Kamis, Mei 15, 2008

Memilih Kosmetika yang Aman Saat Hamil

Hamil tapi tetap tampil cantik? Itu sudah pasti. Tapi cantik sehat jauh lebih penting, baik bagi ibu juga untuk janin yang dikandung.
Dr. H. Taufik Djamaan, Sp.OG., dari RS Bunda Jakarta mengungkapkan, banyak ahli yakin bahwa bayi yang menderita alergi, kanker kulit, autisme, dan cerebral palsy antara lain disebabkan paparan zat-zat kimia, salah satunya zat kimia dari kosmetika, seperti timah hitam, alumunium, metilmerkuri, dan alkohol. Memang, diakuinya, keyakinan ini masih berdasarkan dugaan, belum sampai pada kesimpulan.

Meski demikian, setidaknya ibu hamil perlu mewaspadai, mungkin saja kosmetika yang dipakainya menjadi berbahaya bila digunakan selagi hamil.
Proses gangguan dari kosmetika diawali saat zat kimia tersebut dipaparkan ke kulit ibu. Bahan itu kemudian terserap ke dalam kulit melalui pori-pori hingga mencapai aliran darah. Darah ibu yang sudah tercemar akhirnya sampai ke janin karena darah itulah yang mensuplai oksigen dan sari-sari makanan ke janin. "Meskipun kosmetika hanya digunakan di bagian luar tubuh, sedikit banyak akan ada yang diserap ke dalam tubuh," ungkap Taufik.

Gangguan yang paling sering terjadi adalah gangguan pertumbuhan sel-sel saraf janin. Sel saraf merupakan bagian yang paling sensitif dan paling mudah terganggu oleh paparan zat kimia. Ketika otak janin mulai tumbuh, sementara ibu banyak sekali terpapar zat kimia berbahaya, sangat mungkin zat kimia itu ikut masuk ke dalam tubuh janin. Gangguan biasanya terjadi pada otak kecil (serebelum), lapisan luar otak besar (korteks serebri), sistem limbik (pengatur emosi), penghubung otak kiri dan kanan (korpus kalosum), ganglia basalis, dan batang otak.
Sementara dr. Tina Wardhani Wisesa, Sp.KK, spesialis kesehatan kulit menegaskan, ibu hamil (maupun yang berencana hamil) sebaiknya mewaspadai betul kandungan kosmetik yang dipakainya.

Apa saja yang perlu Anda cermati?
Ini daftarnya:

1 Lipstik
Zat pewarna dan pengawet yang terkandung dalam pemulas bibir jika tidak tertelan tidak akan membahayakan janin. Lagi pula, kandungannya dalam kosmetik sangat sedikit, jadi tak perlu terlalu dikhawatirkan. Kecuali kalau ibu punya kebiasaan menjilati bibir, mungkin sekali lapisan lipstik yang dioleskan di bibir ikut tertelan. Pengawet dan pewarna kalau dikonsumsi secara langsung memang sangat berbahaya buat ibu dan janin.

2 Krim pemutih
Bukan rahasia lagi kebanyakan perempuan Indonesia ingin tampil putih layaknya kulit Kaukasia. Makanya segala macam krim pemutih dicoba dengan harapan kulitnya akan 'kinclong' dalam sekejap.

Namun yang harus diwaspadai dari krim pemutih adalah kandungan zat berbahaya, seperti merkuri, dengan ciri proses kerjanya yang sangat cepat. Tiga hari dipakai, hasilnya sudah dapat terlihat. Tanpa merkuri, umumnya krem pemutih baru terlihat hasilnya setelah pemakaian berminggu-minggu (misalnya derivat asam-asaman atau vitamin C dengan hasil tidak 'senyata' menggunakan krim pemutih yang mengandung merkuri)

3 Obat jerawat
Ibu hamil biasanya akan memiliki kulit wajah cenderung berminyak yang berpotensi gampang jerawatan. Jika Anda akan mengobati jerawat, konsultasikan dengan dokter kandungan ataupun ahli kosmetik. Umumnya ibu hamil diminta untuk menunda pengobatan sampai usia kandungannya mencapai empat bulan, kalau dipaksakan dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan awal janin. Kalau mau aman, untuk mengurangi produksi minyak dan sumbatan sebum, bersihkan wajah secara teratur pagi dan malam hari

4 Cat rambut
Cat rambut yang awet biasanya mengandung zat berbahaya. Kalau mau, gunakan cat rambut yang harus diulang setiap dua minggu karena itu berarti kandungannya tidak cukup berbahaya. Seiring kemajuan teknologi, kini banyak produsen yang lebih suka memanfaatkan bahan dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan yang aman. Namun bila ibu hamil tidak yakin akan kandungan zat-zat kosmetika yang akan dipakai, bertanyalah pada ahli kosmetika atau dokter kandungannya lebih dulu.

ASI Dongkrak IQ Bayi

Rabu, 7 Mei 2008 | 16:57 WIB

INGIN memiliki buah hati cerdas? Berikanlah ASI sejak lahir karena bayi yang mendapat air susu ibu terbukti memiliki kecerdasan lebih tinggi ketimbang mereka yang hanya diberi susu formula.

Besarnya manfaat ASI bagi kecerdasan bayi diungkapkan para peneliti dari McGill University di Kanada. Hasil riset mereka menyimpulkan bahwa bayi peminum AS menunjukkan hasil tes IQ yang lebih baik pada usia enam tahun.

Namun begitu, para peneliti tidak dapat memastikan apakah tingginya IQ tersebut disebabkan air susu atau pengaruh dari aktivitas menyusui . Riset yang melibatkan 14 ribu anak ini adalah bukti terbaru dari sekian banyak laporan tentang pengaruh positif ASI terhadap kecerdasan.

Masalah yang kerap dihadapi penelitian sebelumnya adalah kesulitan menentukan apakah hasil temuan berkaitan dengan fakta bahwa ibu dari kalangan elit cenderung mau memberi ASI, serta beragam faktor lain yang berhubungan dengan keadaan keluarga yang mempengaruhi kecerdasan.

Namun riset terbaru yang juga dimuat Archives of General Psychiatry ini mencoba memperhitungkan masalah tersebut dengan memantau perkembangan anak sejak lahir di beberapa rumah sakit di Belarusia. Beberapa rumah sakit di negara ini merekomendasikan para ibu untuk menyusui bayi dengan ASI.

Dari riset terungkap bahwa anak yang mendapat ASI ekslusif selama 3 bulan pertama - dan kebanyakan juga berlanjut hingga setahun - mencatat rata-rata 5,9 poin lebih besar dalam tes IQ pada usia 6 tahun.
Para guru juga merata-ratakan anak penerima ASI secara signifikan memiliki kemampuan akademis lebih tinggi, baik dalam membaca dan menulis.

"Pemberian ASI ekslusif jangka panjang tampaknya memperbaiki perkembangan kognitif anak-anak," ujar pimpinan riset Profesor Michael Kramer.

Menurut analisa riset, beragam asam lemak yang terkandung dalam ASI diyakini mampu meningkatkan kecerdasan. Selain itu, aspek fisik dan emosional dalam proses menyusui dapat menciptakan perubahan permanen pada perkembangan otak anak.

Para peneliti juga mengindikasikan kegiatan pemberian ASI meningkatkan interaksi verbal antara ibu dan anak, yang pada gilirannya membantu perkembangan mereka.

Sumber : Kompas

Gangliosida dalam ASI Bikin Anak Cerdas

Senin, 12 Mei 2008 | 17:04 WIB

INGIN memiliki anak Anda yang cerdas? Berikanlah Air Susu Ibu (ASI) sejak lahir kepada bayi Anda karena dalam ASI terkandung sejenis nutrisi penting yang berfungsi untuk belajar dan mengingat lebih baik yang disebut Gangliosida.

Gangliosida merupakan salah satu komponen dari membran sel manusia, terutama membran sel saraf dan otak. Untuk mendapat asupan nutrisi gangliosida optimal, bayi memang sebaiknya mendapat gangliosida dari ASI. Dalam ASI, ada dua jenis gangliosida yaitu, GD3 (disialoganglioside s 3) dan GM3 (monosialogangliosi des 3).

Gangliosida banyak terdapat pada air susu ibu pada enam minggu pertama masa menyusui. Pada awal menyusui, ASI yang memancar didominasi GD3. Begitu proses menyusui hampir usai, GM3 mendominasi. "Kadar GD3 pada ASI adalah 2-8 mcg/ml. Sedangkan GM3 mencapai 2-14 mcg/ml.

"Karena itu, ibu yang baru melahirkan dianjurkan memberikan ASI kepada bayinya," ungkap Ines Gulardi MSC dari PT Fonterra Brands Indonesia pada acara media edukasi bertema Peranan Nutrisi Gangliosida (GA) guna mengoptimalkan hubungan antar-sel otak pada bayi dan Balita di Denpasar, Senin.

Didampingi dr I Gusti Ayu Trisna Windiani SPA dari bagian Tumbuh Kembang Anak RSUP Sanglah Denpasar, ia mengatakan, ASI membantu pembentukan hubungan antar-sel otak, membantu kemampuan belajar dan menyimpan memori.

Ia menambahkan, selain GA, tumbuh kembangnya bayi juga dipengaruhi oleh stimulan yang diterima. Oleh sebab itu, orangtua diharapkan dapat menstimulasi anak dengan kasih sayang, berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Gangliosida yang terdapat dalam ASI itu juga terkandung dalam susu sapi dan sumber makanan lainnya yang bisa dikonsumsi manusia secara aman.

Namun begitu, ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. Selain alami, kualitas dan kandungan nutrisinya tidak tertandingi oleh susu formula terutama bagi pertumbuhan bayi secara maksimal. Untuk itu, jika seorang ibu tidak dapat menyusui bayinya disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan, ujar Ines Gulardi.

Sumber : Kompas

Playgroup, Jaminan Anak Unggul?

Selasa, 13 Mei 2008 | 10:33 WIB , Kompas.com

Menjelang tahun ajaran baru, banyak orangtua yang memiliki anak berusia 2-5 tahun ikut sibuk mencari kelompok bermain (playgroup). Melihat tren tersebut, muncul kesan kelompok bermain merupakan jenjang pendidikan sebelum anak masuk TK. Benarkah anak lulusan kelompok bermain lebih unggul dibanding anak yang diam di rumah saja?

Menurut psikolog Jacinta Rini, Msi, sekolah usia dini memang bisa memberikan stimulasi yang baik untuk mengembangkan intelegensi, emosi, sosial, kemandirian, rasa percaya diri, rasa tanggung jawab, serta kematangan motorik. Namun, efek positif dari menyekolahkan anak usia dini juga tergantung pada kualitas sekolah dan pola asuh anak di rumah.

"Kalau sekolahnya bagus, tapi di rumah sejak awal anak sudah dimanjakan, menjadi the Prince, tidak mau diatur, semua harus dilayani dan tunduk pada dia, ya sekolah tidak akan banyak membantu," papar psikolog yang aktif menulis di situs e-psikologi. com ini.
Bahkan, imbuhnya, mungkin saja dia jadi trouble maker di sekolah, atau dia tidak suka di sekolah. Banyak alasan dibuat agar dia tidak sekolah, dan kalau mau sekolah pun ogah-ogahan.

Tak Harus Playgroup

Sebenarnya, lanjut Jacinta, fungsi kelompok bermain atau "sekolah usia dini" adalah untuk merangsang atau memfasilitasi munculnya kesempatan tumbuh kembang anak. "Di sekolah anak diajarkan berbagai hal, misalnya menyanyi, bermain, menyusun, membuat, membersihkan, atau membunyikan sesuatu," kata Jacinta.

Keterampilan dan stimulasi yang diterima anak di kelompok bermain, pada dasarnya bisa diajarkan orangtua di rumah. Bahkan, jika orangtua bisa memberikan stimulasi yang lebih padat dan berkualitas, bukan tidak mungkin hasilnya lebih bagus, dibandingkan anak yang dimasukkan ke sekolah mahal tetapi tidak memberikan pendidikan optimal untuk tumbuh kembang anak.

"Syaratnya, ibu dan ayahnya bijak dan pandai. Pintar di sini maksudnya,bisa menjamin perkembangan wawasan anak dan bisa mengenalkan anak pada berbagai permainan yang kreatif dan inovatif. Jadi, tidak ada istilah anak yang masuk playgroup akan lebih cerdas dari anak yang langsung TK," imbuh Jacinta.

Dampak Buruk
Meski secara teori banyak manfaat positif yang bisa dipetik anak di kelompok bermain, Jacinta mengingatkan para orangtua akan dampak negatifnya. Yakni, bertemunya anak dengan teman-teman yang berlatarbelakang "wawasan" berbeda.
Misalnya, anak Anda tidak boleh nonton teve - tapi anak lain kecanduan hal itu. Anak Anda tidak boleh main PS, tapi anak lain justru sebaliknya, dan sebagainya. "Juga masalah kesehatan (ketularan sakit), masalah guru (karakter/kepribadi an guru), atau kebijakan sekolah yang terkadang tidak bisa diganggu gugat," papar Jacinta.

Menimbang plus-minus dari kelompok bermain, semua kembali pada kebutuhan anak dan pertimbangan orangtua.