Selasa, Juni 17, 2008


*MENCEGAH KECELAKAAN PADA BAYI*

Sebagian upaya pencegahan kecelakaan di rumah sering dirasa mengada-ada oleh para orang tua. Namun sesungguhnya, jumlah kecelakaan pada bayi sudah tak bisa dihitung dengan jari. Cegahlah sekarang juga!*

Ini tidak main-main. Data menunjukkan angka kecelakaan di rumah sebagian besar menelan korban anak-anak. Pada bayi, umumnya kecelakaan terjadi karena jatuh, tergores benda tajam, tersedak, tercekik atau tanpa sengaja menelan
obat-obatan dan bahan kimia yang ditaruh di sembarang tempat. Bisa ditebak, umumnya kecelakaan seperti itu disebabkan kelalaian orang dewasa di sekitarnya.

Menurut *Dr. Sudjoko Kuswadji, MSc(OM) PKK*, dokter ahli kesehatan kerja, setiap kecelakaan pada anak yang terjadi di rumah menjadi tanggung jawab orang tuanya. "Sebab, anak-anak usia di bawah lima tahun, pada dasarnya belum bisa menjaga dirinya sendiri."

Di Amerika saja, tambahnya, orang tua yang menyebabkan anaknya meninggal atau cacat karena kecelakaan di rumah, akan dituntut oleh *District Attorney *atau jaksa penuntut umum. Pasalnya, akibat kelalaian orang tua, anaknya jadi meninggal atau cedera.

Di Indonesia, kasus-kasus cedera dan kematian anak akibat kecelakaan di rumah, jarang sekali dilaporkan, apalagi sampai dibawa ke meja hijau. Kebanyakan kasus yang terjadi pun diakui orang tua, tidak diduga akibat "kelalaian" mereka, sehingga anak-anak menjadi korban.

"Kebanyakan orang tua tak menyadari, bayi bisa bergerak secara cepat. Mereka menjangkau apa saja yang ada di dekat mereka. Ditambah rasa ingin tahu mereka. Ditinggal ibunya sebentar saja, bisa fatal akibatnya," sesal Djoko yang berpraktik di Klinik International SOS, Jakarta. Contohnya, ibu dan si kecil duduk bersama di meja makan. Tiba-tiba telepon berdering dan ibu beranjak untuk menerima telepon. Tak lama, anaknya sudah menjerit karena tersiram kopi panas milik ibunya.

Kalau saja orang tua bisa mengantisipasi hal-hal di rumah yang bisa mencederai anak, mungkin tak banyak anak yang akan menjadi korban. Berikut cara-cara mengantisipasi bahaya di rumah, seperti yang disarankan Sudjoko.

*TERSEDAK*
*Pada usia tertentu, anak-anak selalu memasukkan apa pun di mulutnya. Hati-hati, bisa membuatnya tersedak! Inilah beberapa hal yang perlu dilakukan orang tua untuk mencegah kejadian tersedak:
* Jauhkan anak dari barang-barang kecil dan mainan yang bisa dilepas menjadi bagian-bagian kecil.
* Belilah mainan yang sesuai dengan umur dan keterampilan bayi. Memberikan mainan untuk umur 2 tahun ke atas kepada bayi, sungguh mengundang risiko, karena ukurannya yang kecil.
* Jauhkan mainan anak-anak yang lebih besar dari jangkauan si bayi. Bayi selalu tertarik dengan benda berwarna yang cerah.
* Ajari si kakak untuk selalu menyimpan mainannya secara rapi pada kotak khusus tertutup yang sudah disediakan.
* Periksa secara berkala semua mainan yang mungkin kendur atau sudah patah. Bagian yang terlepas bisa mudah tertelan.
* Setiap kali membersihkan lantai, pastikan tak ada benda kecil yang tertinggal seperti peniti, uang logam, baterei, tutup botol, kuku, penjepit kertas, jepit rambut, karet gelang, dan benda kecil lainnya.
* Hindari memakaikan baju yang penuh kancing atau aksesoris yang mudah ditarik. Bila terlepas, bisa tertelan oleh bayi.
* Jangan memberikan permen, popcorn, kacang, dan makanan potongan kecil atau butiran karena dapat membuat bayi tersedak, atau benda itu masuk ke dalam hidung.
* Selalu tunggui setiap kali bayi makan. Jangan memberi makan sembari ia bermain, merangkak atau belajar berjalan.

*TENGGELAM*
*Sering terjadi bayi yang sudah mulai berjalan sendiri atau anak kecil tenggelam di kolam renang milik orang tuanya. Ini karena minimnya pengawasan saat si bayi bemain-main di dekat kolam renang. Agar anak terhindar dari bahaya tenggelam, inilah yang perlu dilakukan orang tua!
* Gunakan ember dan air yang ukurannya disesuaikan usia anak. Jangan pernah meninggalkan bayi sendirian sedetik pun di dekat bak mandi.
* Selalu buang air di dalam *bath-up *setiap kali usai menggunakannya. Bila sedang mengisi *bath-up*, tutuplah pintu kamar mandi. Bila perlu, kuncilah untuk mencegah si kecil merangkak masuk.
* Sekeliling kolam renang harus diberi pagar pengaman yang rapat dan pintu pagar menuju kolam harus selalu terkunci.
* Selalu awasi si kecil bila ia berada di dekat air, meski di kolam yang khusus untuknya sekalipun.
* Jangan terlalu berambisi mengajari bayi berenang sejak dini di kolam renang umum. Usia yang paling disarankan adalah tiga tahun karena daya tahan tubuhnya sudah lebih kuat menghadapi parasit dan bakteri yang mungkin ada di kolam renang umum. Lagi pula, kalau diajarkan terlalu dini, orang tua biasanya "menggampangkan" ; begitu si kecil sudah bisa *ngambang* atau
berenang sedikit, dikiranya sudah aman padahal belum tentu. Kelak, bila ingin memasukkan si kecil ke kursus renang, pilihlah guru yang bersertifikat dan terlatih mengajar balita.

*KESETRUM*
*Yang sering terjadi, anak kesetrum karena memasukkan benda logam ke dalam stop kontak. Bahaya kesetrum bisa dihindari dengan cara-cara berikut:
* Kita harus rajin mencek setiap kabel-kabel listrik dan stop kontak yang ada di rumah. Bila ada kabel yang mengelupas, segera ganti dengan kabel baru. Gantilah stop kontak dengan model yang tertutup atau berpengaman. Misal, harus diputar dulu bila hendak digunakan.
* Tutup stop kontak dengan barang-barang furnitur berat yang tak mudah digeser.
* Hindari peralatan listrik seperti mikser atau setrika dengan kabel menjuntai dari jangkauan anak-anak.

*TERBAKAR*
*Bayi memiliki kulit yang lebih tipis dibandingkan anak-anak dan orang dewasa. Kulit mereka lebih rentan terhadap luka bila terkena api atau tersiram sesuatu yang panas. Yang sering terjadi, ibu membuat susu sambil tetap menggendong bayinya. Bahayanya, jika si bayi meronta, maka botol susu yang sudah berisi air hangat akan terguncang hingga airnya bisa menyiram si
bayi. Apa yang buat kita tidak terasa panas, buat si bayi bisa menyebabkan kulit jadi merah seperti halnya tersiram air panas.

Supaya risiko terbakar atau terkena air dan benda panas dapat dihindari, lakukan hal berikut:
* Selalu mengetes terlebih dulu panasnya air yang akan digunakan untuk menyeduh susu atau memandikan bayi.
* Jika Anda sedang menikmati kopi atau teh, hindari sambil memegang bayi.
* Jangan sambil menggendong bayi bila sedang memasak. Si kecil bisa menarik gagang panci atau meronta-ronta yang membuat konsentrasi Anda terpecah.
* Arahkan mulut teko ke dalam, untuk menghindari tertumpah ke bawah bila tersenggol.
* Jangan sambil menggendong bayi bila sedang menyetrika.
* Simpan korek api dan pemantik api jauh dari jangkauan anak.

*JATUH*
*Sering terjadi, bayi jatuh dari *baby taffel *atau tempat tidur, baik tempat tidurnya sendiri atau orang tuanya. Agar si kecil tak sampai jatuh, orang tua seharusnya:
* Tidak membiarkan si bayi (terutama yang sudah bisa tengkurap dan merangkak) sendirian sedetik pun bila dia berada di tempat tidur, *baby taffel,* sofa atau kursi.
* Pasang pagar pengaman di tangga yang menuju ruang atas.
* Pasang tali pengaman di kursi bayi, dorongan bayi, kursi makan dan peralatan lain yang dilengkapi tali pengaman. Meski hanya ditinggal membuat susu atau menerima telepon, tetap pasangkan tali pengaman ini.
* Jika si bayi sudah mampu berdiri, lepaskan *bumper* (bantal pengaman) dari tempat tidurnya karena akan dipakainya untuk memanjat.
* Untuk mengantisipasi si kecil jatuh dari tempat tidur, sejak awal belilah tempat tidur yang bisa diatur ketinggiannya. Semakin besar si kecil, seharusnya semakin rendah alas ranjangnya sehingga ia tidak bisa meloncati pagar pengaman tempat tidur karena menjadi lebih tinggi. Kuncilah selalu pagar pengaman ini.
* Jangan gunakan *baby walker*. Ini penyebab bayi sering jatuh. Kalau kakinya sudah bisa mengayuh, luncurannya bisa kencang. Nah, cedera biasanya terjadi karena jatuh terjungkal atau menabrak benda-benda lain di rumah.
* Jangan taruh bayi dan kursinya di tempat tinggi, semisal di meja, di tempat yang tidak rata atau di bangku yang tinggi. Jangan biarkan si kecil sendirian duduk di kursinya.

*TERCEKIK DAN KEKURANGAN NAPAS*
*Kasus yang sering terjadi bayi kekurangan napas karena hidungnya tertutup oleh bantalnya sendiri. Bahaya tercekik dan kekurangan napas dapat dicegah dengan cara:
* Taruh bayi di tempat tidur yang spreinya tidak kusut dan kasurnya tak terlalu empuk agar tak timbul gelombang.
* Hindari bayi tidur dengan bantal-bantal yang bertumpuk di sekitarnya. Tumpukan ini bisa rubuh lalu bantal menutupi jalan napasnya.
* Ikat semua tali yang menjuntai, seperti tali gorden, krei, tali sarung guling, dan lainnya sehingga tak bisa dibuat mainan oleh si kecil. Bahaya tercekik bisa timbul dari tali yang menjuntai.
* Jangan mengikatkan sesuatu pada lehernya, termasuk topi yang memakai tali pengikat.
* Jangan memberikan mainan yang bertali atau mempunyai simpul-simpul yang bisa dilepas.
* Simpan semua tas plastik, kantong plastik dari jangkauan bayi. Bahaya kekurangan napas dapat terjadi bila bayi bermain tas plastik. Mereka memasukkan kepalanya ke dalam plastik, padahal akibatnya ia bisa kekurangan napas karena defisit udara.

*KERACUNAN*
*Bahaya keracunan yang sering terjadi pada anak adalah menelan obat berlebihan (overdosis) karena orang tua menaruh obat sembarangan. Potensi keracunan lainnya menelan cairan kosmetik ibunya, cairan pembersih untuk rumah dan cairan pembasmi serangga, dan bahan beracun lainnya. Untuk menghindarinya, berikut yang harus dilakukan:
* Taruh semua barang-barang yang menimbulkan potensi keracunan seperti bahan-bahan pembersih, pewangi pakaian, pupuk, dan lainnya di tempat tinggi dan tak mudah dijangkau. Bila perlu, kunci lemari khusus tersebut. Simpanlah
tetap bersama pembungkusnya. Biasanya, di situ tertera cara menanggulangi bila terhirup atau tertelan.
* Hal yang sama juga berlaku dalam penyimpanan kosmetik, parfum, pencuci mulut, pembersih muka dan peralatan kosmetik lainnya.
* Taruh bumbu dapur, kecap, sirup, dan minyak goreng di tempat yang terkunci pula.
* Demikian juga vitamin, obat-obat bebas, dan lainnya di tempat yang aman dari jangkauan anak.
Seharusnya kemasan bahan yang beracun (*toxic product*) didesain sedemikian rupa agar tak bisa dibuka oleh anak.

*Santi Hartono. Foto: Iman/nakita*

Mitos dan Fakta Seputar Bayi Baru Lahir



Di samping menimbulkan rasa bahagia dan bangga, kehadiran seorang bayi, terutama anak pertama, kadangkala juga menimbulkan rasa khawatir yg berlebihan pada orang tuanya. Bagaimana tidak? Banyak hal yg sebenarnya biasa dialami oleh bayi baru lahir, namun bagi orang tua tampak sebagai masalah yg serius. Beberapa hal berikut mungkin dapat membantu Anda agar lebih percaya diri dalam menjalani minggu2 pertama bersama si kecil.

FAKTA2 SEPUTAR BAYI BARU LAHIR

* Berat badan akan turun
Tiga hari setelah dilahirkan, bayi2 biasanya mengalami penurunan berat badan sebesar 10% dari berat badan lahirnya. Hal ini antara lain karena mereka lebih senang tidur daripada makan. Selain itu, bayi memang akan mengalami proses "membuang" mekonium (tinja berwarna hijau kehitam-hitaman) dan air seni. Dalam waktu seminggu, berat badan mereka akan bertambah lagi. Namun, jika berat
badan bayi Anda tidak bertambah dalam 2 minggu, atau ia kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam beberapa hari pertaanya, maka Anda harus segera membawanya ke dokter.

* Gangguan kulit
Kulit bayi baru lahir biasanya lembut, tapi tidak selalu "bersih". Gangguan kulit yg bentuknya seperti jerawat atau bisul kecil ini umumnya timbul dalam beberapa hari sampai beberapa minggu pertama dalam kehidupannya.

Gangguan kulit ini terjadi karena masih adanya hormon estrogen ibu yg bersikulasi dalam tubuh bayi. Beberapa gangguan kulit yg biasa dialami bayi di bawah usia 10 hari, a.l: milia (gangguan kulit berupa bintil2 kecil berwarna putih pada wajah bayi akibat adanya sumbatan pada kelenjar minyak) dan erythema toxicum (benjol kecil berwarna putih
atau kekuningan yg dikelilingi oleh jerawat berwarna merah).

Selain itu, ada pula gangguan kulit berupa timbulnya sisik atau serpihan2 kulit di atas alis, ubun2, belakang telinga dan leher bayi yg dikenal dengan nama kerak kepala (cradle crap). Gangguan ini hanya memerlukan perlakuan sederhana, yaitu dengan mencuci bersih daerah tsb menggunakan sabun yg lembut dan tidak menimbulkan alergi
(hypoalergenic) atau baby oil. Namun waspadalah bila ada gangguan kulit bayi yg bernanah (diikuti demam atau tidak), karena hal ini mengindikasikann adanya infeksi.

* Menyemburkan makanan (gumoh)
Salah satu penyebab bayi menyemburkan
makanannya adalah karena belum sempurnanya otot2 saluran pencernaannya. Akibatnya, ASI dapat mengalir kembali langsung ke kerongkongannya. Perlu diingat, ASI yg sudah disemburkan tidak dapat masuk kembali, dan harus diawasi untuk melihat ada tidaknya gangguan pernafasan (dikhawatirkan ada yg masuk ke hidung dan paru). Upaya yg
dapat Anda lakukan adalah dengan memperhatikan posisi yg tepat saat menyusui, sehingga bayi tidak banyak mengisap udara.

Selain itu, setelah bayi selesai menyusu, buatlah ia bersendawa. Caranya, tegakkan tubuhnya menghadap ke arah Anda, atau menengkurapkannya di atas pangkuan Anda, kemudian tepuk2 punggungnya secara perlahan.

* Batuk atau bersin
Bayi akan batuk atau bersin untuk membersihkan saluran hidung dari sesuatu yg mengiritasi, seperti debu atau untuk membuang lendir/ludah yg ada di kerongkongannya. Jadi tindakannya itu tidak selalu berarti ia sakit. Kecuali, jika terjadi penyumbatan di hidungnya, diikuti demam, atau ia batuk terus menerus yg mengganggu
makan dan tidurnya.

* Perubahan pada tinja
Normal atau tidaknya tinja bayi tergantung pada makanan yg Anda berikan padanya. Bayi yg diberi ASI, tinjanya biasanya lunak, encer dan agak kasar, serta berwarna kuning kehijauan. Selain itu, ia bisa buang air besar setiap habis makan. Sedangkan bayi yg diberi susu botol, tinjanya berwarna lebih putih dan halus. Buang air besarnya mungkin hanya 2 atau 3 kali sehari. Setelah system pencernaannya matang, mereka cenderung lebih jarang buar air besarnya.

Demikian pula bila bayi mengalami sembelit, jika tinja bayi keras secara berturut-turut, ia mungkin mengalami sembelit. Sebaliknya, Anda juga disarankan untuk segera menemui dokter bila tinjanya lebih berair dari biasanya, atau ada sedikit darah. Karena kondisi ini mungkin saja merupakan tanda terjadinya suatu infeksi, atau ketidakcocokan dengan
susu formula yg dikonsumsinya.

* Tali pusat tak kunjung putus
Tali pusat bayi yg baru lahir biasanya berwarna putih keabu-abuan, mengkilat dan licin. Sesudah beberapa hari, tali pusat akan berubah menjadi hitam keungu-unguan, kisut dan
mengecil. Anda tak perlu takut untuk merawatnya. Perlu diketahui, pada tali pusat tidak terdapat ujung2 urat saraf. Untuk membuat tali pusat lepas dalam waktu 2-4 minggu, dokter biasanya menyarankan anda untuk mengoleskan alcohol setiap kali anda selesai memandikannya. Jika tali pusat tsb tidak kunjung mongering dan lepas dalam waktu lebih dari 4 minggu, sebaiknya membawa bayi ke dokter.

* Selalu menangis
Menangis adalah satu2nya cara bayi untuk berkomunikasi, misalnya memberitahu bahwa dia lapar, terganggu, sakit, kotor atau lelah. Setiap maksud tsb biasanya mempunyai bunyi tangis yg berbeda pula. Anda mungkin butuh waktu untuk mengenalnya. Lalu bagaimana mengindikasikan tangis bayi sebagai suatu yg bermasalah?
Tangisan tsb akan terdengar berbeda dari biasanya. Lebih nyaring atau melengking, terus menerus atau sulit dihentikan.

* Pelajari naluri Anda
Walaupun banyak buku atau orang yg memberi nasihat tentang kiat2 mengurus anak, sebaiknya Anda tidak mengabaikan naluri Anda sebagai orang tua. Karena yg menimang, memandikan, mengganti popoknya, menenangkannya saat menangis dan memberinya makan setiap hari aadalah Anda. Orang tua umumnya memiliki indera ke enam untuk mengetahui kebutuhan anak2nya. Jadi, tanpa mengabaikan gejala2 suatu penyakit, jika Anda merasa bayi anda baik2 saja, mungkin memang demikian adanya.

MITOS2 SEPUTAR BAYI BARU LAHIR

* Bayi jangan diajak keluar rumah saat maghrib, karena akan diganggu "penunggu" rumah. Padahal, yang terajdi adalah temperatur alam menjelang matahari terbenam memang meningkat, termasuk perubahan tekanan udara, kelembapan udara, perubahan temperatur. Ini akan menggelisahkan bayi yang memang belum bisa dengan cepat menyesuaikan diri. Soalnya, organ tubuh bayi itu kan, belum sempurna, tidak seperti
orang dewasa yang sudah biasa. Akibatnya, bayi akan mengalami uneasy feeling dan rewel karena adanya perubahan alam tersebut.

Selain itu, ada yang disebut ritme sirkadian. "Badan manusia mengalami bioritme yang ada hubungannya dengan waktu," . Pada bayi, bioritmenya belum stabil. Karena itu, bioritme bayi yang baru lahir sampai usia 2 bulan kadang-kadang masih terbalik. Siang dianggap malam, sementara malam dianggap siang. "Ini karena bayi belum bisa menyesuaikan diri dengan living environment dimana manusia sibuk saat siang. Tapi,
lama-lama ia akan menyesuaikan dengan tuntutan sosial sekaligus perubahan alam tersebut. Secara alamiah, bioritme ini akan berubah dengan sendirinya."

* Bawang yang dicampur minyak dikenal bisa menurunkan panas. "Itu secara ilmiah benar, karena bawang adalah tumbuhan yang mengeluarkan minyak yang mudah menguap dan menyerap panas."

* Upacara tedak siti (menginjak tanah) saat bayi berusia 6-7 bulan.
"Secara ilmiah pun ternyata tak salah, karena pas dengan usia refleks menapak bayi." Di permukaan badan terdapat putik saraf yang bisa menjadi sensor tekanan. Nah, saraf ini tumbuh saat bayi 6 - 7 bulan, bersamaan dengan tumbuhnya struktur otak untuk keseimbangan dan alat-alat keseimbangan untuk posisi berdiri. "Tak heran jika di usia
ini, bayi sudah mulai belajar menapak."

* Dipakaikan gurita agar tidak kembung. Mitos ini tak benar, karena organ dalam tubuh malah akan kekurangan ruangan. Dinding perut bayi masih lemah, volume organ-organ tubuhnya pun tak sesuai dengan rongga dada dan rongga perut yang ada, karena sampai 5 bulan dalam kandungan, organ-organ ini terus tumbuh, sementara tempatnya sangat terbatas. Jika bayi menggunakan gurita, maka ruangan untuk pertumbuhan organ-organ ini akan terhambat. "kalau mau tetap memakaikan gurita, boleh saja. Asal ikatan bagian atas dilonggarkan, sehingga jantung dan paru-paru bisa berkembang,". Bila gurita digunakan agar pusar bayi tidak bodong, sebaiknya pakaikan hanya di sekitar pusar dan ikatannya longgar. Jangan sampai dada dan perut tercekik, sehingga jantung tidak bisa berkembang dengan baik gara-gara gurita yang terlalu kencang.

* Tak boleh memotong kuku bayi sebelum usia 40 hari. Tentu ini tak tepat. Karena kalau tidak dipotong, kuku yang panjang itu bisa berisiko melukai wajah bayi. Bahkan, bisa melukai kornea mata. "Kalau sampai kena kornea mata, tak bisa disembuhkan lagi." Larangan ini mungkin lebih disebabkan kekhawatiran akan melukai kulit jari tangan/kaki si bayi saat ibu mengguntingi kuku-kukunya. Sebaiknya gunting dengan gunting kuku khusus untuk bayi.

* Pusar ditindih koin agar tidak bodong. Secara ilmiah memang ada betulnya. Koin itu hanya alat untuk menekan, karena jendela rongga perut ke pusar belum menutup sempurna, jadi menonjol (bodong). Kalau bodongnya besar, ya harus dioperasi, tapi kalau bodongnya kecil, bisa saja ditindih pakai koin, asal pusar bayi diberi kasa steril yang
diganti setiap hari dan diikat ke belakang.

* Tangan dan kaki bayi harus selalu ditutup dengan sarung tangan/kaki.
Boleh-boleh saja asal dipakaikan kala udara dingin atau untuk menghindari bayi terluka saat ditinggal. Di luar itu, sebaiknya bayi tak usah dipakaikan sarung. "Pemakaian sarung justru akan mengurangi perkembangan indera perasa bayi."

* Dibedong agar kaki tidak pengkor. Bedong bisa membuat peredaran darah bayi terganggu lantaran kerja jantung memompa darah menjadi sangat berat. Akibatnya, bayi sering sakit di sekitar paru-paru atau jalan napas. Selain itu, bedong juga bisa menghambat perkembangan motorik si bayi, karena tangan dan kakinya tak mendapatkan banyak kesempatan untuk bergerak. Sebaiknya bedong dilakukan hanya setelah bayi dimandikan atau kala cuaca dingin, untuk menjaganya dari udara dingin. Dipakainya pun longgar.

Yang jelas, pemakaian bedong sama sekali tak ada kaitannya dengan pembentukan kaki. Semua kaki bayi yang baru lahir memang bengkok. Soalnya, di dalam perut tak ada ruangan cukup bagi bayi untuk meluruskan kaki. Sehingga waktu lahir, kakinya pun masih bengkok. Apalagi, di negara-negara yang cukup mendapatkan sinar matahari
seperti Indonesia, tak ada kaki X atau O. Yang ada adalah orang menderita kaki X atau O karena sakit pada kelenjar parathyroid. Kelenjar ini mengatur kadar dan penyerapan kalsium serta pembentukan tulang. Jika pembentukan tulang terhambat, tentu ia akan memiliki kaki X atau O. Kaki X atau O hanya terjadi zaman dulu, itu pun di daerah
yang jauh dari sinar matahari, seperti Kutub. "Di Kutub pun sekarang sudah nggak ada, karena orang Kutub sudah minum vitamin D" lanjut Adi.

* Sebelum berusia 40 hari, jangan memandikan bayi sore hari. Kalau memang tujuannya menjaga agar bayi tidak masuk angin sih, tidak masalah. Namun, sebaiknya bayi tetap dimandikan, sedikitnya 2 kali sehari. Sejak dilahirkan pun sudah boleh dimandikan, tak perlu menunggu sampai 40 hari. Yang penting adalah waktunya. Kalau malam hari tentu tidak pas. Biasanya pada bulan-bulan pertama bayi dimandikan pukul 9 pagi. Mandi sore tergantung suhu ruang.

* Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Mungkin yang tepat adalah jangan pergi ke tempat yang penuh orang (crowded). Banyak orang berarti banyak kuman penyakit. Kalau kepadatan pada suatu ruangan tinggi, maka penyakit pun tinggi. Misalnya ke mal atau membawa bayi ke perhelatan. Ingat, kekebalan bayi masih sangat rentan saat usianya di bawah 40 hari. Jadi, di bawah setahun, sebaiknya jangan membawa bayi ke mal, kecuali memang sangat penting dan hanya sebentar.

* Bayi usia seminggu diberi makan pisang dicampur nasi agar tidak kelaparan. Salah, pasalnya usus bayi di usia ini belum punya enzim yang mampu mencerna karbohidrat dan serat-serat tumbuhan yang begitu tinggi. Akibatnya, bayi jadi sembelit, karena makanan padat pertama adalah di usia 4 bulan, yakni bubur susu dan 6 bulan makanan padat
kedua, bubur tim.

* Hidung ditarik agar mancung. Ini jelas salah, karena tidak ada hubungannya menarik pucuk hidung dengan mancung-tidaknya hidung.Mancung-tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung yang sifatnya bawaan. Jadi, meski setiap menit ditarik-tarik, kalau dari sananya tidak mancung, ya tak bakal mancung.

Sumber: tabloidnova.com, tabloid-nakita.com, majalah ayahbunda

Rabu, Juni 04, 2008

9 Rasa Takut Balita dan Tips Mengatasinya

( Senin, 07/04/2008 17:09 )

Berikut 9 jenis rasa takut yang kerap dialami batita dan tips mengatasi yang diberikan Ika.

1. TAKUT BERPISAH (SEPARATION ANXIETY)
Anak cemas harus berpisah dengan orang terdekatnya. Terutama ibunya, yang selama 3 tahun pertama menjadi figur paling dekat. Figur ibu, tak selalu harus berarti ibu kandung, melainkan pengasuh, kakek-nenek, ayah, atau siapa saja yang memang dekat dengan anak.

Kelekatan anak dengan sosok ibu yang semula terasa amat kental, biasanya akan berkurang di tahun-tahun berikutnya. Bahkan di usia 2 tahunan, kala sudah bereksplorasi, anak akan melepaskan diri dari keterikatan dengan ibunya. Justru akan jadi masalah bila si ibu kelewat melindungi/overprotektif atau hobi mengatur segala hal, hingga tak bisa mempercayakan anaknya pada orang lain.

Perlakuan semacam itu justru akan membuat kelekatan ibu-anak terus bertahan dan akhirnya menimbulkan kelekatan patologis sampai si anak besar. Akibatnya, anak tak mau sekolah, gampang nangis, dan sulit dibujuk saat ditinggal ibunya.Bahkan si ibu beranjak ke dapur atau ke kamar mandi pun, diikuti si anak terus. Repot, kan? Belum lagi ia jadi susah makan dan sulit tidur jika bukan dengan ibunya.
Cara Mengatasi:
Jelaskan pada si kecil, mengapa ibu harus pergi/bekerja. Begitu juga penjelasan tentang waktu meski anak usia ini belum sepenuhnya mengerti alias belum tahu persis kapan pagi, siang, sore, dan malam serta pengertian mengenai berapa lama masing-masing tenggang waktu tersebut. Akan sangat memudahkan bila orang tua menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Semisal, "Nanti, waktu kamu makan sore, Ibu sudah pulang." Jika tak bisa pulang sesuai waktu yang dijanjikan, beri tahu anak lewat telepon. Sebab, anak akan terus menunggu dan ini justru bisa menambah rasa takut anak. Ia akan terus cemas bertanya-tanya, kenapa sang ibu belum datang

2. TAKUT MASUK "SEKOLAH"
Bukan soal mudah melepas anak usia batita masuk playgroup. Sebab, ia harus beradaptasi dengan lingkungan barunya. Padahal, tak semua anak bisa gampang beradaptasi. Dari pihak orang tua, tidak sedikit pula yang justru tak rela melepas anaknya "sekolah" karena khawatir anaknya terjatuh kala bermain atau didorong temannya.
Cara Mengatasi:
Orang tua tetap perlu mengantar anak ke "sekolah" karena ini menyangkut soal pembiasaan. Kalaupun di hari-hari berikutnya ada sekolah-sekolah yang bersikap tegas hanya membolehkan orang tua menunggu di luar, sampaikan informasi ini pada anak. Guru pun harus bisa menarik perhatian anak agar tidak terfokus pada ketiadaan pendampingan orang tuanya dengan bermain. Di saat asyik bermain dengan teman-temannya niscaya ia akan lupa.

3. TAKUT PADA ORANG ASING
Di usia-usia awal, anak memang mau digendong/dekat dengan siapa saja. Namun di usia 8-9 bulan biasanya mulai muncul ketakutan atau sikap menjaga jarak pada orang yang belum begitu dikenalnya. Ini normal karena anak sudah mengerti/mengenali orang. Ia mulai sadar, mana orang tuanya dan mana orang lain yang jarang dilihatnya.
Cara Mengatasi:
Di usia batita seharusnya rasa takut pada orang asing sudah mulai berangsur hilang karena, toh, ia sudah bereksplorasi. Semestinya anak sudah memperoleh cukup pengetahuan untuk menyadari bahwa tak semua orang asing/yang belum begitu dikenalnya merupakan ancaman baginya.

Biasanya, justru karena orang tua kerap menakut-nakuti, sehingga anak bersikap seperti itu. "Awas, jangan deket-deket sama orang yang belum kamu kenal. Nanti diculik, lo!" Memang boleh-boleh saja orang tua menasehati anak untuk berhati-hati/bersikap waspada pada orang asing, tapi sewajarnya saja dan bukan dengan cara menakut-nakutinya.

4. TAKUT PADA DOKTER
Mungkin pernah mengalami hal tak mengenakkan seperti disuntik, anak jadi takut pada sosok tertentu. Belum lagi kalau orang tua rajin "mengancam" setiap kali anak dianggap nakal. "Nanti disuntik Bu Dokter, lo, kalau makannya enggak habis!" atau "Nanti Mama bilangin Pak Satpam, ya!
Cara Mengatasi:
Izinkan anak membawa benda atau mainan kesayangannya saat datang ke dokter sehingga ia merasa aman dan nyaman. Di rumah, orang tua bisa membantunya dengan menyediakan mainan berupa perangkat dokter-dokteran. Biarkan anak menjalani peran dokter dengan boneka sebagai pasiennya. Secara berkala ajak anak ke dokter gigi untuk menjaga kesehatan giginya. Tak ada salahnya juga mengajak dia saat orang tua atau kakak/adiknya berobat gigi. Dengan begitu anak memperoleh infomasi bagaimana dan ke mana ia harus pergi untuk menjaga kesehatan giginya.. Lambat laun ketakutannya pada sosok dokter justru berganti menjadi kekaguman.

5. TAKUT HANTU
"Hi, di situ ada hantunya. Ayo, jangan main di situ!" Gara-gara sering diancam dan ditakuti seperti itu, batita yang sebetulnya belum mengerti sama sekali tentang hantu, jadi tahu dan takut. Bisa juga karena ia menonton film horor di televisi.
Cara Mengatasi:
Jauhkan anak dari tontonan tentang hantu. Orang tua pun seyogyanya jangan pernah menakut-nakuti anak hanya demi kepentingannya. Bisa pula dengan membelikan buku-buku cerita atau tontonan anak mengenai karakter hantu atau penyihir yang baik hati.

6. TAKUT GELAP
Biasanya juga gara-gara orang tua. "Mama takut, ah. Lihat, deh, gelap, kan?" Takut pada gelap bisa juga karena anak pernah dihukum dengan dikurung di ruang gelap. Bila pengalaman pahit itu begitu membekas, bukan tidak mungkin rasa takutnya akan menetap sampai usia dewasa. Semisal keluar keringat dingin atau malah jadi sesak napas setiap kali berada di ruang gelap atau menjerit-jerit kala listrik mendadak padam.
Cara Mengatasi:
Saat tidur malam, jangan biarkan kamarnya dalam keadaan gelap gulita. Paling tidak, biarkan lampu tidur yang redup tetap menyala. Cara lain, biarkan boneka atau benda kesayangannya tetap menemaninya, seolah bertindak sebagai penjaganya hingga anak tak perlu takut.

7. TAKUT BERENANG
Sangat jarang anak usia batita takut air. Kecuali kalau dia pernah mengalami hal tak mengenakkan semisal tersedak atau malah nyaris tenggelam saat berenang hingga hidungnya banyak kemasukan air.
Cara Mengatasi:
Lakukan pembiasaan secara bertahap. Semisal, awalnya biarkan anak sekadar merendam kakinya atau menciprat-cipratkan air di kolam mainan sambil tetap mengenakan pakaian renang. Bisa juga dengan memasukkan anak ke klub renang yang ditangani ahlinya. Atau dengan sering mengajaknya berenang bersama dengan saudara/teman-teman seusianya. Tentu saja sambil terus didampingi dan dibangun keyakinan dirinya bahwa berenang sungguh menyenangkan, hingga tak perlu takut. Kalaupun anak tetap takut, jangan pernah memaksa apalagi memarahi atau melecehkan rasa takutnya. Semisal, "Payah, ah! Berenang, kok, takut!"

8. TAKUT SERANGGA
Tak sedikit anak yang takut pada jangkrik, kecoa atau serangga terbang lainnya. Sebetulnya ini wajar, hingga orang tua jangan tambah menakut-nakutinya, "Awas, nanti ada kecoa, lo." Hendaknya justru bisa memahami karena anak usia ini mungkin saja menemukan banyak hal yang dapat membuatnya takut.
Cara Mengatasi:
Boleh saja orang tua memberi pengenalan tentang alam binatang pada anak. Tak perlu kelewat detail seperti halnya profesor memberi kuliah. Tugas orang tua sebatas memahami ketakutan anak sekaligus membantunya merasa aman. Boleh saja katakan, "Ayah tahu kamu takut jangkrik." Cukup segitu dan jangan paksa anak berada terus-menerus dalam pembicaraan mengenai rasa takutnya. Jangan pula memaksa anak bersikap sok berani menghadapi ketakutannya. "Belum saatnya mencobakan anak melihat atau malah menyentuhkan serangga yang ditakutinya. Ini hanya akan membuat anak semakin takut." Bila dipaksakan terus, anak malah bisa fobia pada serangga. Biarkan anak tertarik dengan sendirinya dan biasanya ini terjadi setelah anak berusia 2 tahunan. Jika anak memang takut kala ada serangga yang terbang di dekatnya, bantulah untuk mengusirnya bersama

9. TAKUT ANJING
Wajar anak batita takut anjing mengingat penampilan binatang ini memang terkesan galak dengan gonggongan dan tampang yang garang. Belum lagi kebiasaannya suka melompat, menjilat atau malah mengejar. Tugas orang tualah untuk memahami sekaligus membantu anak mengatasi ketakutannya.
Cara Mengatasi:
Tak harus memaksa anak memelihara anjing atau mendorong anak menghadapi rasa takutnya dengan terus-menerus memberi 'ceramah', semisal "Ngapain, sih, takut sama anjing. Anjingnya, kan, baik." Menihilkan ketakutan anak justru akan membuat anak semakin takut dan bukan tidak mungkin akhirnya malah berkembang jadi fobia yang sulit diatasi.

Bila anak memang takut dan ketika berjalan bertemu anjing, pegangi tangannya untuk meyakinkannya ia bisa aman melewati binatang yang ditakutinya bersama orang tuanya. Jangan lupa untuk tetap menjaga jarak aman dari temperamen binatang yang relatif sulit diduga. Bisa juga dengan menunjukkan keakraban antara anjing sebagai hewan peliharaan dengan majikannya lewat cerita/dongeng. Atau kenalkan pada anjing tetangga dan tak ada salahnya meminta si pemilik memperlihatkan bagaimana menjalin keakraban dengan anjingnya tanpa harus merasa takut.

Gaya Bercinta Dapat Tentukan Jenis Kelamin Anak Anda?

Banyak mitos tentang seks dan kehamilan yang berkembang di masyarakat dan bahkan seringkali dianggap sebagai kebenaran. Karena dianggap benar maka perilaku seksual juga dipengaruhi dan mengikuti informasi yang salah sesuai dengan mitos itu. Salah satu mitos yang sering beredar adalah yang mengaitkan posisi hubungan seksual dengan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Konon kalau posisi lelaki ketika melakukan hubungan seksual dimulai dari kiri dan diakhiri di sebelah kanan, maka bayi laki-laki yang akan dilahirkan. Sebaliknya, bila hubungan seksual dimulai dari sisi kanan dan diakhiri di sisi kiri, maka bayi perempuan yang akan dilahirkan. Tentu saja informasi ini salah dan tidak benar. Masih banyak mitos lainnya, misalnya jenis kelamin anak pertama tergantung pada siapa yang jatuh cinta lebih dulu. Bila si ayah yang duluan jatuh cinta pada ibu maka pasangan tersebut akan dikaruniai anak laki-laki. Mitos tersebut terdengar lucu, tapi itulah mitos-mitos yang berkembang tentang cara mendapatkan anak dengan jenis kelamin yang kita inginkan. Sebenarnya yang paling menentukan dalam penentuan jenis kelamin anak adalah sperma dari pria. Sperma pria mengandung kromosom X dan kromosom Y, sedangkan sel telur wanita hanya mengandung kromosom X. Jadi untuk mendapatkan anak laki-laki, diperlukan pasangan kromosom X dan Y, sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan dibutuhkan kromosom X dan X.

Sperma X berukuran lebih besar dan mempunyai daya hidup yang lebih lama (5-6 hari), namun bergerak lebih lambat. Sedangkan sperma Y berukuran lebih kecil, lebih cepat mati, namun bergerak lebih cepat. Jadi pada dasarnya, untuk mendapatkan anak perempuan lakukan posisi hubungan seks yang dapat memperlambat sperma masuk ke rahim dan saluran telur sedangkan untuk mendapatkan anak laki-laki, hubungan seks diarahkan agar penis mencapai vagina secara penuh dimana posisi tersebut dapat mempercepat masuknya sperma ke dalam vagina, rahim, dan saluran telur sehingga sperma Y akan melewati lingkungan asam di vagina dan dapat secara cepat mencapai sel telur. Perlu diketahui, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelahiran anak dengan jenis kelamin laki-laki memiliki kemungkinan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 51%.
Ada beberapa metode ilmiah yang bisa kita terapkan untuk mendapatkan jenis kelamin anak sesuai dengan yang kita inginkan.

Teori Akihito

Teori ini menegaskan pada kapan waktu berhubungan seksual. Hasil penelitian menunjukkan masing-masing kromosom memiliki karakter sendiri-sendiri. Sperma Y berbentuk bundar, ukurannya lebih kecil atau sekitar sepertiga kromosom X, bersinar terang, jalannya lebih cepat, dan usianya lebih pendek serta kurang tahan dalam suasana asam. Sedangkan sperma X ukurannya lebih besar, berjalan lamban, bentuknya lebih panjang, dan dapat bertahan hidup lebih lama serta lebih tahan suasana asam. Dari data itu bisa disimpulkan jika ingin memperoleh anak laki-laki maka hubungan intim harus dilakukan bertepatan atau segera setelah terjadi ovulasi (saat keluarnya sel telur dari indung telur atau masa subur). Dengan begitu, sperma Y yang masuk ke dalam rahim dapat langsung membuahi sel telur. Sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan, hubungan intim sebaiknya dilakukan sebelum ovulasi terjadi. Misalnya, ovulasi diperkirakan terjadi pada tanggal 10. Oleh karena itu, hubungan intim sebaiknya dilakukan 3 hari sebelumnya, sehingga pada saat ovulasi terjadi tinggal sperma X yang masih hidup dan membuahi sel telur. Metode ini memang tidak praktis karena pasangan harus tahu saat tepat berlangsungnya ovulasi. Padahal untuk mengetahui hal itu seorang wanita harus mengukur suhu tubuhnya selama 3 bulan berturut-turut. Proses pengukurannya pun tidak boleh salah, yakni dengan meletakkan termometer khusus di mulut setiap pagi sebelum turun dari tempat tidur. Hasil pengukuran itu dicatat dalam sebuah tabel. Bila suatu hari, suhu tubuh menunjukkan peningkatan, berarti saat itulah ovulasi sedang terjadi.
Sayangnya, bagi wanita yang siklus haidnya tidak teratur, hal ini tentu sulit dilakukan. Keakuratan metode ini juga rendah karena biar bagaimana pun kita tidak tahu apakah sperma X atau Y yang berhasil membuahi sel telur. Selain cara medis diatas, ada beberapa cara praktis yang diyakini dapat membuat pasangan memperoleh anak dengan jenis kelamin yang diidam-idamkan.

(MENDAPATKAN ANAK LAKI-LAKI)
* Membilas Vagina dengan Air + Soda
Larutan untuk membilas dibuat dari campuran 1 gelas air + 2 sendok makan garam soda (natrium bikarbonat soda). Mengapa harus dibilas seperti itu? Seperti sudah disebutkan, kromosom X bersifat lebih tahan asam sedangan kromosom Y bersifat kurang tahan asam serta jalannya lebih cepat. Nah, pembilasan vagina dengan larutan garam soda (bersifat basa) bertujuan menurunkan kadar keasaman vagina, sehingga sperma Y lebih terjamin hidupnya dan bisa melewati liang vagina menuju rahim untuk membuahi sel telur.

* Istri Orgasme Lebih Dulu


Biarkan istri mencapai orgasme lebih dahulu baru disusul suami. Cairan yang dihasilkan saat wanita mengalami orgasme akan lebih mendukung pergerakan sperma Y untuk lebih cepat sampai ke sel telur. Semakin cepat sampai akan semakin baik, karena usia sperma Y lebih pendek.





* Posisi Knee-Chest


Ada posisi yang diduga bisa membuat sperma Y meluncur cepat melalui liang vagina, rahim, dan sampai ke sel telur, yaitu posisi knee-chest. Posisi dimana suami bersetubuh dengan istri dari belakang ini disebut juga doggie style. * Penetrasi Dalam


Semakin dalam penetrasi, maka semakin dekat jarak yang ditempuh sperma menuju sel telur. Bila suami bisa menekan sedalam-dalamnya saat ejakulasi berlangsung, hal ini bisa meningkatkan kemungkinan mendapat anak laki-laki.


* "Puasa" Sementara


Untuk meningkatkan kuantitas volume spermanya, suami dianjurkan menabung spermanya atau tidak melakukan ejakulasi sekitar 7-8 hari. Dengan jumlah sperma yang lebih banyak per mililiternya, kemungkinan mendapatkan anak laki-laki juga meningkat.


Puasa seks juga bertujuan menghindari kemungkinan tertinggalnya sperma X dari hubungan intim yang dilakukan beberapa hari sebelum masa ovulasi. Bila ada sperma X tertinggal dalam organ reproduksi wanita, begitu tiba masa ovulasi, ia dapat langsung membuahi sel telur. Berarti anak perempuanlah yang akan didapat. Sedangkan jika dalam seminggu sebelumnya puasa seks dijalankan, maka sperma Y memiliki kesempatan yang besar untuk membuahi sel telur.





(MEMPEROLEH ANAK PEREMPUAN)


* Membasuh Vagina dengan Air + Cuka Untuk meningkatkan kadar keasaman vagina, basuhlah daerah itu dengan 1 gelas air yang sudah dicampur 2 sendok makan asam cuka. Lingkungan vagina bersuasana asam diharapkan dapat mematikan sperma Y sehingga sperma X selamat sampai tujuan. Volume sperma X yang banyak dapat meningkatkan kemungkinan mendapatkan anak perempuan.


* Hindari Orgasme


Saat melakukan hubungan intim, usahakan agar ejakulasi terjadi sebelum istri mencapai orgasme. Tanpa orgasme, sekresi alkalis (pengeluaran substansi yang membuat daerah vagina bersifat basa) tidak terjadi dan ini akan membuat sperma Y mati sehingga menguntungkan sperma X yang punya daya tahan lebih baik.


* Posisi Muka Bertemu Muka


Hubungan intim dengan posisi saling berhadapan, istri di bawah dan suami di atas sebetulnya membuat sperma tidak bisa langsung menerobos ke mulut serviks (leher rahim). Dengan begitu waktu yang dibutuhkan sperma pun akan lebih lama dan hal ini lebih menguntungkan sperma X.


* Penetrasi Pendek


Penetrasi pendek dilakukan dengan cara mengangkat penis hingga ke ujung vagina saat suami mengalami ejakulasi. Tindakan ini berarti memperpanjang jarak sperma ke sel telur yang diduga akan menambah persentase kesempatan sperma X mengingat daya tahannya yang lebih kuat dari sperma Y.


* Seks Teratur


Dengan seks teratur, volume sperma yang keluar otomatis lebih sedikit karena tidak ada sperma yang ditabung. Hal ini diyakini akan meningkatkan kemungkinan mendapatkan anak perempuan. Kenapa? Sebelum mencapai sel telur, sperma harus melalui perjalanan berat. Sebagian sel sperma akan mati di perjalanan, terutama sperma Y yang berumur pendek. Akhirnya semakin lama jumlahnya akan semakin sedikit. Nah, untuk mendapatkan volume sperma yang sedikit, hubungan intim sebaiknya dilakukan setelah haid, setiap 2 hari sekali hingga 2-3 hari menjelang ovulasi. Dengan begitu, sperma X yang tahan lebih lama mungkin saja banyak yang masih tertinggal dan akan membuahi sel telur begitu ovulasi terjadi. Hal yang perlu diketahui adalah semua metode hanya dapat meningkatkan persentase keberhasilan. Tidak ada yang bisa menjamin 100 % bahwa nanti yang keluar pasti bayi laki-laki atau bayi perempuan.

Dengan Meniru, Bayi Lebih Cepat Pintar

Jumat, 16 Mei 2008 | 15:54 WIB
Jadi dorong si kecil agar mau melakukan peniruan dari stimulus yang kita berikan.

SAYANG, banyak orangtua yang tidak menyadari kalau sejak bayi seorang anak sudah dapat meniru karena kemampuan ini lebih identik dengan anak batita. Padahal, seperti dituturkan Dra Psi Tisna Chandra, sejak usia 2 bulan si kecil sebenarnya sudah cakap meniru. Hanya saja, orangtua tidak menyadarinya sehingga momen ini pun sering luput dari perhatian.

Seperti cerita yang diungkapkan Lubis. Ayah muda ini sempat terperanjat saat Aldi, bayinya yang berusia 8 bulan, mampu mengikuti gerakan-gerakan yang dilakukannya. "Ketika aku bertepuk tangan, ia coba mengikuti. Begitu juga saat melambai-lambaikan tangan. Bukan hanya itu, ia juga bisa tiru-tiru suara. Kalau aku bilang "pa-pa", dia berusaha mengucapkannya. Lucu banget. Tapi apa benar bayi sebesar Aldi sudah bisa meniru?"

Tisna menegaskan, meniru merupakan salah satu tugas perkembangan yang perlu dilalui bayi, sebelum masuk pada keterampilan identifikasi.

Nah, kembali lagi pada pembahasan sebelumnya, di atas usia 7 bulan, fungsi memori bayi sudah semakin baik. Ini berarti kecakapannya untuk menangkap dan menyimpan apa yang dilihat dan didengarnya lalu kemudian ditirunya akan semakin baik. Jadi dalam kasus Aldi tadi, wajar kalau ia sudah dapat meniru kata walau hanya sebatas babbling, seperti "ma-ma-ma" atau "pa-pa-pa".

Menginjak usia 8 bulan, keterampilan bayi semakin berkembang dengan kesanggupan mencontoh gerakan motorik, ekspresi emosi, ataupun peniruan obyek seperti memindahkan dan memasukkan mainan. "Tapi jangan berharap dengan hanya sekali memberi contoh bayi lantas langsung bisa tiru-tiru. Contoh harus diberikan berkali-kali sehingga memungkinkannya untuk merekam di dalam memori lalu mengikutinya, " tandas psikolog dari Spectrum Treatment Center, Bintaro ini.

Stimulasi Sesuai Kemampuan

Berikut beberapa perkembangan tahap meniru si kecil yang dapat distimulasi sehingga tumbuh kembangnya makin optimal:

Suara dan Kata
Di usia 2 bulan bayi sudah mampu meniru kata-kata walau sekadar berujar "u...u...u" atau "a...a...a." Sementara di usia 7 bulan, si kecil sudah bisa babbling atau mengucapkan suku kata yang senada seperti "ma-ma-ma" atau "da-da-da". Kemampuannya kian bertambah saat 11 bulan. Saat ini bayi sudah bisa menirukan kata berunsur konsonan-vokal dengan lebih bervariasi, seperti "ka-ka", "mi-mi", "bo-bo", dan sebagainya.

* Stimulus: Penting diketahui bayi suka meniru suara yang didengarnya. Jadi rajin-rajinlah untuk mengajaknya bercakap-cakap. Saat memandikan, misalnya, berbincang-bincangl ah tentang apa yang tengah kita lakukan, "Mama mau gosok tangan Adek. Angkat tangan Adek seperti ini, ya." Semakin banyak kata yang dikenalkan pada bayi, akan semakin banyak yang tersimpan dalam memorinya. Saat kemampuan bicaranya sudah semakin baik, si kecil tinggal membuka memori yang pernah disimpannya di masa bayi ini.

* Yang perlu dicermati: Saat berbicara dengan bayi, hindari bahasa/kata yang dicadel-cadelkan. "Cayang mau cucu ya?" (padahal maksudnya "Sayang mau susu ya?") Bila bayi terbiasa mendengar kata yang tidak benar kelak dia akan mengatakannya seperti apa yang kita ucapkan. Repotnya, kelak kita harus membetulkan kesalahan anak tersebut bukan?

Gerakan Motorik
Pada usia 8 bulan, bayi sudah dapat mengangkat-angkat tangan. Sebulan kemudian, ia mampu melambaikan tangan serta melakukan gerakan kiss by. Sementara umur 10 bulan, kecakapannya bertambah dengan bertepuk tangan.

* Stimulus: Saat kita ingin si kecil mengikuti suatu gerakan, sesuaikan dengan kemampuan motorik yang ia miliki. Di usia 8 bulan, umpamanya, ia bisa diminta mengikuti contoh gerakan tangan ke atas dan ke bawah. Tapi jangan mengharapkannya bisa meniru gerakan bertepuk tangan karena kesanggupannya belum sampai itu.

Berikut beberapa rangsangan lain yang bisa diberikan:
- Gerakkan jari-jemari kita di udara untuk ditirunya. Stimulus ini berguna untuk merangsang keterampilan motorik halus anak agar ia kelak terampil dalam memegang benda-benda kecil, seperti pensil, pena, gelas, sendok-garpu, dan sebagainya.

- Kala menginjak 9-10 bulan, si kecil bisa diajak melakukan gerakan "mata genit" (beri contoh dengan menyipitkan/ mengedipkan mata kita). Rangsangan seperti ini juga akan bermanfaat bagi pertumbuhan saraf-saraf di bagian kelopak matanya.

* Yang perlu dicermati: Selain beberapa manfaat tadi, stimulasi-stimulasi semacam ini juga dapat mengembangkan kemampuan indra peraba serta inteligensinya. Gerakan meniru menaikkan dan menurunkan mainan, umpamanya, memungkinkan bayi merasakan permukaan yang kasar/halus dari mainan yang dipegangnya.

- Peniruan Ekspresi Emosi
Bayi 9 bulan sudah bisa menirukan ekspresi senang, marah, lucu, dan lainnya. Ini berkaitan dengan pertumbuhan emosinya yang sudah berkembang dan pembelajaran dari lingkungan terdekat, seperti orangtua, pengasuh, kakak, nenek/kakek, dan lainnya.

* Stimulasi: Walau ia belum memahami apa itu senang, sedih, jengkel, dan sebagainya, tapi melatih ekspresi emosinya tetap perlu. Cara paling sederhana adalah dengan selalu menunjukkan senyum dan tawa saat berhadapan dengannya.

* Yang perlu dicermati: Sebagai manusia, wajar bila kita merasa sedih, jengkel, atau marah. Namun sebaiknya jangan terlalu sering menampakkan emosi-emosi negatif pada si kecil. Bukankah ia sudah pandai meniru? Jadi kalau seorang ibu mudah mencucurkan air mata, si kecil pun bisa tumbuh menjadi anak yang cengeng. Begitu juga, bila emosi orangtua kerap meledak-ledak. Tak menutup kemungkinan karakter si kecil pun akan seperti itu nantinya. Intinya, bayi perlu belajar pentingnya kestabilan emosi. Jadi boleh saja kita menunjuk wajah jengkel sekali-kali. Tapi tetap harus diimbangi dengan senyum dan tawa.

- Peniruan Obyek
Sejak usia 7 bulan bayi sanggup meniru perilaku orang-orang di sekelilingnya. Untuk itu, beri ia lebih banyak kebebasan untuk melakukan berbagai gerakan lewat perilaku-perilaku yang kita contohkan.

* Stimulasi: Salah satu permainan yang bisa dicoba adalah menaruh bola ke dalam keranjang. Bayi 7 bulanan tengah menggandrungi kegiatan seperti ini. Sekitar usia 8-12 bulan, si kecil mulai bisa melakukan hal yang lebih kompleks, seperti memencet-mencet tombol keyboard komputer.

* Yang perlu dicermati: Pilih mainan atau obyek yang menarik dari segi warna, corak, bentuk, maupun bunyi. Rasa ketertarikan akan membuat bayi mau menyentuh, mengambil, dan memegang benda/mainan tersebut sehingga stimulasi dapat berjalan lebih optimal.

Waspadai Bila Bayi Tak Pernah Meniru

Meskipun belum tentu sebagai pertanda kelainan, tak ada salahnya kita melakukan tindakan lebih lanjut. Antara lain, dengan mengonsultasikan perkembangan bayi kepada psikolog atau dokter. Ada beberapa penyebab bayi tidak sanggup meniru. Bisa karena organ bicara atau organ pendengarannya terganggu. Akibatnya, saat kita mencoba mencontohkan kata-kata/perilaku, ia tidak dapat mengikutinya. Kemungkinan lain adalah autisme. Bayi dengan gangguan ini umumnya tidak mampu berkomunikasi dengan lingkungan, tertutup, dan asyik dengan dirinya sendiri.

Tapi tentu tidak bijaksana jika kita panik saat mendapati bayi tidak bisa meniru. Mungkin saja ia hanya mengalami keterlambatan dan hanya perlu waktu lebih lama, sekitar 1-2 bulan, dalam perkembangannya. Ini pun normal-normal saja selama tidak ada indikasi gangguan lain.

Penulis : Irfan Hasuki.
Sumber : Tabloid Nakita
Diambil dari Kompas

Bahaya Minum Air Bagi Bayi

Kamis, 22 Mei 2008 | 11:27 WIB
PARA ahli kesehatan dari Johns Hopkins Children's Center di Baltimore Amerika Serikat memperingatkan para orang tua untuk tidak memberi minum air kepada bayi di bawah usia enam bulan. Menurut hasil penelitian mereka, bayi di bawah 6 bulan akan terancam mengalami intoksikasi atau keracunan jika terlalu sering meminum air.

Sudah menjadi standar baku bahwa bayi di bawah usia 6 bulan seharusnya hanya mendapatkan makanan dari Air Susu Ibu (ASI). Selain steril, ASI adalah makanan alami yang padat nutrisi dan tidak mungkin diimbangi oleh susu formula atau makanan buatan lainnya.

Menurut para ahli di John Hopkins, memberikan air kepada bayi dikhawatiran dapat memicu refleks haus sehingga mereka akan kelebihan cairan.

"Bahkan ketika masih sangat mungil, bayi memiliki refleks akan rasa haus atau keinginan untuk minum. Ketika bayi kehausan dan ingin minum, cairan yang mereka butuhkan nantinya akan melebihi kebutuhan ASI atau susu formula ," ungkap Dr. Jennifer Anders, salah seorang dokter anak di John Hopkins Children's Center seperti dikutip Reuters Health.

Oleh karena organ ginjal bayi belum sempurna, lanjut Anders, memberi terlalu banyak air kepada bayi akan mengakibatkan tubuh mereka mengeluarkan sodium dan air buangan dalam jumlah banyak. Kehilangan sodium akan mempengaruhi aktivitas otak, oleh karena itu gejala awal keracunan dapat berwujud seperti irritabilitas, mengantuk dan perubahan mental lainnya.

Gejala lainnya dapat berupa rendahnya temperatur atau suhu tubuh (secara umum 97 derajat Fahrenheit), pembengkakan pada muka dan kejang-kejang. "Ini merupakan kondisi yang tidak terang-terangan, " ungkap Anders.

Gejala-gejala awal keracunan ini tidaklah tampak, oleh karena itu kejang-kejang mungkin gejala pertama yang harus diwaspadai orang tua . Namun bila seorang anak mendapatkan penanganan medis sejak dini, kejang yang dialami anak kemungkinan tidak akan menimbulkan efek jangka panjang, tambahnya.

Anders dan rekannya mengatakan, air putih sebagai sebuh minuman seharusnya dihindari oleh bayi usia enam bulan atau usia di bawahnya. Para orang tua juga harus mencegah penggunaan susu formula yang terlalu encer, atau minuman bayi yang mengandung elektrolit.

Anders juga menambahkan, pada beberapa kasus tertentu pemberian air pada bayi mungkin tepat. Misalnya, bayi yang usianya lebih tua diperbolehkan mendapat sedikit air untuk membantu mengatasi kesulitan buang air besar (konstipasi) atau saat cuaca sangat panas. Tetapi para orang tua seharusnya selalu berkonsultasi dahulu dengan dokter anak sebelum melakukannya, sertaa hanya boleh memberi bayi satu atau dua ons air .

Jika orang tua mencurigai bayi mereka mengalami intoksifikasi, atau bayi mengalami kejang-kejang, sebaiknya segera mencari pertolongan medis.

Anak Lelaki vs Perempuan, Haruskah Diperlakukan Beda?

Kehadiran anak pada sebuah keluarga, apa pun jenis kelaminnya, pasti akan disambut bahagia. Namun, ketika anak mulai beranjak besar, haruskah orangtua membedakan perlakuannya, terhadap anak perempuan dan anak lelaki?

Ketika sebuah pasangan tengah menyambut hadirnya momongan, jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan sang ibu pasti tak akan terlalu menjadi masalah. "Perempuan atau laki-laki, sama saja," begitu selalu jawaban yang terlontar dari sepasang suami istri ketika
ditanyai harapannya tentang kehadiran anak dalam rumahtangganya.

Ketika bayi yang diidamkannya kemudian lahir, perlakuan yang berbeda, baik berasal dari orangtuanya maupun lingkungannya mulai tampak dan makin terasa. Misalnya saja, dari pemilihan warna cat kamar bayi, sprei, hingga bungkus kado yang diberikan pun berbeda.

Secara umum, bayi perempuan akan selalu dikaitkan dengan warna pink atau merah muda, sementara warna biru sudah pasti akan ditujukan bagi bayi lelaki.
Lantas, apakah perlakuan yang berbeda ini akan selalu muncul hingga bayi-bayi ini tumbuh dan berkembang hingga beranjak besar?

A. ANAK LAKI-LAKI
Jika berulang kali anak menangis dan mengatakan Anda sebagai ibu yang tidak adil, Anda harus introspeksi diri, bagaimana Anda mengatasi segala sesuatunya. Perlakuan yang sama terhadap kakak beradik yang berbeda jenis kelaminnya, merupakan sasaran yang penting untuk diperjuangkan.

Penelitian yang dilakukan ahli kepada para remaja, membenarkan pernyataan para orang tua mereka seperti, "Kami lebih protektif terhadap anak perempuan dan lebih permisif terhadap anak laki-laki."

Walaupun ada beberapa solusi yang benar-benar aman ketika membuat beberapa keputusan terhadap anak-anak berbeda jenis kelamin ini, cobalah sesering mungkin
untuk membuat keputusan yang sama baiknya bagi anak perempuan maupun anak lelaki.

Coba perhatikan, apa yang dikatakan para ahli yang telah meneliti mengenai perbedaan perlakuan terhadap anak perempuan dengan anak lelaki berikut ini:
* Anak lelaki boleh bekerja di luar rumah sejak usia muda untuk mempercepat kemandiriannya, sementara anak perempuan tidak boleh.* Anak perempuan lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibanding anak lelaki. Hal ini sudah sejak lama menunjukkan, rumah merupakan daerah kekuasaan perempuan, dan membuat anak lelaki seakan tak berdaya mengurus rumah.* Ayah memberikan dukungan yang lebih kepada anak lelaki dibanding kepada anak perempuannya, untuk ikut berpartisipasi di bidang olahraga yang lebih kompetitif.* Anak lelaki merasa lebih diberi kesempatan untuk mengendarai mobil dibandingkan anak perempuan, dan hal ini membuat anak lelaki jadi lebih mandiri.

Melihat perbedaan perlakuan atau stigma yang sudah menjadi pakem di dalam masyarakat, bagaimana Anda sebagai orangtua memandang hal ini melalui kepekaan Anda terhadap gender mereka? Cobalah ikuti "latihan" berikut ini, dan isilah titik-titik di belakang pernyataan yang ada, sesuai yang Anda rasa dan pikirkan!

1. "Anak perempuan saya sangat rindu rumah pada saat berlibur ke luar kota. Jadi, saya bersama pasangan memutuskan untuk ............ ......... ......... ......... ......... ......... "

2. "Anak lelaki saya sangat rindu rumah pada saat berkemah dengan teman-teman sekolahnya, sehingga saya dan pasangan memutuskan untuk ............ ......... ......"

Jawaban Anda:
"Ayo, kita jemput dia sekarang!" merupakan reaksi pertama dari para ibu ketika hal di
atas terjadi kepada anak perempuannya. Tetapi, apakah Anda dan pasangan juga akan menjemput anak lelaki yang sangat ingin pulang? Hampir sebagian besar akan menjawab "Rasanya tidak, ya".
Jelas sekali, bukan, anak lelaki diharapkan untuk lebih kuat dan tidak "cengeng" ketika merasa terlalu rindu akan rumah.

Berdasarkan budaya yang ada, anak lelaki dibesarkan untuk dapat mengandalkan diri
sendiri, kuat, agresif, berhasil, dan dapat mengendalikan emosinya.
Artinya, mereka harus menghindari semua hal yang berbau kewanita-wanitaan atau menurut perasaan. Betapa sulitnya bagi anak lelaki, yang juga memiliki perasaan dan emosi.

B. ANAK PEREMPUAN
Sebaliknya, anak perempuan mempunyai beban lain. Ketika orangtuanya mengatakan,
mereka harus kuat, mandiri, sejajar dengan lelaki di segala bidang, dan sebagainya, di sisi lain masyarakat juga mengatakan, "Ya, perempuan harus kuat dan mandiri, tetapi tetap harus feminin, pasif, dan terpenting lagi, harus sopan (yang kadangkala lebih sering diartikan sebagai mengalah) di saat yang sama."

Jadi, sebaiknya berikanlah dukungan kepada anak perempuan Anda untuk ikut berkompetisi dan berloma di bidang akademi, mulai dari olahraga, Bahasa Inggris, ilmu
pengetahuan umum, sampai matematika. Tak ada alasan bagi anak perempuan untuk kurang berhasil di bidang akademi, yang biasanya lebih dikuasai anak lelaki.

Pastikan anak perempuan Anda juga tahu, sebagai orangtua Anda yakin akan kemampuan mereka dalam berkompetisi di bidang akademik maupun bidang lainnya. Sebab, data hasil penelitian justru memperlihatkan, ternyata anak perempuan lebih pintar dibanding anak lelaki dalam bidang matematika, lho!

Oleh karena itu, hal terbaik yang dapat Anda dan pasangan lakukan untuk membangun rasa percaya diri kepada anak lelaki dan perempuan adalah dengan menghilangkan stereotipe atau stigma yang tercipta di dalam masyarakat. Jadi, jangan bedakan perlakuan Anda terhadap mereka berdasarkan jenis kelaminnya, cukup didik mereka untuk menjadi orang yang baik. Itu saja.

Mengapa PutraPutri anda berperilaku buruk?

Berperilaku buruk seperti berkelahi, rewel dan menangis pada anak usia 2 - 3 tahun seringkali adalah cara efektif untuk mendapatkan perhatian orang tua. Aturan dasar yang harus dilakukan adalah sbb:

* Bertindak saat itu juga
* Hilangkan sumber pertengkaran
* Pindahkan anak anda dan lakukan dengan tegas
* Di saat yang sama arahkan perhatian anak anda pada mainan atau aktivitas lainnya
* Konsisten dan tegas, dan bukan marah sehingga anak anda mendapatkan pesan yang jelas bahwa dia tidak diperbolehkan berperilaku seperti itu

Kadang-kadang perilaku buruk sebaiknya diabaikan (ignored). Jika anak anda tahu bahwa dia tidak akan mendapatkan perhatian dengan berperilaku buruk, dengan sendirinya dia akan berhenti melakukannya.

Merengek/rewel juga sebaiknya diabaikan termasuk jika anak anda berguling-guling di lantai. Jika perlu, tempatkan anak anda sendirian ke suatu tempat yang aman sampai dia tenang.

Perilaku buruk harus dihukum, tetapi yang lebih penting adalah memberikan reward atas perilaku yang baik. Reward yang paling baik adalah memberikannya waktu, perhatian dan kasih sayang anda. Pujian dan pelukan akan membuat anak anda merasa senang dan spesial.

Jangan biasakan PutraPutri anda mendapatkan perhatian lebih jika berperilaku buruk dibandingkan dengan jika berperilaku manis. Anda harus memberikan penghargaan jika ia berperilaku baik. Hal ini akan mendorong PutraPutri anda untuk melakukannya lagi.

Dengan memberi penghargaan atas perilaku baiknya, anda memberikan pelajaran yang baik dan bermanfaat bagi PutraPutri anda.

Perilaku buruk harus dihukum saat itu terjadi agar ada hasilnya. Mengancam anak anda agar tidak melakukannya lagi adalah tidak bermanfaat. Jika tidak dilakukan saat itu juga, batita tidak akan mengerti mengapa ia dihukum.

Jika perilaku buruk tersebut dilakukan secara terus menerus dan tidak lagi dapat diabaikan, atau anak anda sudah mulai histeris, hukumannya adalah menempatkan anak anda sendirian ke suatu tempat yang aman selama 15 menit akan membuatnya tenang kembali.

Memukul PutraPutri anda bukanlah tindakan yang tepat untuk menghilangkan perilaku buruk. Sebaliknya, itu adalah pertanda bahwa anda sudah mulai kehilangan kendali. Pukulan tidak akan menghentikan anak anda untuk melakukannya lagi. Apakah anda akan memukulnya dengan lebih keras? Dengan melakukan ini, PutraPutri anda akan belajar bahwa kekerasan boleh digunakan untuk memaksakan kehendaknya pada orang lain.

Ketika perilaku buruk anda sudah sangat sulit diatasi, ajaklah PutraPutri anda berjalan-jalan di taman, shopping ke supermarket, atau mengunjungi temannya. Kegiatan itu akan merubah suasana hati anda dan PutraPutri anda.

Bayi Sering Mengisap Jari, Wajarkah?

WAJAR kok, bayi mengisap jari karena hal itu memang kebutuhannya. Justru menunjukkan si bayi sehat dan normal.

Setiap bayi pasti akan mengisap jari. Terlebih pada bayi baru lahir hingga usia 3 bulan,mengisap jari acap kali dilakukan. Hal ini menunjukkan si bayi dalam keadaan sehat dan normal, karena refleks isap memang sudah seharusnya dimiliki bayi sejak lahir. Itulah mengapa, bila bayi mau menyusu, puting susu ibu tak perlu dipaksa dimasukkan ke mulut bayi. Cukup pipinya digeser-geser dengan puting, maka bayi akan mencari arah puting.

Namun tak berarti semua bayi memiliki refleks isap yang baik, lo. Seperti dikatakan Prof. Dr. dr. Nartono Kadri, Sp.A(K), ada beberapa bayi yang reflek isapnya rendah, yaitu bayi yang lahir prematur dan bayi sakit.

"Pada bayi prematur, refleks mengisap jarinya lebih pelan ketimbang bayi sehat, karena pertumbuhannya yang belum terlalu sempurna." Sedangkan bayi sakit, misalnya, mengalami gangguan pernafasan berat. "Ini berarti bayi dalam kondisi lemah, sehingga refleks isapnya tak baik. Bayi yang demikian memerlukan selang karena ia tak bisa mengisap," lanjut guru besar FKUI ini.

KEBUTUHAN MENGISAP

Secara psikologis, menurut Dra. Betty DK. Zakianto. Msi, bayi mengisap jari karena lapar. Disamping bayi memang memiliki kebutuhan mengisap, dari lahir sampai usia 3 bulan. "Kebutuhan mengisap didapat bayi ketika menyusui namun kebutuhan ini bersifat individual. Artinya, masing-masing bayi memiliki kebutuhan mengisap yang berbeda-beda, " terang psikolog pendidikan ini. Itulah mengapa, lamanya menyusui tak akan sama pada setiap bayi. Misalnya, ada bayi yang sudah puas mengisap selama 20 menit menyusui, namun ada yang baru merasa puas setelah 40 menit.

Selain itu, jarak waktu menyusui juga bisa berpengaruh. Bayi yang setiap 3 jam sekali diberi minum, misalnya, kebutuhan mengisapnya akan lebih sedikit ketimbang bayi yang diberi minum 4 jam sekali. "Jadi makin sering bayi diberi kesempatan menyusu maka semakin sering pula bayi dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya, " lanjutnya.

Beberapa pakar pun mengatakan, bayi yang menyusu ASI akan lebih jarang mengisap jari ketimbang yang menyusu dari botol. "Kalau ada bayi yang menyusu ASI namun tetap mengisap jari, bisa jadi karena waktu menyusu yang kurang. Misalnya, kebutuhan menyusunya 40 menit, tapi ia hanya diberi 20 menit, sehingga ia belum puas mengisap." Waktu menyusu yang ideal, terang Betty, sekitar 30 sampai 40 menit. "Di atas 20 menit sebenarnya susu ibu sudah kosong, namun bayi tetap mengisap puting ibunya demi memenuhi kebutuhan mengisapnya. "

SARUNG TANGAN ATAU EMPENG

Yang jadi masalah, orang tua suka risih melihat bayi mengisap jari. Takutnya, mengisap jari akan menjadi suatu kebiasaan sampai selepas masa bayi. Kalau sudah begitu, tentu akan sulit sekali untuk menghilangkannya. Lagi pula, jika kebiasaan ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan menghambat perkembangan gusi dan gigi.

Itulah mengapa, tak jarang orang tua memberikan alternatif solusi dengan memakaikan sarung tangan. Padahal, menurut Nartono, cara ini tak menyelesaikan masalah, malah dapat mengundang bahaya. "Bisa saja, kan, si bayi malah memasukkan sarung tangan itu ke mulut? Nah, jika sarung tangan itu diisap-isap terus, tentunya jadi basah. Dalam kondisi basah, kuman dan kotoran akan lebih mudah melekat. Jadi, sarung tangan malah berdampak buruk untuk bayi," terangnya.

Selain sarung tangan, kadang orang tua juga suka memberikan empeng/dot. Awalnya, sih, karena bayinya masih rewel padahal sudah diberi ASI. Mereka khawatir bila minumnya ditambah, si bayi malah jadi muntah karena overfeeding atau overload (terlalu banyak menyusu). Nah, agar si bayi tak rewel dan muntah, diberilah empeng/dot.

Berbeda dengan jari, menurut Nartono, empeng/dot tak begitu berpengaruh terhadap perkembangan gusi dan gigi, karena empeng tak sekeras jari. Selain itu, empeng/dot adalah benda di luar tubuh bayi, sehingga cara melepaskan kebiasaan mengempeng relatif lebih mudah dibandingkan bila jari yang diisap.

Tapi dengan mengempeng, berarti banyak udara yang masuk ke perut bayi sehingga bayi akan mudah kembung. Selain itu, dari segi higenis, empeng/dot bisa saja jatuh dan yang menjaga bayi malas mencucinya kembali. "Biasanya, bila empeng jatuh cukup dilap sebentar di baju si pengasuh, langsung dimasukan kembali ke mulut bayi. Nah, ini, kan, bisa jadi masalah tersendiri buat bayi."

Dengan kata lain, baik sarung tangan maupun empeng/dot, justru akan menimbulkan masalah baru bila digunakan sebagai pengganti jari. Jadi, bagaimana, dong, sebaiknya?

BERHENTI SENDIRI

Menurut Betty, orang tua sebenarnya tak perlu terlalu cemas, karena kebiasaan mengisap jari akan berhenti dengan sendirinya. Namun dengan catatan, asalkan si bayi tumbuh dalam lingkungan yang menyenangkan. "Jadi bayi tak perlu dipaksa untuk berhenti mengisap jari, apalagi sampai jarinya ditarik dari mulutnya. Justru kalau dipaksakan, ia akan lebih frustrasi dan malah akan lebih giat mengisap jari demi mengatasi rasa frustrasinya. " Lebih baik, saran Betty, biarkan dulu. "Orang tua perlu memberi toleransi agar bayi dapat memenuhi kebutuhan mengisapnya. " Toh, nantinya kebiasaan itu akan berhenti sendiri.

Lagi pula, seperti telah dijelaskan di atas, mengisap jari merupakan pertanda si bayi sehat dan normal. Juga, merupakan salah satu kebutuhan bayi dari lahir sampai usia 3 bulan. Jadi, wajar saja. Bahkan, kata Betty, sampai usia 7 bulan pun, kebiasaan mengisap jari pada bayi masih dianggap wajar.

Lain halnya bila setelah usia 7 bulan bayi masih saja meneruskan kebiasaannya mengisap jari. "Orang tua sebaiknya mencari tahu penyebabnya, " saran Betty. Mungkin bayi termasuk tipe yang memerlukan waktu lebih lama untuk menyusu. Jadi, cobalah perpanjang waktu menyusuinya. Toh, dia tak akan kekenyangan. Bukankah payudara sebenarnya sudah kosong?

Tapi bila cara tersebut tak juga menyelesaikan masalah, bahkan frekuensi mengisapnya malah jadi semakin sering, maka orang tua kembali harus mencari penyebabnya. "Bisa jadi bayi mencari pengganti sesuatu, lalu dia mendapatkan jempolnya sebagai benda penghiburnya. Bukankah jari merupakan benda yang paling dekat dengannya?"

Jika bayi memperoleh rasa nyaman dari jempolnya, lanjut Betty, bisa jadi dia mengalami rasa jemu, frustrasi, atau malah kecapekan. "Kasusnya hampir sama dengan bayi-bayi yang mencari rasa aman dari benda-benda di sekelilingnya, seperti selimut, bantal atau boneka."

Walau begitu, ingat Betty, tetap saja orang tua tak boleh memaksakan bayi untuk langsung menghentikan kebiasaannya. "Cobalah dengan mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang menarik dia. Misalnya, ciptakan permainan dengan tangan atau jari, seperti bermain tepuk tangan. Tentunya, permainan ini harus berkesan baginya." Bisa juga dengan memberikan mainan kesenangannya atau ganti dengan mainan yang khusus untuk digigit. Namun jangan lupa, pastikan mainan tersebut aman dan bersih.

Bila semua cara tersebut ternyata tetap tak membuahkan hasil, menurut Betty, orang tua sebenarnya juga tak perlu terlalu cemas selama tumbuh kembangnya normal. Jadi, meski bayi memiliki kebiasaan mengisap jari namun dia masih suka bermain dan ceria, ya, tak apa-apa. Tapi kalau dia mulai melamun dan sepanjang hari kegiatannya cuma mengisap jari, barulah orang tua boleh khawatir. Konsultasi dengan ahlinya merupakan alternatif yang terbaik bila orang tua tak jua bisa menemukan penyebabnya maupun mengatasinya.

Senin, Juni 02, 2008

Jangan Sebar Ranjau Mental Pada Anak!

SETIAP perilaku anak sebagian besar hasil didikan atau penularan dari orangtua. Karena itu anak yang baik muncul karena orangtua yang baik. Sebaliknya, anakberperilaku buruk juga muncul dari orangtua yang buruk. Jangan salahkan anak bila mereka menjadi jahat atau kurang ajar. Mungkin Anda sebagai orangtua yang harus introspeksi. Bisa jadi Andalah yang kurang ajar dan menularkan pada anak. Mana yang Mengandung Ranjau Mental?Berikut adalah kuis yang dibuat oleh psikolog Kevin Steede, Ph.D, untuk mengetahui mana ranjau mental yang sering terjadi.

Pertanyaan:
1. “Sayang, ini mengagumkan sekali. Semua nilai rapormu bagus. Mama/Papa sayang deh sama kamu.”
A. Saya harus baik dalam segala hal.
B. Diri saya adalah prestasi-prestasi saya.
C. Emosi-emosi negatif adalah buruk.
D. Semua orang harus menyukai saya.
E. Melakukan kesalahan atau minta pertolongan adalah salah.

2. “Sekarang dengarkan ya, Nak, saya tahu berlatih musik (atau yang lain) itu berat, tetapi saya dulu belajar menyukainya. Karena itu kamu pun pasti bisa.”
A. Saya harus baik dalam segala hal.
B. Diri saya adalah prestasi-prestasi saya.
C. Emosi-emosi negatif adalah buruk.
D. Semua orang harus menyukai saya.
E. Melakukan kesalahan atau minta pertolongan adalah salah.

3. “Ma/Pa, dia tidak mau main lagi dengan saya. Mungkin dia marah karena saya kemarin main sama teman yang lain,” kata si anak. “Dengar sayang, kamu sekarang temui dia dan minta maaf. Kamu tidak mau dia marah sama kamu, ‘kan?”
A. Saya harus baik dalam segala hal.
B. Diri saya adalah prestasi-prestasi saya.
C. Emosi-emosi negatif adalah buruk.
D. Semua orang harus menyukai saya.
E. Melakukan kesalahan atau minta pertolongan adalah salah.

4. “Pa/Ma, mau nggak menolong saya menyusun mainan ini?” tanya si anak. “Tidak, Papa/Mama tidak bisa membantu. Dulu Papa/Mama dibiarkan Kakek/Nenek menyelesaikan mainan itu sendiri. Begitu cara mereka mengajar Mama/Papa jadi ‘orang bener’.”
A. Saya harus baik dalam segala hal.
B. Diri saya adalah prestasi-prestasi saya.
C. Emosi-emosi negatif adalah buruk.
D. Semua orang harus menyukai saya.
E. Melakukan kesalahan atau minta pertolongan adalah salah.

5. “Sudahlah sayang, tidak usah terlalu pusing. Mama/Papa yakin kamu nanti akan dapat nilai baik.”
A. Saya harus baik dalam segala hal.
B. Diri saya adalah prestasi-prestasi saya.
C. Emosi-emosi negatif adalah buruk.
D. Semua orang harus menyukai saya.
E. Melakukan kesalahan atau minta pertolongan adalah salah.

6. Apakah jalan terbaik untuk menghindari penanaman ranjau mental pada anak-anak?
A. Banyak menonton tayangan film anak-anak.
B. Melakukan koreksi hanya pada saat benar-benar diperlukan.
C. Mengenal ranjau mental pada diri kita sendiri dan gaya pengasuhan kita.

7. Konsep kritis yang menjadikan anak-anak mengerti bahwa orangtua mereka mencintai mereka, apa pun yang terjadi, disebut:
A. Perubahan paradigma.
B. Cinta tanpa syarat.
C. Cinta tak berbalas.

Jawaban:
1. B. Pernyataan orangtua ini menegaskan bahwa cinta mereka kepada anak didasarkan pada sebaik apa prestasi si anak di sekolah.
2. A. Pernyataan ini menegaskan, jika anak tidak suka dan tidak pandai bermain musik (atau yang lain seperti diinginkan orangtua), berarti ada yang salah pada dirinya.
3. D. Pernyataan ini menegaskan bahwa karena temannya marah, si anak pasti telah melakukan sesuatu yang salah.
4. E. Pernyataan itu menegaskan bahwa si anak bukan “orang bener” jika dibantu menyelesaikan pekerjaannya itu.
5. C. Dengan pernyataan itu anak akan menangkap pesan bahwa merasa cemas sebelum menghadapi ujian penting adalah hal yang tidak normal.
6. C. Jika orangtua menyadari keyakinan irasional pada diri mereka, akan lebih sensitif terhadap pentingnya menghindari penanaman ranjau mental kepada anak-anak.
7. B. Cinta sejati (tanpa syarat) mengomunikasikan kepada anak pesan bahwa mereka memiliki nilai dan berharga, lepas dari bagaimana perilaku mereka di saat apa pun

Pilih Botol Aman

Bahan kimia bisphenol A (BPA) tiba-tiba naik daun, terutama di kalangan ibu yang memiliki balita. Maklum, kandungan kimia ini disebut berada dalam botol susu bayi dan gelas isap yang biasa digunakan para bocah.

Apa itu BPA?

Bahan kimia yang dipakai dalam pembuatan shatterproof plastic (kode 7) dan lapisan pada kaleng makan atau botol bagian atas.

Lindungi Bocah

Sejumlah botol susu bayi mengandung BPA.

Gunakan botol dengan penutup khusus yang bisa dicopot.

Pilih botol dari gelas, bisa ditemukan dengan lapisan silikon untuk mencegah botol pecah.

BPA juga ditemukan pada gelas isap yang biasa digunakan balita. Karena itu, lebih baik diganti dengan jenis gelas isap dari aluminium atau stainless steel.

Cari botol-botol plastik yang terbuat dari polythylene atau polypropylene (kode 1, 2, atau 5).

Sumber: Departemen Kesehatan dan Sosial AS, AP
Grafis: Angela Smith, Grarrick Gibson
Sumber : Koran Tempo

Sentuhan Kimiawi pada Bayi

Pengaruh negatif bahan kimia itu muncul meski hanya dalam dosis rendah.

Obesitas menjadi kata yang menakutkan bagi sejumlah orang tua saat ini, terutama di kota-kota besar. Organisasi Kesehatan Dunia memprediksi jumlah orang yang kelebihan berat badan akan mencapai 700 juta pada 2015. Sejumlah pihak pun menyebut kecenderungan obesitas ini sebagai wabah. Lazimnya, gaya hidup yang menjadi tertuduh utama. Makanan yang menjadi nomor wahid selain kegiatan olahraga.

Temuan kelompok ilmuwan di Eropa dan Amerika Serikat belum lama ini akan menambah daftar faktor risiko yang harus dicermati. Sebuah penelitian mengungkapkan obesitas bermula dari botol susu bayi. Rupanya paparan bahan kimia pada usia dini, seperti penggunaan botol susu dan plastik penutup makanan, bisa membawa anak pada kondisi obes.

Ada tiga studi berbeda menyangkut hal itu yang dipaparkan dalam Kongres Obesitas Eropa di Jenewa pertengahan bulan ini. Studi pertama menunjukkan tikus yang lahir dari induk yang mengkonsumsi bisphenol A (BPA) tumbuh lebih cepat sehingga menjelma menjadi tikus gemuk. Studi kedua menunjukkan tikus hamil yang terkenal perfluorooctanoic acid yang ditemukan dalam kantong popcorn (microwave) biasanya lahir dengan berat badan rendah tapi mengalami kelebihan berat badan ketika dewasa.

Suzanne Fenton, dari Badan Perlindungan Lingkungan AS, yang memimpin penelitian, menyatakan bahwa efek negatif itu muncul sekalipun yang diberikan kepada hewan percobaan berupa dosis rendah. Dia memperkirakan dosis yang berbeda bisa memicu gangguan kesehatan yang berlainan. Bahkan konsumsi dosis tinggi ada kemungkinan akan mengundang problem serius dan berpotensi terjadinya kelebihan berat badan abnormal.

Studi ketiga memperlihatkan tikus yang hamil yang diberi tributylin dalam dosis sesuai dengan yang terserap manusia juga berakhir menjadi obes saat dewasa. Bahan kimia ini terkandung dalam plastik penutup makanan yang juga bisa berfungsi sebagai fungisida. Sementara itu, National Toxilogy Program AS menemukan tumor prakanker, problem pada saluran kencing, dan menstruasi dini saat menguji coba binatang yang diinjeksi dengan BPA.

BPA digunakan untuk membuat plastik polikarbonat- -jenis material yang tahan pecah yang dipakai dalam aneka produk mulai botol susu bayi, perlengkapan keamanan olahraga, hingga peralatan medis. Selain itu, BPA digunakan untuk melapisi kaleng makanan dan minuman agar tahan banting. Lazimnya orang mengkonsumsi BPA ketika luruh dari plastik dan bergabung dengan cairan yang terkandung dalam wadah tersebut, seperti susu formula, air, atau makanan.

Namun, kisruh soal kandungan bahan kimia yang membahayakan dalam botol susu bayi ditanggapi Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS (FDA)dengan tenang. Lembaga itu pada pertengahan bulan ini menyatakan tidak ada alasan untuk meminta konsumen menghentikan penggunaan botol bayi dengan bahan kimia yang terkandung dalam bahan plastik. Norris Alderson, salah satu pejabatnya, menyatakan produk untuk wadah cairan ataupun makanan itu masih aman. Pilihan sikap ini pun menuai kritik keras sejumlah senator dan lembaga ilmiah. Alderson punya alasan khusus. Dia menyatakan berbagai penelitian menyuguhkan hasil yang berlainan. Saat ini pihaknya menaruh perhatian besar terhadap kandungan kimia tersebut, tapi masih mengkategorikannya sebagai produk aman.

Biarpun FDA menyatakan aman, konsumen kini lebih berhati-hati. Mereka pun dengan cermat menguping salah satu saran yang dilontarkan para pakar, yakni tidak menuangkan air panas langsung ke botol karena cara ini bisa menyebabkan bahan kimia dalam botol luruh. Di negeri Abang Sam, beberapa pengusaha dan pemerintah daerah langsung melakukan langkah preventif nyata. Sejumlah toko menghentikan penjualan botol susu bayi dengan kandungan BPA, sedangkan pemerintah New Jersey sejak awal April lalu telah memperkenalkan larangan penjualan produk yang mengandung BPA. Rencananya, Kanada akan menyusul langkah tersebut. Siapa lagi yang menaruh perhatian?

RITA | BBC | HEALTH24 | MSNBC | YAHOONEWS