Jumat, April 11, 2008

KETERHAMBATAN SI PRASEKOLAH

Amati supaya masalah ini tidak menjadi pelik.

Terlambat mengenali hambatan anak, tentu tak ingin kita alami. Namun bukan tidak mungkin, orangtua sama sekali tidak tahu kalau perkembangan anaknya tak semulus teori. Jadi bagaimana caranya mengenali munculnya hambatan di usia prasekolah? Ikuti tahapan-tahapan perkembangan normal anak usia 3-5 tahun lebih dahulu:

Dengan mengetahui tahapan perkembangan anak, orangtua akan sangat terbantu dalam memantau apakah buah hatinya termasuk anak yang percepatan pertumbuhannya terlambat, pesat, atau normal saja. Untuk memudahkan, ada metode sederhana yang bisa dijadikan panduan. Anda perlu memberikan perhatian lebih jika anak prasekolah:

1. Tidak mau berinteraksi dengan orang lain di luar lingkungan keluarganya.

2. Tidak bisa memegang pensil atau krayon dengan ibu jari dan telunjuk.

3. Tidak menunjukkan ketertarikan pada permainan interaktif.

4. Bersikap agresif, tidak memiliki pengendalian diri saat marah atau selagi kesal.

5. Tak mampu menggunakan kata "saya" dan "kamu" secara tepat.

6. Enggan bermain dengan anak-anak sebaya.

7. Tidak bisa dipisahkan dari orangtua.

Sebenarnya, tanda-tanda perkembangan anak terhambat bisa lebih banyak dari itu. Namun, jika si prasekolah memiliki ciri-ciri tersebut atau jika ada 1 saja jawaban "ya" dari 7 kriteria di atas, orangtua harus siap melakukan intervensi. Tujuh poin tadi merupakan ini yang paling sering terjadi dan paling mudah ditangkap kalangan awam.

Kendati begitu, psikolog yang juga dosen di UKRIDA Jakarta, Rani Agias Fitri, MSi menekankan agar orangtua tak mudah terpancing panik. "Sebaiknya konsultasikan ke ahlinya." Di tangan mereka, penelusuran secara detail dan mendalam diharapkan dapat mengatasi hambatan yang ada.

KISI-KISI PERKEMBANGAN

Memang sih orangtua bisa saja melakukan penelusuran sendiri secara lebih mendalam ketimbang sekadar memantau berdasarkan 7 poin di atas. Berikut kisi-kisi yang bisa dijadikan pegangan orangtua dalam melakukan penelusuran terhadap perkembangan anak.

* Dari aspek fisik

Di rentang usia 3-5 tahun dengan titik puncak di usia 5 tahun, kemampuan motorik anak, baik kasar maupun halus, sudah mencapai tingkat kematangan. Untuk motorik kasar, anak sudah bisa berjalan, berlari, melompat, berdiri dengan satu kaki, bahkan memanjat. Sedangkan untuk motorik halus, anak sudah bisa menjimpit benda-benda kecil, semisal koin. Mulai usia 5 tahun ke atas seharusnya anak sudah mampu memegang pensil dengan benar seperti yang dilakukan orang dewasa pada umumnya. Namun ingat, kemampuan memegang pensil dengan benar ini bukan berarti anak juga wajib bisa menulis lo.

Bila orangtua menemukan hambatan pada diri anaknya berarti si prasekolah terhambat perkembangannya di aspek fisik. Selanjutnya, lekaslah lakukan intervensi sesuai dengan kekurangan si anak. Jika terham-batnya di motorik halus, inter-vensinya cukup di aspek motorik halus. Sedangkan jika di usia 3-4 tahun saat mewarnai, gambar coretannya masih keluar garis, keterlambatannya masih dalam kategori ringan. Sedangkan di usia 5 tahun, semestinya sudah tidak seperti itu lagi. Tak perlu kelewat dipermasalahkan pula bila anak usia 5 tahun masih belum bisa menulis. Setidaknya ia bisa menirukan bentuk-bentuk tertentu, seperti garis lurus, lengkung dan sebagainya yang merupakan dasar kemampuan menulis.

* Dari aspek sosial

Di usia ini anak seharusnya sudah terampil berinteraksi dengan teman sebayanya. Peran peer group mulai terlihat penting. Jadi, jika anak di rentang usia ini masih soliter alias asyik dengan dunianya sendiri, khususnya bagi anak usia 4 tahun ke atas, berarti dia mengalami keterhambatan dalam perkembangan sosial. Namun, bila sebatas suka bersikap bossy dan tak mau sharing, hal itu bisa dikelompokkan sebagai keter-lambatan ringan. Barulah bila si prasekolah benar-benar sangat individualis, bisa dibilang tingkat keterlambatannya berat.

* Dari aspek kognisi

Wajarnya anak di rentang usia ini sudah masuk fase praope-rasional. Dalam bahasa awamnya, anak sudah dapat membayangkan objek tertentu atau seseorang hanya dari deskripsi, nama atau suaranya. Saat kita menyebut kata "jeruk", contohnya, anak bisa tahu bentuk jeruk seperti apa, bahkan tahu pula rasa dan aromanya. Begitu juga pengenalan suara. Saat meneleponnya, meski tidak bertatap muka, ia bisa mengatakan, "Ini ayah ya?" Artinya, anak mampu membuat kesimpulan deduktif (umum ke khusus) ataupun induktif (khusus ke umum). Jika si prasekolah masih memerlukan waktu cukup lama untuk membayangkan sebuah konsep yang diterimanya, dikatakan ia mengalami keterlambatan ringan. Barulah jika sampai harus selalu ditunjukkan bentuk konkretnya seperti apa, maka keterlambatannya bisa dikategorikan berat.

* Dari aspek bahasa

Di masa prasekolah, keingintahuan anak sangatlah besar. Cirinya, bawel bertanya dan kritis. Bagaimana tahapan perkembangan bahasa anak prasekolah?

3-4 tahun : Menguasai lebih dari 1.000 kosakata. Penguasaan tata bahasanya pun meningkat pesat. Contohnya, sudah bisa mengatakan, "Aku mau makan pisang manis."
4-6 tahun : Anak mulai kenal sopan santun saat bicara. Misalnya, ketika menjawab pertanyaan guru atau orang dewasa, ia sudah bisa memilih kata yang lebih santun.

Masih termasuk keterlambatan ringan jika si kecil memiliki banyak kata yang ingin diungkapkan tapi tidak tersusun secara komprehensif. Contohnya, "Ibu masak, pisau hilang." Begitu juga bila ia kehilangan sebuah kata saat ingin memperjelas kalimatnya. Misal, "Aku di kandang ayam.", tapi anak menyebutkannya, "Aku di ayam." Lain halnya jika si prasekolah bicaranya sepotong-sepotong atau belum jelas dan belum bisa dimengerti. Ini pertanda si prasekolah berada dalam kategori keterlambatan berat.

* Dari aspek kepribadian

Di rentang usia ini anak diharapkan memiliki inisiatif untuk bereksplorasi sebanyak dan sejauh mungkin. Sayangnya, anak kerap dihadang oleh aturan-aturan tertentu yang membatasi eksplorasinya.

Sekalipun begitu, kata Rani, seharusnya anak bisa mengatasi rintangan tersebut. Dengan demikian anak tetap dapat melakukan eksplorasi tanpa melanggar batasan, disamping tak harus surut semangat hanya karena adanya aturan.

Anak yang tidak memiliki kemandirian umumnya akan sangat takut berpisah dengan orangtua atau pengasuhnya. Ini merupakan ciri si prasekolah memiliki keterhambatan dalam perkembangan, khususnya untuk hal kepribadian. Akan tetapi bila di lingkungan A si prasekolah berani tapi di lingkungan B atau lainnya dia berubah jadi tertutup atau pendiam, itu artinya masih dalam kelompok keterlambatan ringan. Lain hal bila si prasekolah menarik diri sama sekali dari lingkungan mana pun, berarti masalahnya cukup berat.

PENYEBAB KETERLAMBATAN

Mengenai keterlambatan ini ada 2 penyebabnya, yakni:

* Masalah lingkungan

Apakah orangtua sudah memberi stimulasi dengan baik? Apakah orangtua memberi kesempatan yang cukup kepada si prasekolah untuk mengasah dan mengembangkan kemampuannya? Kalau jawabannya tidak, maka wajar saja muncul keterhambatan pada perkembangan anak. Bagaimana dengan

Anda dan si kecil di rumah? Kalau tampak hambatan-hambatan pada dirinya, jawablah pertanyaan-pertanya an di atas dan segera perbaiki pola asuh Anda.

* Aspek fisik

Apakah anak mendapat kesempatan mengenakan pakaian sendiri? Apakah orangtua sering mengajaknya bereksplorasi? Dengan bermain menyusun balok, mewarnai, menggambar atau permainan di atas kertas lainnya?

* Aspek sosial

Apakah kondisi lingkungan kondusif, dalam arti cukup banyak anak yang seusia dengan anaknya? Apakah orangtua memberi banyak kesempatan pada anak untuk bermain dengan temannya di luar rumah?

* Aspek kognisi

Apakah orangtua cukup intens mengajak anak berdiskusi, memotivasi anak untuk bercerita tentang apa saja yang baru dialaminya.

* Aspek bahasa

Keterlambatan bicara bisa terjadi akibat gangguan organ bicara atau saraf bicara. Sebelum ke situ, sebaiknya kita harus melihat dulu apakah orangtua rajin mengajak anaknya bicara atau menjadikan dirinya contoh dengan banyak bicara, selain mendorong anak untuk berani berpendapat.

* Sisi kepribadian

Kita bisa mengamati pergaulan anak sehari-hari apakah ia mampu berinteraksi dengan temannya. Perhatikan juga apakah anak mudah sedih atau menangis kala tidak dengan orangtuanya.

* Masalah fisik

Bisa karena kelainan genetik, kondisi neurologis/kerusaka n di otak atau kerusakan di organ-organ tertentu yang berujung pada terhambatnya kemampuan-kemampuan yang semestinya sudah bisa dicapai. Masalah fisik erat kaitannya dengan dunia medis sehingga penanganan yang perlu dilakukan adalah dengan tindakan medis, berupa pengobatan atau program terapi tertentu.

Mengapa Anak Tidak Boleh Gemuk?

Ada banyak alasan medis kenapa anak tidak boleh gemuk. Kebangkitan ekonomi, perubahan kultur, dan teknologi pangan melahirkan generasi anak gemuk. Padahal gemuk sejak kecil itu tidak sehat.

Mengapa banyak anak gemuk sekarang?

Bukan saja di negara-negara maju, di negara sedang berkembang seperti Indonesia, di kota maupun di sebagian desa, semakin banyak ditemukan anak yang gemuk. Tidak selalu harus berasal dari keluarga kecukupan. Makan nasi melebihi porsi pun bisa saja bikin badan jadi luar biasa subur.

Gemuk sudah menjadi wabah di dunia. Dulu, negara-negara di Afrika banyak yang kelaparan. Sekarang, pusat-pusat pelangsingan tubuh sudah mulai banyak bermunculan di sana. Pola makan berlebih dan harga buah serta sayur-mayur lebih tinggi dari harga gorengan, gula, dan camilan, itulah yang menjadikan tubuh cenderung kelebihan kalori.

Gemuk juga untuk sebagian orang masih menyimpan lambang kemakmuran. Benar. Sebagian besar orang tua, ibu khususnya, menginginkan anaknya berbadan gemuk. Selain lucu, anak montok juga melambangkan keluarga yang makmur. Pesan keliru yang diwariskan sebagai mitos inilah yang perlu dikoreksi, oleh karena anak yang tidak gemuklah yang sebetulnya didambakan pemerintah di negara maju. Di mana-mana negara maju, lebih banyak manajer yang tidak gemuk dibanding yang gemuk.

Kini, Amerika Serikat tengah bergulat menghadapi anak sekolah yang lebih separo populasinya tergolong gemuk. Sebagian besar membutuhkan konsultasi dokter. Berbagai upaya dilakukan, namun belum seluruhnya teratasi. Kita bisa memaklumi kalau anak Amerika cenderung kelebihan berat badan, mungkin sudah sejak usia bayi mula. Namun, kalau banyak pula anak-anak kita yang gemuk, tentu ada yang keliru dalam pola dan kebiasaan makan mereka. Junk food adalah salah satu penyebabnya.

Anak-anak di negara maju, pilihan menunya-lah yang cenderung membuat mereka jadi kelebihan berat badan. Kita memahami, menu junk food kaya lemak, boros gula, dan garam, serta sangat tinggi kalori. Lidah anak zaman sekarang sudah terkondisikan dengan cita rasa gurih, manis, asin, dan serba berbumbu. Itu pula yang menggiring mereka tidak lagi begitu menyukai menu meja makan ibu.

Demikian pula agaknya anak-anak kita di perkotaan. Mereka sudah terkondisikan pula oleh menu harian yang serba junk food di luar rumah, dan kehilangan selera makannya di meja makan ibu. Semakin dimanjakan anak oleh menu di luar rumah yang cenderung melebihi porsi kebutuhan tubuh, semakin besar potensi untuk menjadi gemuk, dan terus bertambah gemuk.

Anak dan bayi di pedesaan, yang bukan dari keluarga kecukupan pun, sudah tercemar oleh pilihan menu (jajanan) yang sekaliber junk food, kalau jenis jajanan pizza, burger, atau hot dog sudah masuk desa, selain penganan yang serba manis, dan berlemak tinggi.

Selain itu, rata-rata bayi di desa juga sudah lebih dini dan belum waktunya diperkenalkan jenis makanan padat, sehingga badannya rata-rata melebihi ukuran seusianya, mungkin lantaran ketidaktahuan. Memberi nasi, pisang, bubur, sebelum bayi berumur 5 bulan, salah satu penyebab kenapa banyak bayi di pedesaan yang gembrot.

Kegemukan sejak bayi tidak boleh terjadi, oleh karena pola dan ukuran sel-sel lemak tubuhnya sudah telanjur terbentuk salah. Selain jumlah sel-sel lemaknya terbentuk lebih banyak dari anak normal, ukurannya pun lebih besar. Itu maka, sebaiknya anak tidak gemuk sejak usia bayi. Gemuk yang sudah telanjur terbentuk, sukar mengempiskannya lagi, kecuali menerimanya saja sebagai bakat yang dibawanya sampai usia dewasa.

Anak gemuk bolehkah berdiet, dan minum obat antilemak?

Diet tanpa pengawasan dokter tidak dianjurkan bagi anak yang gemuk. Dalam masa pertumbuhan, tubuh anak tidak boleh sampai kekurangan zat gizi. Jika diet menguruskan badan tidak tepat, yang berkurang dalam menu bukan cuma kalorinya, melainkan juga semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh anak untuk pertumbuhan. Bukan cuma lemak dan kalori yang berkurang dengan diet langsing bukan dari dokter, melainkan semua zat yang terkandung dalam menu harian akan ikut susut juga. Dan ini tidak boleh terjadi.

Obat antilemak seperti yang dikonsumsi orang dewasa yang lemak darahnya tinggi, tidak dianjurkan diberikan kepada anak. Diharapkan, dengan mengurangi porsi menu berlemak-berkoleste rol, ditambah rutin latihan jasmani, lemak darahnya bisa turun menjadi normal.

Yang dapat dilakukan mungkin dengan cara akupunktur yang bisa menekan nafsu makan, sambil tetap mengatur kecukupan gizi agar pertumbuhan anak tetap tercukupi. Perilaku makan merupakan kesulitan terberat dalam upaya penurunan berat badan. "Lapar mata" adalah salah satu tantangannya.

Anak yang "lapar mata" terdorong untuk makan (apa saja) kendati tidak sedang lapar.Mestinya, tubuh dilatih hanya makan kalau sedang merasa lapar saja. Makan kapan saja melihat atau ditawarkan makanan (echo), akan mengondisikan tubuh senantiasa terdorong ingin makan kendati tidak merasa lapar.

Bagaimana supaya tidak telanjur menjadi gemuk?

Bayi dan anak menjadi gemuk jika porsi yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh. Kelebihan kalori disimpan menjadi lemak, dan gajih di bawah kulit. Sel-sel lemak tubuhnya menjadi besar-besar, selain jumlahnya lebih banyak dari anak normal.

Susu sapi harus dituding sebagai salah satu penyebab lainnnya. Kita tahu lemak dalam susu sapi lebih tinggi dari lemak ASI. Lemak susu sapi disiapkan untuk membangun tubuh anak sapi, bukan tubuh anak manusia. Maka masih tetap bijak jika ibu tetap hanya memilih ASI untuk bayi, daripada membiarkan menjadi gembrot oleh susu sapi nantinya.

Jika bayi diberikan makanan sesuai dengan umur dan tahapan perkembangan usianya, kecil kemungkinan anak bakal gemuk. Kita tahu, ada tahapan pemberian makanan bayi yang tidak boleh dilanggar. Selain agar tubuh anak tidak dirugikan oleh menu yang tidak tepat, kemungkinan anak menjadi kelebihan berat badan pun tidak perlu sampai terjadi. Buat anak di atas setahun, tentu pilihan susunya hanya susu sapi. Jika anak sudah gemuk, pilihlah susu nonfat, yang sudah dibuang lemak susunya. Anak hanya membutuhkan kandungan protein susunya.

Biasakan anak banyak gerak. Latihan jasmani bukan sekadar permainan, melainkan harus dimanfaatkan juga untuk membantu membangun tulang dan otot, selain membakar kelebihan kalori yang diperoleh dari makanan yang mungkin berlebih. Semakin kurang bergerak, berolahraga, dan latihan jasmani, semakin besar kemungkinan menjadi gemuk, dan badan anak pun tidak bugar. Kurikulum olahraga di sekolah kita sangat kurang memadai. Semboyan hidup anak sekolah di negara maju, tiada hari tanpa olahraga.

Selera makan anak yang sudah telanjur gemuk umumnya jadi meningkat luar biasa. Itu maka, anak yang sudah telanjur gemuk dengan mudah bertambah berat badannya kalau dorongan untuk terus makannya tidak ditahan, atau terkendali.

Bayi normal akan bertambah berat 2 kali lipat pada usia 5 bulan, dan menjadi 3 kali lipat ketika berumur setahun. Selanjutnya berat badan ideal anak sampai usia 11 tahun bisa dihitung dengan rumus 8 + (2 X umur) kg. Anak yang berumur 5 tahun, idealnya memiliki berat badan 8 + (2 X 5) kg atau 18 kg. Lebih dari itu waspada.

Namun, lebih tepat untuk usia di atas setahun dipakai formula Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index), yang dihitung dengan cara membagi angka berat badan dengan tinggi badan (dalam meter). Nilai 23 - 25 tergolong ideal, dan lebih dari 25 berarti sudah kelebihan berat.

Gemuk juga bisa berarti penyakit

Anak yang gemuk bukan cuma sebab kesalahan memberi makan berlebihan, melainkan bisa juga sebagai sebuah kasus penyakit. Ada beberapa jenis penyakit (kelainan hormon dan gen) yang membuat tubuh anak gemuk abnormal, dan gemuknya kelihatan tidak sehat.

Dalam hal gemuk penyakit, tidak mudah mengoreksinya, karena memang ada yang salah dalam sistem hormonal atau gennya. Gemuk yang tak terkendali dengan diet, dan upaya membuang kalori ini, tergolong gemuk yang harus diterima apa adanya, dengan segenap risiko yang dibawanya.

Bagaimana mengatasi anak gemuk?

Ini masalah baru yang dihadapi Amerika sekarang. Baru-baru ini, sekolah di AS membuat kartu rapor berat badan? Anak yang dinyatakan kelebihan berat badan memerlukan konsultasi dokter untuk diet khusus, dan latihan jasmani ekstra agar berat badan ideal bisa tercapai.

Di sekolah-sekolah Singapura, misalnya, anak yang kelebihan berat badan diberi porsi olahraga yang lebih banyak dibanding anak yang tidak gemuk, agar berat badannya menyusut menjadi tidak gemuk lagi. Kegemukan diantisipasi medis bisa membawa banyak penyakit, sehingga sumber daya manusia menjadi kurang berkualitas.

Dengan kartu rapor berat badan? anak dipantau terus oleh sekolah sampai batas tidak gemuknya tercapai. Setelah itu, berat badan yang tercapai ideal dipertahankan dengan cara makan tidak rakus, dan pilihan menunya tepat, sambil tetap berolahraga sehingga gemuknya tidak kambuh.

Anak gemuk apakah berarti profil lemak dalam darahnya juga tinggi?

Ya, hal itulah yang paling kita takuti. Kebanyakan remaja Amerika yang pola makan dan pilihan menunya serba junk food itu, rata-rata sudah kelebihan kadar lemak dalam darahnya. Walau tidak selalu harus lemak dalam darahnya tinggi, namun kebanyakan remaja di negara maju, kolesterol dan trigliseride- nya sudah di atas normal. Itu berarti, risiko muncul malapetaka akibat tingginya profil lemak tubuhnya, sudah dimulai sejak usia pubertas mula. Dan itu yang menerangkan, mengapa dewasa ini banyak serangan jantung atau stroke muncul pada usia yang lebih dini. Semakin banyak stroke dan serangan jantung koroner prematur (kurang dari usia 40 tahun) muncul sekarang ini.

Lemak dalam darah yang berlebih kini diyakini juga mencetuskan bangkitnya kanker di organ tubuh mana saja, kanker rahim, ginjal, dan payudara khususnya. Risiko perlemakan hati, kencing manis, juga didongkrak oleh dibiarkan semakin tingginya lemak dalam darah. (Tabloid Nova)

Selasa, April 08, 2008

Pola Asuh yang Sesuai dengan Karakter Anak

Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang seorang anak. Bukan hanya jasmani, melainkan juga jiwa dan kehidupan sosialnya. Salah asuh, salah asah, dan salah asih bisa buruk akibatnya. Pola pengasuhan yang tepat bagi si kecil akan mempengaruhi kehidupannya kelak.

Pemberian asah, asih, dan asuh yang tepat dapat mempengaruhi karakter anak. Asah adalah stimulasi yang diberikan. Asih adalah kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Sedangkan asuh adalah kecukupan sandang, pangan, papan, dan kesehatan dasar yang diperoleh oleh anak.

Tipe karakter anak menurut Krisnamurti, dalam acara talkshow yang diadakan oleh DANCOW Parenting Center dan Delta Radio 99,1 FM , berhubungan dengan kelima indera yang dimiliki oleh anak, yakni:
- Tipe visual, yakni anak yang banyak belajar dari melihat
- Tipe mendengar, yakni anak yang banyak belajar dari indera pendengaran
- Tipe mencium, yakni anak yang banyak belajar dari indera penciuman
- Tipe menyentuh, yakni anak yang banyak belajar dari indera perabaan
- Tipe mengecap, yakni anak yang banyak belajar dari indera pengecapannya

Berdasar tipe-tipe tersebut, maka yang paling tepat bagi orang tua untuk mengenal karakter anak sedini mungkin adalah dengan cara mengamati dari indera yang mana yang paling dominan yang dimiliki oleh si kecil. Ikuti saja dengan pola karakter yang telah dimiliki oleh si kecil.

Adakah hubungan karakter anak dengan makan?
Menurut ibu Ririen, praktisi Gizi dari NestlĂ© Indonesia, ternyata ada, misalnya anak makan dapat diamati, ada yang suka menikmati dengan melihat warna-warni makanan, ada yang suka mencium makanan lebih dahulu. Kemungkinan juga ada anak yang suka mengulum makanan lebih lama misal dengan ”di-emut”.

Bagaimana cara mudah untuk mengetahui anak yang cukup makannya dan telah tumbuh normal sesuai dengan usianya?
Ibu Ririen menjelaskan selain memakai kartu grafik pertumbuhan (Kartu Menuju Sehat/KMS) yang dapat diperoleh dari rumah-sakit/ dokter, bisa juga mengukur melalui “Normalnya anak usia 1 tahun berat badannya adalah 3 kali berat lahirnya. Tahun berikutnya berat badan mesti bertambah antara 2 sampai 3 kg sampai masa akil balik”. Singkat kata anak sehat cukup gizi, bertambah usia bertambah tinggi dan berat, tentu saja yang proporsional dan sesuai dengan usianya.

Selain dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan bergizi seimbang (sesuai kebutuhan), diingatkan juga bila anak tidak minum susu maka untuk memenuhi kebutuhan kalsiumnya anak harus makan 5 kg nasi atau 2,5 kg steak. Bila kebiasaan minum susu distop ketika usia anak 5 tahun, kebutuhan kalsium menjadi tidak tercukupi, maka kalsium yang tersimpan dalam tubuh dalam hal ini tulang, akan diambil tubuh untuk memenuhi kebutuhan kadar kalsium darah. Bila ini sering berlangsung atau terus menerus terjadi, akan mempengaruhi pertumbuhan tulang anak juga kepadatannya.

Dalam talk show ini ada pertanyaan tentang bagaimana mengatasi anak pendiam usia 6 tahun tapi sulit makan sayur dan gemar minum susu sampai dengan botol sampai 10 botol per hari? Dijelaskan oleh Ibu Ririen, bahwa anak tertentu memiliki kepuasan dalam menghisap yang lebih besar. Kurangi jumlah dan frekuensi minum susunya paling banyak 3-4 gelas sehari. Selama berat badan dan tingginya normal biarkan anak "belajar lapar" agar dapat menikmati makanan keluarga.

Tentang anak yang tidak mau makan sayur, siasati dengan memberi contoh bahwa makan sayur itu enak. Bagi anak tipe belajar dengan pendengaran, makanlah sayuran di samping telinga anak, suara kecapan makan dan sayur yang dikunyah, sering dapat menimbulkan selera makan anak. Anak yang suka belajar dengan indera penglihatan, sajikan dengan sayuran warna-warni. Atau gantilah porsi sayur dengan menambah porsi buah-buahan bila memang anak lebih suka buah.

Sementara Ibu Ririen juga mengatakan bahwa orang tua hendaknya mencari penyebab bila anak tidak mau makan. Berikut adalah tips yang dapat dilakukan bila si Kecil sulit makan:

- Biarkan anak belajar lapar, karena bila anak merasa lapar maka anak akan mencari makanan
- Jangan buat makanan sebagai hukuman atau hadiah
- Ajaklah anak untuk makan bersama agar anak terbiasa dengan suasana makan
- Berikan makanan yang beraneka ragam setiap harinya dan berikan sesuai dengan kebutuhan
- Pujilah anak pada saat makan, sebaliknya jangan mencela
- Berikan susu sesuai dengan kebutuhan, namun jangan pernah menyelesaikan masalah makan dengan susu saja atau makanan cair
- Berikan suasana yang menyenangkan pada saat makan
- Jangan merasa bersalah bila melihat tinggi dan berat badan si Kecil tidak seperti anak orang lain, asalkan berat dan tinggi badan si Kecil sudah sesuai dengan usianya, maka cukuplah bagi kita untuk mengetahui bahwa apa yang kita berikan sudah sesuai

Nah Ibu, yang perlu kita ketahui adalah bahwa tugas mendidik anak dapat didelegasikan kepada orang lain, seperti guru, pengasuh atau pembantu. Namun, tanggung jawab mendidik anak tidak dapat didelegasikan kepada orang lain dan akan tetap menjadi tanggung jawab kita sebagai orang tua.

source : sahabatnestle
Ringkasan Radio Nutrition Talk Show DANCOW Parenting Center

Ajari si Kecil Menghargai Perbedaan

Lewat kata dan perbuatan, Anda dapat mengajarjkan pada anak-anak tentang empati dan pentingnya menghargai orang lain, terlepas dari semua perbedaan yang ada.

Jika dulu ukuran kecerdasan anak kerap merujuk pada IQ (Intelligent Quotient), maka kini banyak ahli menekankan pentingnya membangun EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Seocial Quotient), sebagai modal keberhasilan anak. Kemampuan berinteraksi dengan berbagai kalangan adalah salah satu ketrampilan sosial yang berperan penting dalam mendorong seorang anak untuk berempati, bekerja sama dan saling menghormati dengan orang lain. Semua kemampuan tadi tentu sangat diperlukan kelak saat ia dewasa dan masuk dalam dunia kerja dan lingkungan sosial.

Membangun kemampuan berinteraksi dan saling menghormati dengan orang dari berbagai kalangan tidak dapat dilakukan secara instan maupun dipelajari lewat nasihat semata. Anak-anak memerlukan contoh yang nyata. Sebagai orang tua, Anda biasanya menjadi role model utama bagi si Kecil. Anak-anak telah menyadari adanya perbedaan sejak usia sangat muda, meski orang dewasa di sekitarnya tidak pernah membicarakannya. Meski menyadari adanya perbedaan, namun mereka belum memahami apa arti perbedaan tersebut. Dari orang-orang dewasa di sekitarnya ia belajar tentang arti dan sikap dalam menghadapi perbedaan.

Diane Maluso, Associate Professor of Psychology di Elmira College, juga menekankan pentingnya peran orang tua tersebut. “Anak-anak bekajar tentang sikap orang tua terhadap orang lain dari cara orang tuanya berinteraksi dan dengan ungkapan-ungapan yang dilontarkan mengenai orang lain”, paparnya. Lewat sikap serta bahasa yang digunakan orang tuanya terhadap orang lain, anak-anak belajar tentang konsep diri dan relasinya dengan orang lain.

Jika Anda memiliki hubungan baik serta menunjukkan rasa hormat pada orang yang berbeda baik secara fisik, gender, sosial maupun ekonomi maka anak akan belajar bahwa semua perbedaan tersebut bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan. Namun kalau anda justru kerap meremehkan atau berbicara dengan tidak sopan pada orang-orang tertentu, jangan heran jika si Kecil pun akan melakukan hal yang sama. Contoh paling sederhana, ingat-ingatlah cara memperlakukan pembantu rumah tangga dan supir di rumah. Kalau Anda kerap berbicara dengan nada memerintah dan meremehkan, siap-siap saja mendengar hal yang sama keluar dari mulut si Kecil.

Pada usia Sekolah Dasar, pemahaman anak akan status sosial dirinya serta teman-temannya juga makin meningkat dan mendorong terbentuknya sikap-sikap tertentu yang berkaitan dengan status sosialnya. Namun begitu, pada usia ini sikap egosentris anak-anak juga telah berkurang dibanding usia balita hingga mereka mulai mampu memfokuskan diri pada kualitas internal seperti kebaikan dan keburukan seseorang, dibandingkan perbedaan eksternal seperti perbedaan ras maupun kelas sosial. Pada tahap ini, lagi-lagi orang tua sangat berperan dalam mendorong anak-anaknya untuk mengeksplorasi perbedaan yang ada, memberikan penjelasan terhadap pertanyaan-pertanya an mereka, dan melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan yang membuka ruang berinteraksi dengan berbagai kalangan.

Berikut beberapa tips untuk mendorong anak-anak agar menghargai dan tidak membeda-bedakan orang dari berbagai kalangan:

- Buka kesempatan untuk mempelajari berbagai perbedaan, seperti berinteraksi dengan berbagai kalangan, sebisa mungkin dimulai dari lingkungan terdekat seperti teman-teman bermainnya, kerabat hingga kegiatan-kegiatan rekreasi.

- Pilih mainan, buku dan film yang merefleksikan berbagai jenis individu yang berbeda sepertui usia, profesi, latar belakang sosial – ekonomi, suku bangsa dan lain-lain

- Berikan kesempatan pada anak-anak untuk bermain bersama teman-teman seusianya. Bermain adalah cara terbaik bagi anak-anak untuk belajar berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain.

- Kemampuan memahami apa yang dirasakan orang lain atau berempati adalah kemampuan yang penting dimiliki oelah anak. Untuk menumbuhkannya, bantu anak mengungkapkan perasaaan mereka dan dorong mereka untuk membayangkan perasaan orang lain. Dengan begitu, anak akan memahami bahwa seperti dirinya, orang lain juga senang bila diperlakukan dengan baik dan sedih bila diperlakukan tidak baik

- Saat anak-anak semakin besar dan mengajukan pertanyaan tentang berbagai perbedaan yang ada, dukunglah dengan memberikan informasi yang sesuai dengan usia mereka.

source: sahabatnestle

Aduh, Gigiku Tumbuh!

Oleh: Drg. Isnaniah

Tumbuhnya gigi bayi membuat orang tua bahagia. Tapi, prosesnya bisa menganggu si kecil.

Bayi anda tiba-tiba rewel, demam, atau batuk-batuk? Coba periksa mulutnya, terutama gusi bagian depan. Anda mungkin akan menemukan dua bakal gigi yang mulai tumbuh.

Proses Munculnya Gigi
Setiap orang tua tentu menunggu saat gigi anaknya mulai tumbuh. Setiap anak mendapatkan gigi pertamanya dalam usia yang berbeda-beda, tapi umumnya saat bayi berusia 4-6 bulan.

Sebenarnya di dalam kandungan bayi sudah memiliki 20 gigi susu yang terkubur di dalam gusi. Seiring dengan bertambahnya usia bayi, gigi-gigi ini akan muncul secara bertahap. Diawali oleh munculnya dua gigi pertama yang tumbuh di gusi tengah – bawah. Kurang lebih satu bulan kemudian tumbuh lagi dua gigi di gusi tengah- atas.

Berikutnya setiap 4-5 bulan tumbuh lagi dua gigi di gusi bawah dan gusi atas. Letaknya bersebelahan dengan gigi yang sudah ada.. Pertambahan gigi akan terus berlangsung hingga semua gigi susu muncul. Kira-kira saat usia bayi 22-26 bulan. Gigi permanen akan tumbuh saat anak berusia sekitar 6 tahun.

Ketika pertama kali gigi muncul sejak itu pula anda harus melakukan perawatan gigi bayi. Gunakan kain kasa yang dililitkan di jari untuk membersihkan gigi dan gusinya. Selain itu periksakan gigi anak secara teratur. American Dental Association menganjurkan, perawatan gigi ke dokter dimulai ketika gigi pertama anak mulai tumbuh.

Bila si kecil mendapatkan ASI, giginya akan lebih terjaga. Tetapi jika bayi mendapatkan susu botol, perlu ekstra perhatian. Penggunaan botol yang kurang tepat dapat merusak keindahan dan tumbuh kembang gigi bayi.

Tanda tumbuhnya gigi
Bila orang tua merasa bahagia saat gigi si kecil tumbuh, sepertinya tidak bagi bayi. Tumbuhnya gigi adalah saat yang tidak mengenakkan. Bayi mungkin merasa nyeri atau gatal saat giginya tumbuh. Rasa nyeri sama sekali bukan karena gusi yang terluka akibat kemunculan gigi. Melainkan beberapa sel-sel di gusi menjadi mati dan memisahkan diri sehingga gigi dapat muncul ke luar. Kondisi ini disebakan banyaknya pergerakkan dan perubahan di dalam tulang rahang dan diantara gigi geligi saat gigi akan muncul kepermukaan.

Akibat rasa nyeri ini, tingkah laku bayi kadang berubah. Beberapa bayi menjadi sangat sensitif dan sulit tidur. Sayang, orang tua seringkali tidak menangkap perubahan ini sebagai gejala tumbuhnya gigi. Sebagai petunjuk, secara umum bayi yang giginya sedang tumbuh biasanya akan mengeluarkan air liur yang lebih banyak. Ini disebabkan karena ada rangsangan di dalam mulutnya.

Selain itu bayi juga akan lebih senang menggigit benda yang ada di dekatnya. Dengan mengigit bayi dapat ‘melupakan’ rasa tidak nyaman di mulutnya. Perilaku ini sering memicu diare karena bayi kerap mengigit benda yang tidak bersih.

Meskipun jarang, ada pula bayi yang batuk saat tumbuh gigi. Diduga, karena banyaknya air liur di dalam mulut. Gejala lain yang dianggap sebagai akibat tumbuhnya gigi adalah demam. Demam timbul karena terjadi perubahan perilaku anak dan nyeri akibat tumbuhnya gigi.

Yang perlu anda lakukan saat gigi si kecil tumbuh:
Bersihkan mulut (gigi, gusi, dan lidah) bayi secara teratur terutama sehabis minum susu atau minuman manis lainnya juga sehabis makan.
Berikan benda yang bersih dan aman pada bayi untuk digigit. Misalnya: Wortel, buah-buahan, atau teether (mainan yang dapat digigit terbuat dari plastik tak beracun dan berisi cairan).
Bila bayi tidak bisa tidur karena nyeri akibat tumbuhnya gigi berikan obat pereda nyeri yang dianjurkan dokter.
Cobalah mengosok atau memijat gusi bayi dengan jari yang bersih atau gel khusus pereda nyeri gusi bayi.

Referensi
Mosby Pawlah. E. A dan Hoag. P. M, Essential of Periodontics.
Jurnal Kedokteran Gigi, Pengaruh zat-zat gizi dalam tumbuh kembang email gigi susu anak. PDGI 40.

SIAPA BILANG GIGI SUSU TAK PERLU DIRAWAT?

Oleh: Prof. DR. Drg. Al. Supartinah, Sp.KGA

Amatlah keliru jika beranggapan bahwa gigi susu tak perlu perawatan. Gigi susu yang baik adalah cikal bakal geligi sehat dan rapi.

Gigi susu, sering disebut gigi sulung, gigi sementara, ataupun gigi desidui, berjumlah 20 buah yang tersusun masing-masing 10 buah pada rahang atas dan bawah.

Banyak orangtua beranggapan bahwa gigi susu kurang penting, karena bersifat sementara dan akan digantikan oleh gigi permanen yang dalam keadaan normal akan berada selamanya di dalam rongga mulut. Ternyata anggapan itu keliru mengingat peran dan fungsi gigi susu yang sangat penting.

Fungsi gigi susu

1. Untuk mengunyah guna membantu memudahkan pencernaan dan penyerapan zat gizi makanan. Hal ini sangat penting mengingat masa anak-anak adalah masa aktif pertumbuhan dan perkembangan.

2. Aktifitas mengunyah akan merangsang pertumbuhan tulang rahang. Para orangtua hendaklah ‘memberi contoh’ dan mengajar anaknya cara mengunyah makanan yang benar yaitu dilakukan pada kedua sisi rahang (kanan dan kiri) untuk merangsang agar pertumbuhan tulang seimbang. Bila anak berkebiasaan mengunyah hanya dengan satu sisi rahang saja, sisi yang jarang terpakai tampak lebih kotor dibanding sisi yang sering dipakai mengunyah.

3. Mempertahankan ruangan dalam lengkung gigi sebagai persiapan pertumbuhan gigi permanen sekaligus menentukan arah pertumbuhan gigi pengganti. Sebagai contoh gigi geraham susu mempunyai dua akar; di antara dua akar gigi tersebut terletak benih gigi penggantinya. Arah pertumbuhan gigi pengganti akan sejalan dengan arah atau jalan tanggalnya gigi susu.
Apabila gigi susu karena suatu sebab terpaksa dicabut sebelum waktunya, maka gigi yang terletak di depan ataupun di belakangnya akan bergeser ke tempat bekas gigi yang dicabut. Ini mengakibatkan kekurangan ruang untuk gigi permanennya kelak. Gigi pengganti akan kehilangan penuntun arah. Dampaknya, gigi penggantinya tumbuh berjejal dan salah arah.

4. Berperan dalam pengucapan huruf-huruf tertentu. Kehilangan atau kerusakan parah pada gigi seri dapat menimbulkan kesulitan pengucapan huruf-huruf seperti; F, V, S, Z, Th. Namun dapat dikoreksi setelah gigi penggantinya muncul.

5. Estetika. Bila gigi susu terawat baik punya andil menjaga estetika; penampilan anak lebih lucu, lebih menarik, dan lebih sehat kalau mereka tersenyum dengan geligi yang utuh dan bersih.

Kapan gigi susu tumbuh?

Banyak ibu merasa khawatir kalau bayinya telah berumur 6 bulan belum memiliki gigi. Tumbuhnya gigi dipengaruhi banyak hal, antara lain riwayat kehamilan dan kelahiran, apakah bayi lahir cukup umur dengan berat dan panjang badan normal, riwayat kesehatan serta status gizi bayi.

Menurut penelitian, bayi prematur dan atau berat badan lahir rendah, pertumbuhan giginya lebih lambat. Bayi dengan status gizi kurang, pertumbuhan gigi terhambat, karena berkaitan dengan pertumbuhan gigi dan tulang rahang, sebagai bagian dari pertumbuhan anak secara umum.

Tanda gigi susu akan tumbuh pada bayi umumnya didahului oleh:
keluarnya ludah yang berlebihan kadang-kadang sampai membasahi baju
anak cenderung ingin memasukkan jari-jari tangannya ke dalam mulut
anak terlihat gelisah, rewel, kadang nafsu makan menurun. Ini disebabkan adanya rasa sakit pada gusi karena tertembus gigi yang baru tumbuh.

Gusi tempat tumbuhnya gigi warnanya tampak lebih merah dibanding sekitarnya. Rasa sakit, merangsang keluarnya air ludah secara berlebihan. Hal ini bermanfaat, karena air ludah terkandung komponen yang bersifat antibakteri guna membantu membersihkan rongga mulut, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi. Saat gusi pada daerah tumbuhnya gigi diraba dengan jari terasa lebih keras, terlihat warna putih, disertai bentuk gigi yang akan tumbuh.

Peristiwa tumbuhnya gigi susu adalah proses alami yang tidak mengganggu kesehatan anak, kecuali ada hal lain terjadinya gangguan kesehatan. Yang perlu diwaspadai adalah kebersihan rongga mulut dan jemari anak.

Memasukkan sesuatu kedalam mulut adalah bagian dari proses perkembangan anak; sebaiknya jangan dihambat. Yang perlu diperhatikan adalah keamananan dan kebersihan barang yang masuk dengan kata lain tidak mencederai dan membawa kuman kedalam mulut penyebab infeksi. Berkonsultasilah dengan doter anak dan dokter gigi secara berkala untuk memantau tumbuh kembang anak termasuk giginya.

8 langkah agar gigi susu si kecil sehat

1. Kualitas gigi dan pembentukannya ditentukan sejak janin usia 6 minggu di dalam kandungan. Ibu hamil yang cukup asupan kalsium dan protein umumnya pertumbuhan gigi dan tulang bayi baik.

2. Pengendalian karies antara lain makanan yang mengandung gula dan menempel di gigi yang tidak dibersihkan akan menyebabkan kerusakan gigi.

3. Hendaknya selalu membersihkan sisa makanan setiap anak habis makan atau minum manis.

4. Bersihkan gigi dan gusi bayi dengan kapas/kasa steril yang dibasahi air matang. Gosoklah perlahan sehabis menyusu dan diberi makan.

5. Bagi anak yang sudah mampu memegang sikat gigi, ciptakan suasana menyikat gigi yang menyenangkan, meskipun akhirnya bantuan orangtua tetap diperlukan.

6. Bimbing anak menyikat gigi dengan sikat gigi khusus anak yang banyak tersedia di toko terkemuka. Bahkan ada sikat gigi “bertahap” mulai dari awal tumbuh gigi sampai lengkap gigi susu. Gunakan air masak untuk kumur agar aman bila tertelan. Bantu anak memegang sikat supaya ia bisa menggosok bagian dalam dan belakang dengan nyaman dan aman, tidak melukai pipi dan gusi pada waktu sikat digerakkan.

7. Di bawah usia 4 tahun sebaiknya jangan menggunakan pasta gigi, dikhawatirkan akan tertelan.

8. Pengenalan pasta gigi dapat dilakukan bila anak telah pandai berkumur, dengan pengawasan lekat. Beri contoh cara berkumur yaitu menggerakkan kumuran dan mengeluarkannya dengan keras, tak hanya sekedar dikeluarkan dari mulut.

Ngeces Tidak Normal, Bila...

Oleh: Dr. Luh Karunia Wahyuni, SpRM

Sehari-hari sering kita jumpai anak balita dengan air liur yang menetes dari sudut bibir, terus menerus disertai mulut yang selalu terbuka, dapat diibaratkan seperti keran bocor. Anak seperti tidak peduli dengan pipi, dagu dan leher yang selalu basah. Kondisi seperti itu disebut drooling (ngeces).

Pada dasarnya kontrol terhadap ngeces terjadi bertahap sesuai dengan perkembangan anak. Kontrol ini berhubungan dengan posisi tubuh anak, kegiatan yang sedang dilakukan anak, kemampuan anak mengontrol gerakan mulut serta tingkat perkembangan gerak anak.

Jangan-jangan tumbuh gigi
Ngeces sering terjadi saat anak sedang mempelajari keterampilan gerak yang baru dan berlanjut sampai anak mencapai kemampuan melakukan gerakan secara otomatis. Sering terjadi pula selama, sebelum dan setelah tumbuh gigi baru.

Pada usia 1-3 bulan, anak jarang ngeces karena produksi air liur masih minimal. Saat usia 6 bulan, anak akan ngeces pada posisi berbaring, terlentang, tengkurap atau duduk. Demikian bila anak mulai bicara (babling), meraih, menunjuk atau tumbuh gigi. Usia 9 bulan, anak dapat duduk atau merangkak tanpa ngeces. Pada usia ini anak akan ngeces saat makan makanan tertentu.

Pada usia 15-18 bulan anak ngeces bila melakukan gerakan halus seperti makan sendiri. Sedangkan pada usia 2 tahun anak seharusnya tidak ngeces lagi sekalipun melakukan gerakan yang sudah trampil seperti menggambar, makan sendiri atau bermain.

Jika kita cermati penjelasan di atas, ngeces pada usia tertentu masih dianggap normal. Penjelasan di atas dapat dipergunakan oleh orangtua sebagai patokan untuk mengenali apakah ngeces masih dalam batas wajar.

Tidak normal, bila...
Ada berbagai kondisi yang menyebabkan ngeces tidak lagi sebagai suatu keadaan yang normal misalnya:
Mulut terbuka terus sehingga anak sulit menelan. Kita dapat mencoba merasakan menelan air liur saat mulut terbuka, betapa sulitnya. Mulut yang terbuka terus kemungkinan berhubungan dengan infeksi saluran napas yang kronis atau hidung selalu mampet.
Frekuensi tidak adekuat sehingga air liur menumpuk dan terjadilah ngeces. Pada dasarnya manusia normal akan menelan ludah 2 kali per menit saat sadar dan 1 kali per menit saat tidur.
Adanya gangguan pada saraf cranialis yang bertanggung jawab terhadap proses menelan.
Fungsi menelan yang tidak optimal karena rahang tidak stabil, terjadi perubahan tonus (ketegangan) otot pipi, bibir ataupun kelemahan pada otot penyangga tubuh.

Bila masalah ini dibiarkan tidak ditangani dengan baik tentu saja akan mengganggu perkembangan anak lebih lanjut terutama dalam fungsi makan dan bicara, serta pertumbuhan gigi. Seperti diketahui, kita mempergunakan otot wajah, bibir, rahang, lidah yang sama untuk aktifitas bicara maupun makan. Artinya bila anak kita ngeces terus menerus harus waspada terhadap kemungkinan keterlambatan bicara. Seberat keterlambatannya tentu saja tergantung dari kondisi yang mendasari ngeces tersebut.

Dokter akan melakukan evaluasi secara menyeluruh hal-hal yang menyebabkan ngeces dan penanganan sering kali sangat sederhana cukup dengan memposisikan tubuh dengan baik maka ngeces teratasi.

Jadi ngeces seperti keran bocor dapat diatasi dengan penanganan yang tepat.

Teknik Menyelesaikan Masalah Si Kecil

source: nutrisibalitacerdas

Saat si Kecil mulai memasuki usia sekolah, ia akan menghadapi berbagai hal baru. Ia akan belajar bergaul dan berinteraksi dengan orang selain keluarganya. Di masa inilah, ia akan menghadapi berbagai tantangan dan masalah. Tentunya sebagai orang tua, kita tidak bisa selalu melindungi mereka dari hal-hal ini. Karenanya, kita perlu mengajar mereka untuk bisa menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin akan mereka hadapi, agar mereka tidak mengalami kesulitan dalam perkembangan sosial mereka.

Yang kita bisa ajarkan pada si Kecil untuk membantu mereka menyelesaikan masalah adalah mengajarkan mereka untuk mengetahui hak dan kewajiban mereka sendiri. Ini sangatlah penting saat mereka berinteraksi dengan teman-teman di sekolah atau teman sebaya di grup bermain mereka. Ajarkan mereka untuk belajar bertanggung jawab atas mainan, barang, makanan yang mereka miliki, ajari mereka untuk menjaganya dengan baik dan pada saat yang bersamaan, ajarkan mereka untuk tidak merebut atau mengambil hak temannya (mainan, barang, makanan, dll). Selain itu, beritahukan pada mereka untuk tidak membiarkan temannya merampas hak mereka, dan bila ada yang berbuat semena-mena, ajarkan mereka untuk melaporkan kepada otoritas seperti guru, pengasuh, orang yang lebih dewasa dan lain lain.

Hal lain yang bisa kita ajarkan kepada mereka adalah untuk belajar sopan terhadap orang lain, yang dimulai tentunya dari keluarga mereka sendiri. Biasakan mereka untuk meminta izin, untuk mengatakan, “Tolong” bila mereka membutuhkan sesuatu (contohnya, “Mama, tolong ambilkan mainanku, dong.”) Ajarkan mereka untuk tidak menyerobot saat sedang mengantri lift atau eskalator di tempat umum. Ajarkan mereka untuk tidak menjerit-jerit dan mengganggu di saat mereka sedang di tempat umum, dan mengkomunikasikan keinginan mereka dengan sopan, dan bukan dengan mengamuk atau membuat kekacauan.

Tentunya, untuk melatih mereka teknik menyelesaikan masalah yang baik, tidak ada salahnya kita ajarkan untuk berpikir kreatif. Lewat berbagai permainan yang menyenangkan, si Kecil bisa kita bantu untuk berpikir lebih kreatif yang bisa dapat membantu mereka untuk menyelesaikan berbagai masalah yang mungkin mereka akan hadapi. Dan hal yang paling baik yang bisa kita ajarkan kepada mereka tentunya adalah bahwa mereka harus memperlakukan semua orang seperti diri mereka sendiri. Dengan begitu, mereka akan sejak dini belajar untuk berperilaku yang baik, menjadi anak-anak yang punya budi pekerti dan bisa berinteraksi dengan normal sehingga membatasi kesulitan mereka untuk menyesuaikan diri di dunia luar.

Kiat-Kiat MPASI

v Ikan salmon dikukus agar vitaminnya gak hilang.

v Kalau bikin sayur yang direbus... pancinya harus ditutup selama masak dan jangan direbus terlalu lama.

v Bubur kacang ijo gak pake gula sama sekali, tapi waktu rebus kasih daun pandan biar wangi. Setelah matang kalau mau parutin keju biar gurih.

v Puding, manisnya bisa didapet dari susunya atau buahnya

v Kalo bikin sayur bening, kasih aja temu kunci

v Sampai usia 6 bulan, makanan utama bayi adalah ASI

v Bila bayi tdk asi eksklusif, dan mulai tampak sering tidak satisfied dengan susunya, sering terbangun, dsb, pikirkan apakah memang sudah waktunya untuk memperkenalkan makanan tambahan

Ada 2 hal yg perlu dihayati :

v Pertama, diperkenalkan: artinya apa? Artinya ya sedikit saja, 1 -2 sendok teh satu atau maks 2 kali sehari.

v Konsep kedua: makanan tambahan, Artinya, sampai 6 bulan jangan memberikan terlalu banyak

v Makanan tambahan yg pertama diperkenalkan pada anak adalah cereal. Jadi produk beras atau beras. Bukan buah atau jus buah

v Lebih meng encourage buah ketimbang air buah karena seratnya dan phytochemicalnya ikutan kalau buah seutuhnya

v Against pemberian apapun termasuk nasi tim saring yg semuanya diblender jadi satu

v Feeding kan bukan sekedar memberikan makan pada anak Feeding kan termasuk adventure, experience, learning

v Dan feeding juga merupakan salah satu area dimana anak memperlihatkan independence nya. Jadi ....berikan makanan yang bervariasi, jangan yang sama setiap hari.

v Jangan semua diaduk jadi satu. Haluskan per item

v jadi anak makan ada beras, ada sayur nya ada tempe/tahu, ada protein, semua sendiri2 di piring yng terkotak2

v Dengan begitu dari awal dia belajar mengenal masing2 rasa dari items tersebut.

v Kuning telur tdk bikin alergi. Putihnya boleh mulai diperkenalkan sedikit usia 9 bulan ke atas.

v Cara memasak sayuran, saat merebus panci hendaknya ditutup rapat dan merebusnya

v Jangan terlalu lama karena nanti vitamin akan lebih banyak hilang.

v Untuk sayuran seperti wortel, buncis, labu kuning, ikan cara
memasaknya dikukus.

Untuk ayam, berikan bagian dadanya saja dan tanpa kulit. Bagian dada ini disamping dagingnya banyak juga lemaknya lebih sedikit dibandingkan bagian ayam yang lain. Jangan memberikan paha ataupun sayap ayam karena pada bagian
ini ayam diberikan suntikan. Ikan dapat diberikan saat bayi umur 9 bulan keatas

Rabu, April 02, 2008

Mengapa anakku suka sekali bersaing

Oleh: Dra. Adriani Purbo Psi. MBA
sahabatnestle

“Mengapa anakku suka sekali bersaing?”,
“Bagaimana seharusnya orangtua menghadapinya?”


Pertanyaan-pertanya an seperti di atas adalah beberapa contoh pertanyaan yang seringkali dilontarkan orangtua ketika menghadapi anaknya yang suka sekali bersaing dalam berbagai hal, seperti bersaing untuk mengalahkan kepandaian yang dimiliki teman atau saudaranya, bersaing untuk menjadi yang paling cepat, paling cantik, paling berani, paling terampil, dsb. Perilaku bersaing yang ditunjukkan anak-anak seperti di atas, tak jarang akhirnya berujung pada hal-hal negatif seperti timbulnya permusuhan, perkelahian, sikap tidak mau kalah serta sikap iri terhadap kelebihan orang lain.

Adanya hal-hal negatif tersebut, seringkali membuat orangtua mempersepsikan perilaku bersaing sebagai sesuatu yang buruk. Sehingga tak jarang orangtua yang kurang paham terhadap hal ini, akan bersikap kurang bijaksana terhadap anak, seperti melarang atau memarahi anak setiap kali ia menunjukkan sikap bersaing. Padahal sikap orangtua yang seperti ini, akan menimbulkan dampak buruk pada anak seperti membuat anak kehilangan kesempatan untuk mengenali dirinya sendiri, kehilangan daya juang dan kesempatan berlatih untuk menjadi pribadi yang tangguh, mandiri dan percaya diri.

Untuk menghindarinya sebaiknya orangtua memahami lebih dalam mengenai adanya prilaku bersaing, khususnya yang terjadi pada anak balita dimana prilaku ini mulai terlihat. Sehingga dengan pemahaman ini diharapkan orangtua dapat memperlakukan anaknya dengan lebih bijaksana.

Setiap manusia sebenarnya memiliki naluri untuk bersaing. Namun baru pada usia balita, biasanya naluri bersaing ini mulai terlihat. Hal ini terjadi karena pada masa ini, dalam diri anak mulai tumbuh keinginan untuk mengenali diri, anak melakukan proses membandingkan dengan orang lain. Dalam proses membandingkan inilah, biasanya prilaku bersaing anak akan muncul. Anak akan mencoba untuk menunjukkan kemampuannya dalam situasi persaingan agar ia dapat mengukur seberapa besar kemampuan yang dimilikinya dibandingkan anak-anak lain. Sekalipun aktivitas bersaing yang dilakukan anak masih cenderung mengarah pada aktivitas bermain atau sesuatu yang tidak terlalu serius seperti layaknya orang dewasa bersaing, namun hal ini sangat bermanfaat bagi anak dalam membangun konsep diri yang realistis berupa gambaran apakah dirinya memiliki kemampuan yang sama, di bawah rata-rata ataukah di atas rata-rata kemampuan teman-temannya.

Melalui aktivitas bersaing, anak juga bisa membuktikan bahwa dirinya mampu menentukan sendiri atau berbuat sesuatu agar ia diakui keberadaannya, dimana hal ini sangat penting untuk membangun egonya. Selain itu melalui kesempatan bersaing, anak juga bisa memperoleh pengalaman gagal atau berhasil, yang bisa membuatnya lebih matang dan percaya diri. Untuk dapat memperoleh manfaat yang optimal dari adanya aktivitas bersaing, diperlukan peran orangtua, terutama dalam hal membangun kemampuan anak untuk dapat menerima diri apa adanya, mengakui kelebihan orang lain serta mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang dialaminya agar dapat mendorong peningkatan kemampuannya di kemudian hari.

Beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk memberikan manfaat yang optimal dari adanya aktivitas bersaing anak adalah sbb:

1. Memberi kesempatan pada anak untuk bersaing dengan menggunakan kemampuannya sendiri. Berikan semangat dan biarkan anak yang berusaha sendiri dan merasakan kemungkinan gagal atau berhasil. Tanamkan pada diri anak pentingnya sikap berani mengakui kekalahan dan rendah hati bila memenangkan persaingan.

2. Ajari anak untuk memperhatikan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar dalam kegiatan bersaing, seperti tidak boleh menyakiti teman, berbuat curang atau bersifat tidak setiakawan dalam berusaha mencapai kemenangan. Berikan pengertian dan contoh-contoh pada anak bahwa dalam kehidupan nyata, seseorang tidak hanya membutuhkan persaingan tetapi juga butuh kerjasama dan sikap saling menghargai.

3. Hargai usaha anak sekalipun ia gagal memenangkan persaingan. Tekankan bahwa proses atau usaha maksimal yang telah dilakukan anak lebih penting ketimbang hasil akhir.

4. Tunjukkan pada anak bahwa orangtua tidak menuntut anak selalu menjadi nomor satu, hal ini dimaksudkan agar anak tidak tumbuh menjadi seorang yang selalu ingin menang sendiri, tidak pernah puas dan menjadi anak yang terlalu terobsesi terhadap keberhasilan yang dapat membuatnya frustrasi bila suatu saat mengalami kegagalan.

5. Jadikan situasi persaingan sebagai suatu hal yang harus dihadapi, bukan suatu hal yang harus dihindari. Yang penting, bekali anak dengan pengetahuan dan tanamkan kepercayaan dirinya bahwa selama ia mau belajar dan berusaha, ia pasti akan mampu menghadapi kerasnya persaingan.

PERTOLONGAN PERTAMA BAYI JATUH

Hati-hati jangan langsung menggendongnya. Pastikan dulu bagaimana kondisinya!

Usia bayi adalah masa rawan terjadi kecelakaan. Saat ia belajar berguling umpamanya dan orangtua lengah, ia bisa saja terjatuh dari tempat tidur. Untuk itulah manajemen penanganan kasus bayi terjatuh amat diperlukan. Yang pasti, saat si kecil terjatuh, jangan hanya mengkhawatirkan bagian kepala saja, karena semua anggota tubuhnya memiliki risiko yang sama untuk mengalami benturan yang dapat membahayakannya.

Berikut penjelasan dr. Anna Tjandra, Sp.A dari RSAB Harapan Kita, Jakarta mengenai manajemen kecelakaan pada anak yang sederhana, yaitu:

* Menyaksikan langsung anak terjatuh.
- Perhatikan bagian mana dari tubuh anak yang mengalami benturan.
- Ingat proses jatuhnya, apakah langsung menghujam ke lantai atau terbentur sesuatu terlebih dahulu baru ke lantai.
- Pastikan dari ketinggian berapa meter anak terjatuh dan media apa yang menjadi tempat pendaratannya.
- Lihat dan perhatikan baik-baik kondisi si kecil. Apakah setelah jatuh langsung menangis dan menggerak-gerakkan semua anggota badannya? Jika ya, kita bisa langsung menggendong untuk
menenangkannya. Setelah ia tenang, baru lakukan observasi.
- Adapun observasi yang perlu dilakukan adalah:
+ Cari dan ingat bagian-bagian mana saja yang lebam/benjol/ memar di seluruh anggota badan bayi. Jika menemukan benjolan di kepala atau memar di badan, boleh diobati dengan obat antitrauma oles. Jika pada bagian kepala tidak ditemukan lebam atau benjol, tapi bayi menangis saat dipegang, larikan segera ia ke rumah sakit terdekat.
+ Coba gerakkan kedua tangan bayi, ke samping, ke atas, ke bawah, ke depan, lalu rentangkan dan angkat-angkatlah. Jika ada keluhan pastikan di tangan yang mana dan saat dalam posisi seperti apa. Ini sebagai bahan untuk dilaporkan ke dokter.
+ Lakukan hal yang sama pada kaki.
+ Tengokkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri. Coba dekatkan dagu bayi ke dada secara perlahan. Jika ada keluhan catat sebagai laporan pada dokter.
+ Miringkan badan si kecil ke kiri dan ke kanan. Jika ada keluhan catat dan laporkan ke dokter.
- Observasi perlu dilakukan selama 2×24 jam. Jika dalam kurun waktu itu ada keluhan, apalagi sampai muntah dengan menyembur, segera larikan ke rumah sakit terdekat.
- Sebaliknya bila setelah jatuh dalam keadaan sadar tapi pasif (apalagi tidak menggerak-gerakkan anggota badannya) jangan mengangkatnya. Hubungi UGD rumah sakit terdekat atau 118 untuk minta pertolongan paramedis. Salah mengangkat dalam kondisi seperti ini dapat berisiko fatal.

* Jika menemukan si kecil sudah di lantai.
- Perhatikan keadaan bayi; sadar atau tidak, menangis atau tidak, dapat menggerak-gerakkan anggota badan atau tidak. Jika ia tidak sadar atau sadar tapi pasif, ingat jangan menggendongnya, tapi segera minta bantuan paramedis terdekat, UGD atau 118.
- Perhatikan dalam posisi seperti apa si kecil saat ditemukan.
+ Jika dalam keadaan tengkurap kemungkinan besarnya aman. Tapi kita mesti melakukan pemeriksaan seputar bahu, kedua tangan, dada dan kaki. Caranya gerakkan tangan ke atas, depan, samping. Jika ada keluhan sakit segera bawa ke dokter.
+ Jika dalam keadaan telentang. Periksa dan perhatikan daerah kepala bagian belakang, leher, punggung, dan panggul, mulai dari tanda lebam atau merah, hingga keluhan sakit saat disentuh dan digerakkan seperti yang telah disebutkan di atas. Pastikan bayi tidak muntah atau mengalami penurunan kesadaran dalam 2×24 jam. Jika ada keluhan segera larikan ke dokter.
+ Jika bayi ditemukan dalam posisi miring, kanan atau kiri.
Perhatikan dan periksa kepala, tangan yang menjadi tumpuan badan, juga kaki. Lakukan pemeriksaan seperti yang disebutkan di atas. Jika ada keluhan segera larikan ke dokter.
+ Jika ditemukan dalam posisi duduk. Periksa dan pastikan bayi masih sadar, biasanya menangis, dan mampu menggerakkan anggota badan.
Periksa bagian panggulnya, ada tidak tanda memar, merah, atau sakit saat dipegang atau digerakkan. Jika ya segera larikan ke dokter.

* Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan- Dalam posisi apa pun jatuhnya si kecil, jangan lupa melakukan pemeriksaan mata. Baiknya menggunakan senter:
+ Masih bereaksikah saat kita senter matanya, mengedip, menutup matanya atau kaget. Jika tidak bawa segera anak ke rumah sakit.
+ Gerakan senter ke kanan dan ke kiri, masih mampukah bayi mengikuti gerakan sinar. Jika tidak ia harus segera dilarikan ke rumah sakit.
+ Perhatikan pupil matanya, apakah pupil mata yang kiri dan kanan sama besar/kecilnya saat kita senter satu per satu. Jika sama kita bisa bernapas lega. Bila tidak, bayi perlu menjalani pemeriksaan lebih lanjut, seperti CT Scan.
- Ukur dan pastikan si kecil jatuh dari ketinggian berapa. Sebab semakin tinggi pastinya gaya gravitasi bumi akan lebih kuat menarik si anak. Tentu efek yang ditimbulkan pun semakin besar.

EFEK POSISI JATUH

Di bawah ini kemungkinan- kemungkinan yang bisa terjadi pada bayi saat terjatuh. Dengan pengetahuan ini diharapkan orangtua bisa lebih memahami kondisi bayi bila terjatuh dan mampu melakukan pertolongan pertama yang benar:

* Jika kepala terlebih dahulu yang membentur lantai
Di sebelah mana pun benturan itu terjadi selama masih di kepala, kita perlu mewaspadainya. Tulang tengkorak bayi masih rapuh dan ia belum memiliki refleks untuk menahan dengan baik. Kemungkinan yang bisa terjadi, bayi mengalami fraktur atau retak/patah tulang tengkorak kepala, atau perdarahan di luar tengkorak atau di dalam tengkorak.
Perdarahan di luar dapat ditandai dengan adanya benjol/memar. Selama tidak ada fraktur, kondisi ini bisa dikatakan tidak parah. Rabalah ubun-ubunnya apakah menjendol atau tidak. Ubun-ubun yang menjendol menjadi tanda adanya peningkatan tekanan dalam otak yang dapat terjadi karena edema otak atau perdarahan.
Harap diketahui, bila tidak ditemukan benjolan/memar, tapi bayi menangis (atau justru tidak menangis dan langsung tertidur), tidak sadarkan diri, mengalami kejang/muntah- muntah (yang menyembur bukan gumoh), ada kecurigaan bayi mengalami perdarahan di dalam tengkorak kepalanya. Segera larikan ke rumah sakit terdekat.

* Jika dada terlebih dahulu yang membentur permukaan
Kalau tempat mendaratnya datar, kemungkinan risiko bayi untuk cedera lebih sedikit. Sebaliknya, tempat mendarat yang tidak mulus atau ada tonjolan yang tepat mengarah ke dadanya dapat mengakibatkan fraktur/parah tulang iga atau rusuk yang patahannya dapat mengenai organ paru-paru atau jantungnya. Untuk itu perhatikan apakah si kecil dapat bernapas secara normal atau tidak.
Umumnya jika bagian dada terlebih dahulu yang “mendarat”, secara alami tangan akan membuat perlindungan terlebih dahulu. Karena itu periksa juga kondisi tangan dan bahu bayi. Apakah ada pergelangan tangannya mengalami patah atau adakah sendi yang keluar (dislokasi) dari tempatnya. Periksa juga bagian kepala, khususnya dahi. Biasanya saat mendarat, sekalipun dada terlebih dahulu, kepala langsung menyusul membentur lantai.

* Jika panggul terlebih dahulu yang mendarat
Kemungkinan besar bayi akan mengalami dislokasi atau fraktur tulang panggul. Karena panggul berhubungan langsung dengan tulang belakang, dikhawatirkan ada saraf-saraf yang terjepit. Jika yang terjepit saraf kaki biasanya si kecil tidak bisa menggerakkan kakinya alias lumpuh.

* Jika yang mendarat kaki terlebih dahulu
Kejadiannya pada tiap bayi bisa berbeda. Jika ia sudah bisa berdiri pasti akan menahan tubuhnya dengan kaki lalu jatuh bersimpuh. Risiko kasus ini adalah dislokasi atau keseleo. Pada bayi di bawah 6 bulan meski belum mampu menahan tubuhnya, secara alami badan bayi akan terjatuh ke depan dan sebelum mendarat tangannya akan menjadi bumper.

* Jika yang mendarat bokong duluan
Berbahaya karena kaitannya langsung dengan tulang belakang dan dapat mengakibatkan patah pada tulang punggung bayi. Risiko lain, bila ada saraf yang terjepit bisa mengakibatkan kelumpuhan. Bayi yang ditemukan terjatuh pada posisi seperti ini jangan digendong. Biarkan paramedis yang melakukan pertolongan. Tapi jika si kecil sadar dan bisa aktif kita bisa langsung menggendongnya.

* Jika yang mendarat terlebih dahulu punggung
Menjadi bahaya jika saat mendarat posisi leher ikut terlipat/tertekuk karena bisa mengakibatkan keseleo dan fraktur tulang leher. Bila bayi dalam keadaan tidak sadar jangan mencoba mengangkatnya. Langkah yang bisa kita lakukan adalah minta bantuan paramedis di UGD di rumah sakit atau 118.

Ditulis pada Nopember 9, 2007 oleh bayikita
Diambil dari milis bayi/nikita

7 Pertanyaan Seputar Obat Bayi

T Mungkinkah obat tersisa diberikan lagi?
J Obat sisa penanganan penyakit yang lalu tidak boleh digunakan untuk mengatasi gejala penyakit bayi Anda. Kadangkala, apoteker memang menyiapkan obat cair sedikit lebih banyak dari seharusnya untuk berjaga-jaga jika obat tersebut tumpah atau ditakar secara tidak tepat. Jadi, jika obat si kecil bersisa setelah proses penanganan penyakitnya berakhir, langsung buang deh saja.

T Kapan bayi boleh menelan tablet?
J Tablet merupakan obat kunyah yang agak keras dan lebih lama larutnya. Jadi, obat ini berpotensi membuat bayi Anda tersedak, kalau belum pintar mengunyah makanan. Kalaupun si kecil sudah makan makanan padat, gerus dulu tablet tersebut. Biar tidak terasa pahit, `selundupkan? obat tadi dalam makanan. Hanya saja, tidak sembarang makanan cocok dikombinasikan dengan obat bayi Anda. Salah pilih makanan bisa mengurangi efektivitas kerja obat tersebut lho. Tanyakan hal ini pada dokter anak Anda.
Paling oke sih memberi bayi Anda obat dalam bentuk cair. Obat jenis ini lebih mudah ditelan dan ditakar sesuai dosis. Belum lagi, obat yang cair umumnya diberi perisa (flavored) oleh apoteker agar terasa lebih enak. Misalnya, rasa jeruk, apel, dan sebagainya.
Catatan: Berikan makanan dalam jumlah yang sedikit saja, serta pastikan si kecil menghabiskan seluruh makanan agar dosis obat yang harus diminumnya sesuai petunjuk dokter. Jangan sekali-kali mencampur obat dalam botol susu bayi. Kalau susu tidak habis, ini berarti anak tidak minum obat sesuai dosis.

T Mungkinkah bayi diberi obat milik orang lain?
J Jangan pernah memberi obat yang diresepkan untuk orang lain (entah itu obat khusus untuk orang dewasa maupun anak-anak) pada bayi Anda. Selain belum tentu bekerja secara efektif dalam tubuh bayi Anda, mungkin saja obat tersebut malah membahayakan jiwanya.
Catatan: Dua orang yang memiliki penyakit yang sama sekalipun, mungkin saja memerlukan obat yang berlainan. Kalaupun obatnya sama, dosis dan aturan minum obat bisa saja berbeda. Makanya, hanya berikan obat yang khusus diresepkan untuk si kecil plus pas untuk kondisinya.

T Adakah cara mudah memberi obat pada bayi?
J Umumnya, memberi obat pada bayi lebih susah, karena ia suka berontak. Makanya, posisi tubuhnya musti pas. Caranya? Pangku si kecil, lalu aturlah agar posisinya setengah duduk. Catatan: Jangan menelentangkan bayi, sebab obat bisa masuk ke paru-paru.
Khusus bayi, sebaiknya obat cair diberikan dengan pipet atau tabung. Bayi kan belum bisa menelan dari sendok! Ada triknya agar obat tadi benar-benar ditelan si kecil. Misalnya, letakkan pipet di sudut mulut bayi, lalu secara perlahan-lahan keluarkan obat. Bagaimana dengan tabung? Tuanglah obat ke dalam tabung, sesuai dosis anjuran. Taruhlah ujung tabung di bibir bawah si kecil, serta biarkan obat mengalir ke dalam mulutnya.

T Apa yang harus dilakukan jika bayi memuntahkan obat?
J Banyak juga bayi yang langsung muntah setelah minum obat. Asal tahu saja, usus akan menyerap sebagian besar obat dalam waktu 30-45 menit. Bila bayi langsung memuntahkan obatnya, ulangi saja pemberian obat tersebut. Khusus obat antibiotika, ulangi lagi dosisnya setelah 10 menit pemberian obat (dan dimuntahkannya).
Kadangkala, bayi terlalu sakit untuk menelan obat dan memuntahkan semuanya. Ini umum terjadi pada pemberian obat demam yang bentuknya cair, seperti acetaminophen. Kalau ini yang terjadi, si kecil bisa mendapat obat penurun demam yang dimasukkan melalui dubur. Bisa juga sih, dokter Anda meresepkan obat antimuntah (masuk melalui dubur pula) sekitar 20-30 menit sebelum pemberian obat cair. Dengan cara ini, obat si kecil bisa tetap ?bertahan? dalam perut.
Catatan: Hubungi dokter anak Anda, bila si kecil bolak-balik muntah. Pemberian dosis obat yang terlalu sering bisa menyebabkan diare, terutama pada beberapa jenis antibiotika. Kalau sudah begini, pemberian antibiotika bisa dilakukan dengan cara disuntik.

T Benarkah aspirin tidak aman bagi bayi?
J Aspirin merupakan obat pereda demam yang efektif. Namun, pemberian obat ini pada bayi (terutama dengan infeksi virus) bisa menimbulkan efek samping yang serius, yakni Sindroma Reye. Diduga, sindroma ini berkaitan dengan ketidakmampuan tubuh untuk mengatasi zat kimia tertentu. Gejalanya adalah muntah tak terkendali, demam, mengigau, dan tidak sadar (lalu koma). Sindroma ini memang jarang terjadi, namun termasuk penyakit yang berat dan fatal akibatnya jika tidak segera diketahui. Makanya, jangan sekali-kali memberi bayi Anda aspirin atau obat apapun yang mengandung aspirin.
Catatan: Obat yang mengandung aspirin kadangkala diberi nama lain, yaitu salicylate atau acetylslicylate. Karena itu cermatlah membaca label pada kemasan obat anak.

T Manakah yang lebih baik: acetaminophen atau ibuprofen?
J Sebenarnya, acetaminophen atau ibuprofen berfungsi untuk mengatasi demam dan rasa sakit. Bahkan dulunya, acetaminophen adalah obat penghilang rasa sakit (nonaspirin) yang selalu jadi pilihan pertama. Setelahnya, barulah dokter mulai meresepkan ibuprofen, sebab obat ini lebih kuat dan tahan lama.
Kedua obat ini punya efek samping. Ibuprofen bisa mengiritasi perut, jika makan anak tidak oke atau ia tidak terbiasa dengan obat tersebut. Acetaminophen tidak menimbulkan gangguan perut, namun dosis yang besar bisa menyebabkan kerusakan hati. Itulah sebabnya mengapa pabrik obat memroduksi acetaminophen cair khusus anak-anak dalam botol mungil.
Manakah yang lebih oke? Keduanya sama-sama ampuh kok. Yang penting, pemberian dosis obat tepat, sesuai berat badannya. Sebaiknya, berkonsultasilah dengan dokter untuk penggunaan kedua jenis obat ini.
Catatan: Khususnya bila si kecil berusia di bawah 3 bulan, Anda harus selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memberinya obat ini. Bisa jadi, pemberian obat tersebut malah akan menutupi gejala penyakit bayi Anda. Akibatnya? Dokter makin sulit mendiagnosis penyakit yang sesungguhnya. Masalahnya, si kecil gampang sekali sakit dan kondisinya bisa langsung parah.

JIKA ANAK SUKA MEMUKUL

JIKA ANAK SUKA MEMUKUL

Anak Anda akan memukul anak lain dan ia pun akan dipukul anak lain. Bagaimana Anda menyikapinya?

"Bu, tadi Dita mukul Andi sampai nangis," lapor babysitter begitu Anggi pulang kerja. Kontan wajah Anggi memerah. Pasalnya, bukan sekali itu saja Dita, putrinya yang baru berusia 1,5 tahun, memukul temannya waktu bermain. Dan seperti biasa, Anggi segera menelepon orangtua Andi dan meminta maaf.

Seperti halnya Anggi, Anda pun mungkin malu ketika batita Anda memukul temannya. Kebanyakan orangtua merasa seperti itu, karena takut dianggap tak mampu mendidik anak dengan baik. Padahal, perilaku memukul, sebagaimana perilaku agresif lainnya seperti menggigit, menendang, mendorong, mencubit, dan melempar-lempar barang, menurut para ahli, wajar-wajar saja di usia batita. Apalagi jika hal itu dilakukan anak Anda yang baru berusia setahun. Ini karena ia belum mampu mengungkapkan perasaan-perasaannya maupun keinginan-keinginannya.

Seperti dikatakan psikolog Rahmitha P. Soendjojo, perilaku memukul biasanya muncul pada anak yang belum bisa berbicara atau baru mulai belajar bicara. "Perbendaharaan katanya masih sangat terbatas, sehingga memukul menjadi salah satu bahasa untuk menyatakan keinginannya maupun ketika ia merasa kurang nyaman atau tak aman," jelas Pjs. Manajer Komunikasi YKAI ini.

Perilaku memukul, menurut Rahmitha, juga bisa terjadi pada anak yang punya energi berlebihan. "Jika ia banyak dilarang sementara energinya tetap ada dan ia tak tahu cara menyalurkannya, akibatnya ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif lainnya," tutur lulusan Fakultas Psikologi Unpad ini. Begitu pula dengan anak-anak yang terluka, entah karena marah, kesal, kecewa, atau sedih, dan ia tak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan-perasaan itu.

DIJAUHI TEMAN

Dalam buku What to Expect the Toddler Years karya Einsenberg, Murkoff & Hathaway, dikatakan, banyak perilaku agresif anak usia ini berhubungan dengan frustrasi. Ini karena dalam diri mereka seringkali muncul konflik antara rasa percaya dan tak aman, keinginan mandiri dan ketergantungan, keinginan berkuasa dan keadaan tak berdaya. Dan, jangan lupa, anak usia ini memiliki rasa ingin tahu yang besar serta senang bereksperimen.

Bagaimanapun, kata Rahmitha, memukul atau perilaku agresif lainnya adalah reaksi alamiah ketika seseorang merasa kesal, marah, atau frustrasi. Begitu pula yang dialami batita Anda. Jadi, wajar saja bila ia memukul atau dipukul anak lain. Tapi bukan berarti Anda boleh mengijinkan ia memukul. Anda tetap tak boleh membiarkan ia memukul, hanya karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui hal yang baik. Memang, masih cukup sulit baginya untuk mengerti perbedaan benar dan salah, tapi ia sepenuhnya akan mengerti mana tingkah laku yang Anda inginkan dan mana tingkah laku yang Anda larang.

Lagipula, dengan membiarkan anak memukul, lama-lama ia tak mengenal cara lain untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jika memukul akhirnya menjadi kebiasaan, ia akan dijauhi oleh teman-temannya yang berarti menghambat perkembangan sosialisasinya.
Jadi, apa yang harus kita lakukan jika anak memiliki "hobi" memukul?

KALAU IA MEMUKUL

*Beri Arahan Singkat
Ketika ia hendak memukul, cepat pegang tangannya dan katakan, "Jangan memukul. Mama tak suka bila kamu memukul, karena itu sakit." atau, "Mama sayang kamu, tapi Mama tak senang bila kamu memukul." Kalimat-kalimat seperti ini cukup efektif untuk ia agar mendengar pengarahan Anda.

* Alihkan Perhatiannya
Setelah Anda melarangnya memukul, segera alihkan perhatiannya dengan mengajak ia berpartisipasi dalam permainan lain tanpa konfrontasi. Dengan demikian, untuk sementara, ia dan temannya akan melakukan permainan baru satu sama lain dengan tenang.

* Jangan Mempermalukan
Kata-kata yang Anda gunakan untuk membuat ia berhenti memukul dapat menjadi suatu kekuatan tersendiri. Jika Anda sampai mempermalukannya, Anda hanya akan membuat ia melawan dan bertindak defensif. Jangan berkata, "Kamu memang anak nakal!" tapi katakan, "Mama tak suka bila kamu memukul Jodi."

* Bersikap Konsekuen
Jika ia kembali memukul, bertindaklah tegas dan konsekuen. Ia harus menghentikan permainannya, entah dengan menyuruhnya duduk di sebelah Anda tanpa aktivitas untuk beberapa saat, atau ajak ia pulang jika saat itu ia bermain di rumah temannya. Katakan padanya, "Kamu tidak bermain baik sama sekali. Kamu gampang sekali memukul teman. Teman-temanmu tidak menyukaimu lagi jika kamu suka memukul."

* Time-out
Ini cara yang baik untuk mengatasi dorongan memukul, tapi bukan merupakan tindakan hukuman. Ini merupakan satu cara untuk mengendalikan emosi anak, agar ia melihat apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Tapi jangan gunakan time-out untuk menguliahinya. Petuah diberikan setelah time-out selesai dan ia sudah mulai tenang.

* Selamatkan Korban
Jika anak lain sampai menangis karena dipukul anak Anda, segera pusatkan perhatian pada anak itu dan hiburlah daripada menegur anak Anda. Jika anak Anda menyerang, pisahkan anak lain itu dengan aktivitas lain, lalu tenangkan anak Anda. Dengan nada rendah dan tanpa kemarahan, jelaskan secara ringkas bahwa memukul adalah perilaku yang tak dapat diterima dan mengapa hal itu tak boleh dilakukannya. Misalnya, Anda dapat mengatakan, "Kamu menyakiti Andi ketika kamu memukulnya."

* Tunjukkan Perilaku Yang Anda Inginkan
Jika ia memukul Anda, dengan tenang jauhkan tangannya dan pegang ia. Katakan dengan singkat dan sungguh-sungguh, tapi tanpa kemarahan, "Tolong jangan pukul Mama. Itu menyakitkan." Lalu, gunakan tangannya untuk mengusap secara lembut, bagian tubuh Anda yang ia pukul, dan katakan, "Lihat, inilah yang Mama sukai."

TINDAK PENCEGAHAN

* Tentukan Batas
Tentukan aturan yang jelas bagaimana ia harus bertingkah laku. Mulai usia 18 bulan, ia cukup mampu untuk memahami batasan-batasan sederhana, meskipun ia tak akan mematuhinya sepanjang waktu. Yang penting, biarkan ia tahu bahwa menyakiti orang lain dan menggunakan kekuatan kasar untuk memecahkan konflik adalah salah.

* Sahkan Perasaannya
Semua perasaan adalah sah, tapi tidak demikian dengan beberapa perilaku. Katakan padanya, "Kamu boleh merasa marah ketika temanmu merebut mainanmu. Tapi kamu tak boleh memukul, karena pukulan membuat sakit."

* Ajarkan Kata-kata Pengganti Pukulan
Anda dapat mengajarkannya kata-kata seperti "Hentikan!", "Jangan!", "Ini milikku!", "Tidak!" dan "Pergilah!" sebagai alternatif memukul. Sehingga, saat temannya merebut mainan yang sedang ia mainkan, ia dapat mengatakan, "Jangan, ini milikku!", bukan malah memukulnya.

* Minimalisir Frustrasi
Bantu ia mempelajari keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup sehari-hari seperti keterampilan sosial, bermain, berbusana, dan keterampilan makan. Ini akan mengurangi rasa frustrasinya.

* Awasi Saat Ia Bermain
Selalu dampingi saat ia bermain bersama teman-teman atau saudara kandungnya, tapi Anda tak harus selalu berada di dekatnya. Yang penting, Anda dapat dengan mudah mengawasinya.

* Batasi Jumlah Teman Bermainnya
Di usia ini, ia baru mulai belajar bersosialisasi. Dua atau tiga teman bermain sudah cukup dalam satu waktu permainan. Anda pun lebih mudah mengawasinya.

* Beri Perhatian Untuk Perilaku Baik
Memukul seringkali mengundang perhatian anak-anak yang kerap diabaikan atau tak dihargai ketika mereka berperilaku baik. Seorang anak yang merasa tak cukup diperhatikan akan mungkin melakukan sesuatu untuk diperhatikan, salah satunya memukul teman atau saudara kandung. Beri ia cukup perhatian seperti hadiah, ciuman, dan pelukan untuk perilakunya yang baik.

* Kontrol Diri Anda
Apa pun yang Anda lakukan dan alami, jangan bereaksi terhadap perilaku tak menyenangkan dari anak dengan memukulnya. Jika Anda sedang stres dan Anda memukulnya, berarti Anda mengajarkan ia bahwa kekerasan adalah reaksi wajar dari orang yang berada di bawah tekanan atau stres. Jadi, jangan sampai Anda lepas kontrol.

* Jangan Gunakan Pukulan Untuk Disiplin
Jika Anda melarangnya memukul, tapi Anda malah memukul tangannya saat melarang sesuatu, maka Anda tak membantu ia melihat apa yang seharusnya ia ketahui dari suatu kebiasaan. Dengan Anda memukulnya, ia belajar bahwa memukul merupakan satu cara agar orang lain mematuhi perintahnya atau memenuhi keinginannya.

JIKA IA TETAP MEMUKUL

Anda sudah mencegah dan melarangnya memukul, tapi ia tetap melakukannya. Mungkin ia punya alasan khusus mengapa ia masih tetap memukul. Coba amati suasana rumah dan lingkungan sekitarnya. Apakah memukul merupakan satu kebiasaan yang dilakukan orang dewasa untuk mengekspresikan kemarahannya dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan? Atau mungkin ia banyak menyaksikan adegan kekerasan di TV?

Mungkin juga karena ia dipermalukan sehingga ia menyerang kembali dengan caranya sendiri, yaitu memukul. Atau, bisa jadi ia ketakutan dan mencoba melindungi dirinya dari gangguan, kejahatan, atau lingkungan yang ia anggap membahayakan.
Bisa juga karena ia memiliki energi berlebihan, sementara Anda memberinya banyak batasan-batasan. Jika ia banyak dilarang sementara ia tak tahu bagaimana menyalurkan energinya yang berlebih itu, ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif lainnya.

Jika kebiasaannya memukul terus berlanjut, Anda sebaiknya berkonsultasi pada dokter atau psikologi anak.

Julie Erikania .(nakita)

Yuris 5 bulan