuh atau telah mengumpulkan kekuatan yang luar biasa, atau membuat jebakan yang mematikan?"

Hari demi hari berganti dan pikiran-pikiran tersebut selalu muncul hingga membuat singa tidak doyan makan dan minum. Dia selalu memikirkan nasib dan akhir yang begitu mengerikan, seperti ancaman tikus tersebut.

Sebelum hari yang ditentukan tiba, tepatnya pada pagi hari yang keduapuluh lima, hewan-hewan menemukan singa tersebut telah mati di dalam sarangnya.

Dia telah terbunuh oleh perasaan was-was dan ketakutan. Daging dan lemaknya telah terbakar oleh kesedihan yang ia rasakan, padahal sang tikus tidak pernah melakukan tipu muslihat atau merancang persengkongkolan apapun. Ia hanya mengetahui sebuah rahasia, bahwa menunggu musibah, memperkirakan bencana dan was-was terhadap sebuah tragedi adalah senjata ampuh yang bisa membunuh jagoan pemberani ataupun sang perkasa yang tidak punya rasa takut.

Jangan pernah menyia-nyiakan waktu. Kebanyakan orang tidak pernah menghiraukan hari-hari yang dijalaninya, karena sibuk untuk masa depan. Cita-cita telah membuatnya lupa manisnya kehidupan yang sedang dia jalani. Yang ada hanyalah ketakutan akan masa depan. Mereka selalu resah dengan hari-hari yang akan datang.

Mereka selalu berpikir bagaimana seandainya kehilangan pekerjaan ?
Bagaimana dia akan memberi makan anak-anak ? Apa yang akan dia katakan kepada teman-teman ? Serta bagaimana nasibnya kemudian ?

Kalau kegelisahan mengenai hal-hal tersebut mampu diatasi, dia akan memikirkan hal-hal lain. Bagaimana seandainya dia menderita sakit, buta atau kaki buntung ? Bagaimana bentuk tubuhnya nanti ? Bagaimana dia akan menanggung semua itu ?

Yang ada di dalam kepala hanyalah musibah dan musibah. Barangkali, mobil yang dinaiki akan mengalami kecelakaan, barangkali pesawat yang ditumpangi akan jatuh, barangkali kapal yang ia naiki akan tenggelam dan barangkali saja bangunan tempat dia tinggal akan runtuh.

Dia pun takut kalau sampai hal-hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi.
Orang seperti ini akan menjadi mangsa empuk serigala buas bernama kegelisahan dan makanan lezat hantu bernama kesedihan.

Warren Buffett, Terkaya Dunia yang Tetap Bersahaja

NEBRASKA – Omaha bukanlah kota besar yang gemerlap. Namun, warga kota di negara bagian Nebraska, Amerika Serikat (AS), berpenduduk sekitar 400.000 ini boleh berbangga. Mereka memiliki seorang warga yang sangat terhormat dan bisa dibanggakan hingga ke seluruh penjuru dunia.
Dialah orang terkaya kedua di dunia, Warren Edward Buffett, bos perusahaan investasi Berkshire Hathaway. Warga kota terkadang secara tidak sengaja bertemu dengan Buffett di toko, restoran, atau di jalan-jalan kota tanpa merasakan bahwa dia adalah orang terkaya kedua dunia dengan kekayaan sekitar USD37 miliar (sekitar Rp380 triliun). Buffett yang lahir di Omaha pada 30 Agustus 1930 memulai usahanya sejak dini dengan menjadi loper koran di kotanya ini.

Pada awal 1960-an, Buffett mulai berinvestasi di Berkshire yang saat itu merupakan perusahaan pembuat tekstil. Buffett kemudian menjadikan Berkshire sebagai perusahaan induk untuk lebih dari 50 perusahaan.
Buffett sering disebut sebagai Sage of Omaha oleh para investor karena dia hanya berinvestasi pada perusahaan-perusaha an besar yang mudah dimengerti bisnisnya, mendominasi pasar saham, serta memiliki pendapatan konsisten manajemen kuat. Pada 2008 lalu, Buffett bahkan sempat menggeser posisi pendiri Microsoft Corp, Bill Gates, sebagai orang terkaya di dunia.

Kendati telah menjadi miliarder, gaya hidup Buffett yang sederhana tetap melekatinya sampai sekarang dan membuat para warga kota mengenalnya dengan akrab di berbagai pertemuan.Rumahnya di kawasan Dundee, Omaha, juga sederhana tanpa memperlihatkan model dan arsitektur sebagai rumah orang kaya raya dunia. Ketika harian Seputar Indonesia (SI) melintasi rumah tersebut, suasana depan tempat tinggal itu tampak sepi dan tenang seolah tanpa penghuni.

Buffett tetap tinggal di rumah tersebut sejak dibelinya pada 1958 seharga USD31.000. Rumah itu kini ditaksir seharga USD700.000. Rumah yang tergolong sederhana di AS untuk ukuran orang terkaya dunia. Para tetangganya sering melihatnya jalan santai di depan rumahnya, kemudian menyapanya dengan akrab, ?Morning, Warren,how are you today??
Terkadang Buffett mengundang teman-temannya ke rumah, termasuk pesaingnya sekaligus sahabatnya, orang nomor satu terkaya dunia Bill Gates, untuk bermain kartu bridge. Menurut warga kota, Buffett bisa menghabiskan waktunya bermain bridge hingga 12 jam sehari. Bahkan dia ikut mensponsori pertandingan dengan trofi Buffett Cup di Omaha.

Saking sederhananya, Buffett masih mengendarai mobil tuanya jika ingin menghadiri acara-acara undangan warga kota. Suatu ketika, menurut cerita Val McPherson, seorang warga Omaha, Buffett mengundang Gates untuk makan di sebuah restoran favoritnya di Omaha. Buffett bersama Gates mengendarai sebuah mobil baru pemberian anaknya, Susie. Seusai makan malam, mereka kembali ke tempat parkir, tetapi Buffett tidak bisa membuka pintu mobil barunya itu yang menggunakan kombinasi password.

Daripada pusing, Buffett kemudian menelepon taksi dan akhirnya dua orang terkaya dunia ini pulang ke rumah Buffett dengan menggunakan taksi dan meninggalkan mobil baru tersebut. Sebagai sosok yang sederhana, Buffett banyak memberikan sumbangan kepada berbagai yayasan, universitas, dan organisasi sosial di Omaha. Bahkan sifat filantropisnya ditunjukkan terhadap Gates dengan memberikan sumbangan kepada Gates Foundation. Anaknya, Susie,kini mengetuai yayasan Susan A Buffett, mengambil nama mendiang istri Buffett, dengan memberikan sumbangan kepada berbagai organisasi.

Dua anaknya lagi Peter dan Howard tinggal di Chicago dengan usaha mereka sendiri. Buffett memang sosok sederhana, bahkan Desember 2006 lalu ada yang mengatakan Buffett tidak mempunyai telepon genggam, tidak mempunyai komputer di mejanya, dan masih mengendarai sendiri mobilnya,Cadillac DTS.

http://adhymantovan i.wordpress. com/2009/ 06/08/warren- buffett-terkaya- dunia-yang- tetap-bersahaja/

The Window Through Which We Look



A young couple moved into a new neighborhood.
The next morning while they were eating breakfast,
The young woman saw her neighbor hanging the wash outside.
'That laundry is not very clean,' she said.
'She doesn't know how to wash correctly.
Perhaps she needs better laundry soap.'

Her husband looked on, but remained silent.

Every time her neighbor would hang her wash to dry,
The young woman would make the same comments.

About one month later, the woman was surprised to see a
Nice clean wash on the line and said to her husband:

'Look, she has learned how to wash correctly.
I wonder who taught her this.'

The husband said, 'I got up early this morning and
Cleaned our windows.'

And so it is with life. What we see when watching others
Depends on the purity of the window through which we look.

I hope that you have a very blessed day!

Keseimbangan Hidup

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

"Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan," seru tuan rumah. Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, "Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?"

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, "Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari".

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, "Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?"

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, "Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya."

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, "Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman." tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.
Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, "Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua".

"Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini?

Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu.
Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, *harus seimbang*. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu.

*Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga*.

Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis".

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, "Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati".

Teman-teman yang luar biasa, Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.

*Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental.

*Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus.

*Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup.

MENJUAL SISIR PADA BIKSU

Pertanyaan :

Jika perusahaan dimana anda bekerja, adalah sebuah perusahaan pembuat SISIR, memberi tugas untuk menjual sisir pada para biksu di wihara (yang semua kepalanya gundul) -- Bisakah anda melakukannya? Apa jawaban anda ?

a) Tidak mungkin, itu mustahil
b) Gile
c) Aku akan sekali mencoba untuk melaksanakan instruksi bos saya
d) Baiklah, saya akan coba
e) Ya, saya pikir bisa menjualnya (5 buah, 10 buah, 50 buah atau lebih, sebutkanlah jumlahnya)

Pilih satu jawaban dan baca tulisan di bawah untuk meilhat apakah anda termasuk orang yang berjiwa sukses atau tidak.

Cerita : MENJUAL SISIR PADA BIKSU

Ada sebuah perusahaan "pembuat sisir" yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga management ingin merekrut seorang sales manager yang baru.

Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan ... jika ditotal jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut.. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.

Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara.

Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini. (Mr. A, Mr. B, Mr. C)

Pimpinan pewawancara memberi tugas :

"Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu."

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. A menjawab: "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?"
Mr. A menjawab:
"Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda - dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang ketombean."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. B menjawab : "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada patung sang Buddha."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C :
"Bagaimana dengan anda?"
Mr. B menjawab: "SERIBU buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Mr. C menjawab:
"Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana. Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang
ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan tanda tangan pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang dan langsung memesan 1,000 buah sisir!"

MORAL DARI CERITA

Universitas Harvard telah melakukan riset, dengan hasil :

1) 85% kesuskesan itu adalah karena SIKAP dan 15% adalah karena kemampuan.

2) SIKAP itu lebih penting dari kepandaian, keahlian khusus dan keberuntungan.

Dengan kata lain, pengetahuan profesional hanya menyumbang 15% dari sebuah kesuksesan seseorang dan 85% adalah pemberdayaan diri, hubungan sosial dan adaptasi. Kesuksesan dan kegagalan bergantung pada bagaimana sikap kita menghadapi masalah.

Dalai Lama biasa berkata : "Jika anda hanya punya sebuah pelayaran yang lancar dalam hidup, maka anda akan lemah. Lingkungan yang keras membantu untuk membentuk pribadi anda, sehingga anda memiliki nyali untuk menyelesaikan semua masalah."

"Anda mungkin bertanya mengapa kita selalu berpegah teguh pada harapan. Ini karena harapan adalah : hal yang membuat kita bisa terus melangkah dengan mantap, berdiri teguh - dimana pengharapan hanyalah sebuah awal. Sedangkan segala sesuatu yang tidak
diharapkan .... adalah hal yang akan mengubah hidup kita."

Ingatlah, saat keadaan ekonomi baik, banyak orang jatuh bangkrut. Tapi saat keadaan ekonomi buruk, banyak jutawan baru baru yang bermunculan. Jadi, dengan sepenuh hati terapkanlah SIKAP kerja yang benar 85%. Semoga sukses !"

Kamis, Juni 04, 2009

Si Kecil Terlambat Bicara

Rabu, 3 Juni 2009 | 17:45 WIB

*KOMPAS.com* - Seorang ibu mengeluhkan buah hatinya yang berumur 20 bulan. Sejak bayi perkembangan Si Kecil normal. Orangtua, keluarga, termasuk pengasuhnya, banyak mengajaknya berbicara. Si Kecil mengerti semua intruksi yang diberikan, namun kemampuan bicaranya sebatas mengucapkan beberapa patah kata saja. Apakah ini berarti ia terlambat berbicara?

Berdasarkan penelitian di negara Barat, ada norma yang berlaku umum, yaitu antara usia 16–24 bulan anak-anak menguasai sekitar 50 kata dan terus meningkat sampai sekitar 400 kata; pada usia sekitar 2 tahun anak-anak lebih banyak menggunakan kalimat dua kata. Di sisi lain, dari pengalaman di lapangan, ada anak yang sudah mulai mengucapkan kata-kata tunggal pada usia 7 bulan, mampu menyebutkan kalimat yang terdiri atas dua kata pada usia sekitar 12 bulan; namun ada juga yang sampai usia 2 tahun baru bisa menyebutkan beberapa kata saja. Barulah beberapa bulan
setelah usia 2 tahun anak tersebut tiba-tiba bisa berbicara lancar dengan menggunakan kalimat-kalimat.

Berarti, sekalipun ada norma umum perkembangan bahasa/bicara untuk anak, pada kenyataannya tidak semua anak berkembang mengikuti norma tersebut. Ada yang lebih cepat perkembangannya, ada yang sedikit lebih lambat, dan ada yang mengalami keterlambatan perkembangan bahasa/bicara. Beberapa faktor ikut menentukan perkembangan seorang anak, seperti faktor genetik, tempo perkembangan, perangsangan lingkungan, dan lain-lain.

Bila buah hati Anda pada usia 20 bulan belum mampu berbicara, besar kemungkinan tidak lama lagi dia akan berbicara lebih banyak kata dan lambat-laun mampu bertutur dalam kalimat yang terdiri atas dua kata.
Mengapa demikian? Karena saat ini anak bisa diajak berinteraksi, mengerti percakapan/perintah -perintah sederhana, mampu mengucapkan beberapa kata tunggal. Sekalipun perkembangannya tidak terlalu cepat, namun tidak berarti mengalami keterlambatan perkembangan bicara. Keadaan yang perlu diwaspadai adalah kalau terjadi kemunduran perkembangan bahasa, misalnya saat terjadi interaksi dengan seseorang, anak sulit atau tidak mau memerhatikan lawan bicaranya, jumlah kata yang dia ucapkan makin sedikit, lebih suka menyendiri di antara teman-teman yang sedang asyik beraktivitas, padahal sebelumnya tidak menampakkan gejala tersebut.

Yang harus Anda lakukan adalah tetap mengajaknya bercakap-cakap.
Sesekali gunakan gambar-gambar untuk memperkenalkan benda dan kegiatan yang berlangsung di sekitarnya, atau bercerita dari buku cerita bergambar dengan sedikit tulisan di bawahnya. Berbicaralah dalam kalimat yang pendek, dan perlambat tempo percakapan. Berikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan apa yang dia inginkan, tidak memburu-buru dia untuk cepat-cepat mengucapkan kata-kata.

Terlambatnya perkembangan bicara bisa terpengaruh akibat kehadiran adik, tetapi bisa juga tidak, bergantung pada seberapa besar lingkungan memperlakukan dia. Kalau dia tidak merasa terkucil akibat kehadiran adik, tetap mendapat perhatian dari orangtua dan keluarga besar maka tidak ada dampak yang berperan pada anak.

Narasumber: Dra. Mayke S. Tedjasaputra, MSI, /Play Therapist/ dan Psikolog Lembaga Psikologi Terapan UI.